NovelToon NovelToon
Become The Duke'S Adopted Daughter

Become The Duke'S Adopted Daughter

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:74.3k
Nilai: 5
Nama Author: Atiiqah Alysia Hudzaifah

Maulidya Alissa Agraham, atau yang kerap disapa Lidya, gadis 20 tahun yang mati ketika menjalani sebuah misi. Hidupnya yang dipikir sudah berakhir justru malah terbangun di raga seorang gadis didunia lain yang dikenal buruk dalam beretika. Sikapnya yang pemalu dan tidak percaya diri membuatnya diolok-olok oleh bangsawan lain.

Namun sebuah perubahan terjadi ketika gadis itu terbangun dari pingsannya. Sikapnya tiba-tiba berubah menjadi tegas dan tidak mudah ditindas membawa kehebohan besar diseluruh Kekaisaran. Mereka yang menghinanya dulu kini berlutut memohon ampunan. Para pelayan yang merendahkannya terbujur kaku dengan kepala yang terpisah. Ditambah lagi, kedatangan Lidya saat itu membawa banyak perubahan sejarah di seluruh Kekaisaran.

Misinya adalah menjadi wanita terkaya disana

Namun apadaya jika semua laki-laki justru tertarik padanya?

Dan, takdir? Apakah benda ini benar nyata?

Semua keanehan ini..

Tidak masuk akal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atiiqah Alysia Hudzaifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29 | Perjamuan teh 1

Tuktak.. tuktak.. tuktak

15 menit yang lalu, Lidya, Mey, dan gurunya Olivia melewati gerbang perbatasan kediaman Velvord. Setelah gurunya sampai, langsung saja mereka berangkat ke acara tersebut setelah berpamitan pada ayahnya, duke Alverd. Beberapa prajurit 'pun dikerahkan untuk mengikuti dan menjaga mereka.

Beberapa menit yang lalu

"Nona, nyonya Olivia sudah tiba. Apakah nona akan berangkat sekarang?" Tanya Meylin

Lidya yang sedang mengobrol dengan Alverd sontak menoleh "guru sudah tiba? Bilang padanya aku segera datang," lalu menoleh pada duke "mari, ayah. Jangan biarkan Olivia menunggu kita lama." Mendengarnya membuat Alverd mengangguk kemudian bangkit mengikuti putrinya keluar.

"Guru maaf membuatmu menunggu" ucap Lidya setelah melihat Olivia duduk menunggu dirinya

Olivia menoleh "ohh kau sudah datang rupanya," dia diam sebentar meneliti penampilan Lidya dari atas kebawah lalu berdecak kagum "wahhh Ella, cocok sekali kamu menggunakan gaun itu." Pujinya jujur

Olivia bangkit lalu mendekati Lidya "gaun yang indah, dengan sedikit ornamen pada gaun itu mampu membuat gaun itu tetap terlihat mewah. Benar-benar luar biasa gaun rancangan mu, Ella." Pujinya

Lidya tersenyum menanggapinya "terima kasih pujiannya, tetapi tidakkah pujian guru terlalu berlebihan? Dilihat dari segi manapun gaun anda yang jauh lebih indah."

Olivia tersipu malu menutupi mulutnya dengan kipas sambil melambaikan sebelah tangannya kedepan "tidak juga, gaun ini pun rancangan dari Ella dan berasal dari butik Ella yang belum dibuka. Benar-benar suatu kehormatan bagiku bisa menjadi yang pertama menggunakan salah satu gaun rancanganmu."

"Lihatlah!" Olivia lalu berputar menunjukkan gaunnya "ketika aku pertama kali melihat gaun ini, aku sudah jatuh hati. Secantik itu gaun ini! Tapi ketika aku memakainya, aku semakin jatuh hati."

Olivia mengangkat sedikit gaunnya "gaunnya sangat nyaman digunakan karena tidak seberat gaun biasanya, tapi entah kenapa gaun ini malah terlihat lebih cantik dibanding semua gaun ku yang lain.

Dan lagi, Tidak banyak nona bangsawan yang terpikirkan akan membuat suatu usaha menggunakan uang keluarganya. Biasanya mereka hanya tau bagaimana cara menghamburkannya saja. Tapi kamu berbeda Ella, kamu pintar bisa memanfaatkan kekuasaan dan kekayaan ayahmu untuk menjadi modal semua ini. Luar biasa! Para nona harus menjadikanmu panutan demi masa depan mereka." Jelas Olivia panjang lebar yang berisi pujian untuk Lidya dan gaunnya.

Mendengar ucapannya mengenai para nona bangsawan lain, Lidya tidak menyangkal karena itu memang benar. Nona muda dan bangsawan muda saat ini sangatlah jarang yang terlibat dengan sebuah bisnis, terlebih bila umurnya dibawah 15 tahun, sangat jarang ditemukan, bahkan merangkap tidak pernah.

Tidak heran bila seandainya ada bangsawan muda yang terdengar mempunyai sebuah bisnis, mereka akan menjadi bahan gosip yang tidak menentu baik atau buruknya. Karena bila bisnis itu tidak diminati, harganya tidak masuk akal, atau bisnisnya yang tidak pernah berkembang, atau menjual barang tidak berguna, pasti akan digosipkan dengan buruk dan berimbas ke masa depan bisnis itu. Semakin banyak kabar buruk yang beredar tentang bisnis itu, semakin tidak ada yang mau mengeluarkan uangnya disitu.

Begitu pula sebaliknya, bila toko tersebut laris, banyak diminati, atau pun menarik, gosip yang beredar pun akan baik dan mempengaruhi citra bisnis itu. Rencana Lidya saat ini adalah....

Mengubah pandangan orang-orang mengenai dia dan juga menjadi langkah awal untuk mem-promosikan bisnisnya.

Pada akhinya setelah mendapat ceramah panjang kali lebar dari sang ayah tercinta, kita akhirnya bisa berangkat kesana sekarang juga. Kediaman Cartol sendiri sangat jauh dari sini dikarenakan tempatnya yang berbeda kerajaan. Jika hanya menggunakan kereta kuda saja, memang sangat lama. Tapi tidak jika kita menggunakan teleportasi.

Di ibukota Kekaisaran, yang lokasinya membutuhkan waktu 30 menit dari kediaman Duke Velvord, tempat itu memiliki sebuah teleportasi umum untuk para bangsawan. Harganya sangat mahal untuk bisa menggunakan itu, tapi bukan masalah untuknya dan juga Olivia.

Jujur, Lidya yang untuk pertama kalinya akan menaiki teleportasi sangat gugup. Bagaimana rasanya ya..

Setelah mengantri beberapa lama, giliran mereka pun tiba. Kereta kuda mereka dan beberapa kesatria yang mengikuti untuk berjaga, masuk kedalam teleportasi itu. Lidya melihat lingkaran simbol besar dibawah mereka. Tempat ini cukup besar, tidak, sangat besar hingga bisa menampung manusia dan kereta kuda di dalamnya. Bentuknya seperti aula bulat yang memiliki pusat sebuah lingkaran Sihir ditengahnya

Beberapa penyihir mulai mengeluarkan mantra yang Lidya pun tidak tau apa. Semakin lama, sinar cahaya mulai keluar dibawah mereka, simbol yang ada dibawah mereka bersinar.

Lalu...

SWINGGG

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

PATSSSS

"Whoaa itu menakjubkan." Gumam Lidya kagum yang mana didengar oleh Olivia disebelahnya.

Olivia lantas terkekeh melihat reaksi Lidya "ini pertama kalinya kamu menggunakan teleportasi antar kerajaan, bukan?"

Lidya segera menoleh mendengarnya "ah.. Benar. Entah kenapa, ada perasaan menarik ketika selesai melakukan itu."

Olivia kembali tertawa "ya.. Itu adalah reaksi organ tubuhmu yang sedang melakukan penyesuaian diri karena tiba-tiba berpindah tempat. Ini baru antar kerajaan, ketika kamu melakukan teleportasi antar Kekaisaran, biasanya orang-orang awam akan muntah."

Mendengarnya membuat lidya mengernyit "apa sampai begitu?"

Olivia lantas mengangguk "ya.. Karena itu kamu harus segera membiasakan diri. Biasanya, para bangsawan akan mengejek bangsawan lain yang mengalami hal itu karena dianggap ketinggalan zaman."

Lidya mendengus "sebegitunya?"

Olivia mengangguk lagi "karena itu kedepannya, apapun reaksinya, sebisa mungkin kamu menahannya, Ella." Olivia memijat pelipisanya "gosip burukmu sudah menyebar diseluruh Kekaisaran, bahkan ada kabar yang mengatakan Kekaisaran sebelah juga mengetahui gosip tentangmu. Akan sangat menyebalkan untukmu mendapatkan gosip baru tentang ketinggalan mu juga."

Lidya manggut-manggut mengerti, lalu tersenyum "kalau begitu.. Apakah guru juga berpikir begitu?"

Olivia tersenyum lalu tertawa kecil "aku? Tentu tidak. Maaf saja.. Dibanding bangsawan lain yang berucap tanpa berpikir, aku lebih menyukai berpikir baru berucap." Olivia lalu semakin tertawa "dibanding berpikir aneh tentangmu, aku justru berpikir kalau duke Velvord sangat menyayangimu."

Lidya mengerutkan dahinya "maksudmu?"

Olivia tersenyum menggoda "apa kau lupa seperti apa dia ketika melihatmu pergi? Kamu sampai diberikan petuah sebanyak itu, dengan pengawalan yang..... " Olivia tidak bisa berkata-kata.

Dia menyibak gorden jendelanya "lihat! Lebih dari lima belas kesatria ditugaskan untuk menjagamu! Biar ketebak, saat kau meminta izin, sangat sulit untuk mu mendapatkannya. Benar?"

Lidya meringis lalu mengangguk "ya.. Bahkan sebelumnya duke berniat memberiku tiga puluh kesatria untuk menjagaku. Dan tentu saja ku tolak, itupun dengan ancaman."

Tanpa bisa ditahan, Olivia tertawa cukup keras mendengarnya. Jujur, Lidya tertegun melihat tawa Olivia yang begitu anggun dimatanya. Memang luar biasa sekali wanita ini. Olivia kembali bersuara "lihat.. Karena itu, dibanding berpikir kamu ketinggalan zaman, aku jelas berpikir duke Velvord sangat menyayangimu. Sangat jelas terlihat." Olivia tersenyum "aku ikut senang untukmu, Ella."

Lidya terenyuh. Padahal sebelumnya dia hanya berniat menjadikan Olivia sebagai batu loncatan saja untuknya, tapi malah hubungan mereka menjadi lebih jauh dari yang direncanakan. Lidya lalu tersenyum

'Tidak apa, ini justru menjadi semakin baik untukku kedepannya.' pikirnya

Senyum Lidya semakin lebar hingga giginya terlihat

"Terimakasih guru!!"

Lidya pikir semua ini bisa dia jadikan pacuan untuk rencana besar kedepannya. Namun dia tidak sadar, dia pun sudah menganggap Olivia lebih dari sekedar batu loncatan.

Entah apa yang akan terjadi pada mereka kedepan

***

Kereta kuda sejak tadi sedang berjalan mengantar mereka ke kediaman grand duke Cartol. Mereka yang asyik mengobrol sejak tadi tidak sadar bahwa kereta mereka sudah dekat dengan tujuan mereka.

Lidya memperhatikan sekelilingnya masih dengan suara tapak kuda yang bersahutan. Memang tidak sebesar dan seluas kediaman duke Velvord, tetapi tetap saja, ini indah. Dan setahunya gelar Grand duke berada satu tingkat lebih tinggi di atas gelar duke. Tapi dilihat dari besarnya kediaman mereka... Jelas sekali jomplang nya!

Benar juga... Ayahku kan horang kaya yang sangat kaya..

Beberapa saat kemudian ketika mereka sudah berpisah, Lidya diantar para pelayan disini, sudah berada ditempat dimana jamuan itu diadakan. Meylin juga tidak diizinkan masuk dan hanya ada dia dan para nona bangsawan disini

Lihatlah belum ada 5 menit Lidya disini, dia sudah dihujani tatapan iri, jijik dan sinis dari seluruh nona bangsawan dimeja ini. Mereka mungkin tidak menyangka dengan gaun dan penampilannya kali ini.

Dan diantara nona bangsawan tersebut, Lidya hanya mengenal satu orang. Terlihat Isabella yang tersenyum kecil kearahnya, tidak, tidak, bukan senyum, melainkan.... seringaian.

Ehem

Perhatian mereka semua beralih pada seorang nona berambut merah yang duduk dikursi paling ujung ditengah nona lainnya. Sepertinya dialah tuan rumah yang membuat acara ini, Vorensia Liberal Cartol.

Lidya yang melihatnya tersenyum tipis.

Pertempuran dimulai!

Mari kita lihat, dari segi gelar, Vorensia jauh lebih tinggi gelar nya dari dirinya. Karena itu Lidya membungkuk memberi salam padanya.

"Salam Lady Vorensia Liberal Cartol. Terimakasih telah mengundang saya ke acara minum teh anda. Maaf jika kedepannya saya membuat para lady sekalian tidak nyaman dengan kehadiran saya disini."

Semua terkesiap melihat kesempurnaan Lidya dalam memberikan salam.

Semua lalu berbisik melihatnya kecuali Azalea yang masih diam menatap dalam Lidya.

Vorensia terbatuk sesaat lalu berbicara "Selamat datang pada perjamuan minum teh ku. Silahkan duduk,"

Lidya tidak beranjak, dan tetap diam berdiri disana.

Semuanya mengernyit "kenapa tidak duduk?" Tanya salah satu nona sinis.

Lidya hanya tersenyum "apakah begini etika kalian yang dikenal baik oleh orang lain tapi tidak bisa menerapkannya didepan saya?"

Semua terdiam, mereka tentu tau maksudnya tapi tetap tidak ada yang bergerak. Mereka merasa meskipun gelar duke lebih tinggi dari mereka semua, tapi disini posisinya Gricella---- alias Lidya, dia hanya anak angkat, dan bukan seorang bangsawan. Jadi buat apa dihormati, toh sebenarnya dia tidak memiliki kekuasaan apapun.

Melihat keterdiaman mereka, Lidya menatap mereka terkejut dengan mulut tertutup tangan "astaga, bukankah saya dengar saya lah nona yang memiliki etika paling buruk, rupanya ada yang masih lebih buruk dari saya." Lidya lalu meyeringai "yah.. Tidak mengherankan sih untuk kalian."

Lihat? Lihat? Bagaimana? Kalian menyerangku bersamaan dengan sindiran melalui kata-kata halus namun tajam, bukan?

Jangan harap aku membalas kalian dengan kata-kata manis juga! Sejak awal aku memang berniat menyerang mereka di depan dan secara gamblang! Toh tidak ada yang mendukungnya disini. Jadi... Trabas saja.

Tanpa diduga, seorang nona dengan rambut coklat gelap bangkit dan mulai memberikan hormat.

"Selamat datang, lady Gricella laverna de Velvord. Maaf atas kelancangan saya barusan. Saya yakin anda memiliki hati yang selapang samudera untuk memaafkan hamba."

Lidya diam lalu tersenyum "tentu, lady...."

"Azalea, saya Azalea Risdelion. Panggil saja Azalea."

Ah.. Jadi dia. Benar-benar sempurna seperti yang dikatakannya.

"Baik, lady Azalea. Anda boleh duduk kembali."

Azalea kembali membungkuk "terimakasih atas kemurahan hati anda." Lalu duduk kembali ditempatnya.

Semua orang menatapnya protes tapi tidak ditanggapi Azalea. Vorensia terlihat geram tapi tetap diam. Dia semakin menatap tajam Lidya.

Lidya yang melihatnya semakin tersenyum lebar "saya rasa diantara banyaknya nona, hanya ada satu disini yang cerdas, tapi saya meragukan yang lainnya. Sama seperti rumornya ya, lady Azalea."

Mendengar namanya disebut, Azalea tersentak pelan lalu tersenyum tipis.

Semua orang semakin geram "sialan, apa maksudmu?!" Ucap salah seorang nona disana.

"Apa kau baru saja mengatai kami bodoh?!"

Lidya berdecak miris "tidak, tapi anda baru saja mengatakan diri anda begitu. Lagipula, memang ada seorang lady terhormat yang emosinya meledak-ledak seperti anda?"

Nona itu melotot marah "kaauuu!!!---"

"Cukup."

Perintah Vorensia membuat nona itu seketika diam. Vorensia lantas menatap mereka semua.

"Apa yang kalian tunggu? Beri salam padanya! Apa benar yang diucapkannya sejak tadi tentang kebodohan kalian dalam beretika?!" Ucapnya dengan nada tinggi yang masih mempertahankan kebangsawanan nya.

Semua seolah tidak setuju "lady, tapi---"

"Perlu kuulangi?" Sahut Vorensia dingin.

Mendengarnya membuat mereka dengan ogah-ogahan bangkit dan memberi salam. Senyum miring terbit di bibir Lidya melihat Isabella yang menatap kesal padanya.

Hohoho... Ini baru permulaan.

"Salam kepada lady Gricella laverna de Velvord. Semoga anda menikmati perjamuan ini dengan baik."

Ah aku masih kesal. Bagaimana kalau kita kerjai mereka sedikit.

Lidya tersenyum "tidak apa, padahal tidak perlu sampai begini. Ini terlalu formal bagi saya yang hanya anak desa ini, kalian sampai membungkuk hormat begitu. Yah Sudah duduklah, saya tidak mungkin membiarkan nona bangsawan sekalian membungkuk pada saya terus menerus begini, bukan?"

Mereka semakin geram. Lihatlah wajah mereka yang memerah.

Sialan anak ini!!!

Dengan kasar mereka pun duduk dan sekali lagi melupakan etika mereka sebagai bangsawan. Azalea berdeham pelan tidak menyangka dengan perlawanan Lidya.

Vorensia sendiri merasa belum kalah, dia tersenyum dan kembali mencoba menyerang Lidya "kalau begitu, silahkan menikmati pesta minum teh-ku, Gricella."

Lidya hanya diam namun menyeringai dalam hati. Kalian ingin tau seberapa jelas perlawanan mereka? Lihatlah, tidak ada lagi kursi kosong disini. Semua sudah terisi. Dan itu menandakan bahwa kehadirannya seolah tak diundang disini.

Lihatlah mereka semua yang menertawakannya tanpa ditutupi.

Lidya tetap tenang lalu tatapannya mengedar seolah menilai "padahal kediaman ini cukup bagus meski tidak seluas kediaman saya, tapi ini lumayan. Namun saya tidak menyangka, kediaman sebesar ini sampai kekurangan sebuah kursi. Sungguh mengecewakan." Sarkasnya yang dengan jelas merendahkan sang tuan rumah.

Skakmat

Vorensia menggeram dengan tangan terkepal. Harga diri keluarganya serasa tercoreng mendengar penuturan Lidya. Tidak sampai disitu, Lidya bahkan melanjutkan lagi.

"Jika memang anda kekurangan kursi, saya yang berasal dari kediaman duke Velvord dengan senang hati menyumbangkan nya untuk kediaman anda. Tenang saja, tidak perlu sungkan. Ayah saya memiliki banyak uang, jika hanya memberi sebuah kursi, saya bahkan bisa melakukannya tanpa harus izin dengan ayah saya. Karena sebuah kursi tidak akan menghabiskan setitik dari keuangan keluarga saya." Ucap Lidya dengan penekanan dibeberapa kata bermaksud mengejek dan menyadarkan mereka akan status dan gelarnya disini

Lidya bertanya dengan senyumnya yang manis "anda berminat? Jika iya, saya bisa langsung memerintahkan delapan belas kesatria utusan duke yang menjaga saya untuk membantu saya mengambilnya."

"Jadi, bagaimana?" Tanyanya dengan senyum mengejek

Semua nona menunduk merasakan aura menakutkan dari Vorensia diujung sana. Wajahnya sudah hampir sama dengan rambutnya yang berwarna merah. Tapi lama-kelamaan amarahnya mereda digantikan dengan senyuman manis.

Waww Lidya mengangguk puas melihatnya. Pengendalian diri yang luar biasa!! Pujinya diam-diam

"Ah tidak perlu melakukan itu, lady. Saya sama sekali tidak kekurangan sebuah kursi, masih sangat banyak di kediaman keluarga saya yang merupakan grand duke Cartol ini. Mungkin ada sedikit kekeliruan disini." Vorensia lantas memanggil seorang pelayan untuk membawakan kursi untuk Lidya.

Dan tak lama kemudian sebuah kursi sudah berada dihadapannya. Di paling ujung yang letaknya akan membuat Lidya duduk berhadapan dengan Vorensia. Jadi, meja disini berbentuk persegi panjang dengan Vorensia yang berada diujung dan juga Lidya di sebrangnya. Itu membuat mereka akan saling berhadapan ketika duduk nanti.

Lidya tersenyum melihat kursi mewah yang bentuk dan ukirannya sama dengan nona lain.

'Ternyata dia cukup pintar untuk ini.'

Vorensia pasti tau, keluarganya akan diejek lagi jika memberikan kursi jelek untuknya.

Lidya lantas duduk tanpa mengindahkan tatapan menusuk mereka padanya.

Vorensia tersenyum "sekali lagi maafkan kekeliruan pelayan-pelayan ku, lady. Tapi entah kenapa, saya sedikit menghawatirkan satu hal."

Oh, apalagi ini?

Lidya menatapnya penasaran "anda menghawatirkan apa, lady?"

Vorensia terlihat berfikir sejenak "tidak pernah sebelumnya pelayan disini melakukan kesalahan, ini pertama kalinya, lady."

Dia lantas menatap Lidya kembali "sebelumnya saya memberikan catatan nama nona bangsawan yang akan saya undang, jika anda sampai tidak kebagian begini, saya khawatir ini bukan karena kesalahan pelayan kediaman saya." Ucapnya lalu tidak melanjutkan lagi. Seolah menyuruh mereka berpikir sendiri maksud perkataannya.

Lidya tetap tenang menyadari maksudnya.

Lalu salah satu nona disana yang masih kesal dengannya akhirnya bisa membalas. Dia menutup mulutnya dengan kipas lalu berkata dengan nada mengejek "hey.. Jangan-jangan, lady itu sama sekali tidak diundang." Ucapnya dengan nada mengejek

Nona lain menanggapi "kurasa begitu. Lihatlah, lady Vorensia bahkan tidak menyiapkan kursi untuknya. Itu berarti lady Vorensia tidak menyangka dia akan datang."

Semua mengangguk menyetujui. Mereka menatap Lidya remeh dengan ucapan ucapan yang dapat menjatuhkan Lidya.

Lidya mendesah, tidak bisa dibayangkan jika Gricella yang memiliki hati selembut kapas berada di posisi ini. Dia pasti akan menangis dan segera pergi dari sini.

Ditengah kehebohan itu ada Isabella yang kegirangan dalam hati melihat kejatuhan Lidya di depan mata. Dia terlalu bersemangat hingga tanpa sadar mengatakan ini.

"Sudahlah kalian semua. Ella mungkin tidak tau jika menghadiri perjamuan seseorang perlu diundang. Jangan memojokkan Ella seperti itu, kasihan dia."

Mendengar ucapan Isabella yang terkesan mendukungnya, bukannya membuat keributan mereda, justru malah membuat suasana semakin memanas. Isabella semakin kegirangan dalam hati. Dia menunduk menutupi wajahnya yang tidak bisa menahan senyum.

Vorensia tersenyum puas melihat kekalahan Lidya dan melupakan suatu keanehan sebelumnya. Itu Vorensia, tapi tidak dengan Azalea. Dia menyadarinya.

Azalea pov

Aku menatap Isabella yang berada disebelahku.

'Bukankah dia berkata dia berteman dengan lady Gricella, tapi kenapa lady Isabella juga malah ikut menjatuhkannya. Apa dia sengaja? Terlebih, bukankah dia yang mengundangnya kemarin?' pikirku berkecamuk.

Isabella bahkan terlihat tidak merasa bersalah sama sekali. Aku menyadarinya, dia malah menikmati reaksi lady Gricella disana.

Aku memilih menyimpan semuanya dalam hati.

Apa kalian lupa? Kemarin Isabella memberitahu ku dan Vorensia bahwa undangannya diberikan pada Gricella. Yang lain memang tidak tau, tapi aku dan Vorensia mengetahuinya.

Dilihat dari sisi manapun, Isabella terlihat jelas mencoba menjatuhkan Gricella yang katanya merupakan temannya. Tapi disini...

Aishh..

Baik..

Memang seharusnya

Aku mencurigai anak ini.

Tanpa sadar aku menatap kasihan Gricella disana. Kalau dipikir pikir, anak itu sangat kasihan. Dia tidak pernah keluar dan selalu berada dikediaman, itupun para pelayan juga selalu mengganggunya. Belum lagi rumor rumor tentang keburukannya berada dimana-mana.

Selama ini dia hanya tinggal dengan menyedihkan diluaran sana, ketika seseorang menawarkan nya sebuah kebahagiaan, tentu Gricella tidak akan menolak. Aku jika berada di posisinya juga pasti akan menerimanya jika ditawari posisi menjadi putri bangsawan berpengaruh. Bukan kesalahannya terlahir dikeluarga tidak jelas. Bukan juga kehendakku bisa terlahir menjadi bangsawan. Tapi semua itu adalah takdir.. Dan itu sudah ada yang mengatur.

Semua orang membencinya. Membenci keberuntungan nya. Tapi aku sendiri.. Tidak. Buat apa aku membencinya? Toh hidupku juga tidak kekurangan. Memang kenapa jika ada satu manusia yang berhasil mengubah hidupnya karena keberuntungan. Semua orang menginginkan itu. Tapi dewa lebih memilih dia mendapatkan keberuntungan itu.

Jika ditanya apa aku iri, sama sekali tidak. Kalau dipikir, diantara dia, aku, dan nona bangsawan lainnya, kami jauh lebih beruntung darinya. Bisa lahir dari keluarga bangsawan, makan enak sejak kecil, mendapatkan pendidikan sejak dini dan kemewahan lainnya.

Sementara dia? Dia hanya anak yang tiba-tiba dihadapkan dengan suatu kemewahan yang ku tebak dia sendiri tidak menyangka akan merasakannya.

Kudengar dia sangat pintar dalam pelajaran, namun berbeda dengan pelajaran etika. Wajar saja, etika sudah dipelajari oleh kami sejak masih kecil bahkan saat bayi. Dia yang tiba-tiba menjadi bangsawan pasti tidak terbiasa dengan kehidupan kami.

Banyak yang bilang dia bodoh, selalu menunduk, jelek, berkelakuan buruk, boros, berpenampilan nyentrik terkesan berlebihan, dan selalu tidak percaya diri dengan semuanya.

Tapi tadi, sejak aku melihat penampilannya. Dimulai wajahnya yang sangat cantik, rambutnya yang berkilauan terkena matahari, kulitnya yang sangat putih, terlebih gaunnya yang--- err sangat unik! Indah, simpel, namun tetap terlihat kesan mewahnya. Aku penasaran dimana dia membeli gaun itu.

Intinya semua rumor yang kudengar tentangnya sama sekali berbeda ketika aku melihatnya secara langsung hari ini. Bahkan aura yang dikeluarkannya pun sangat kuat. Apa benar dia Gricella yang dirumorkan itu.

Aku meragukan semuanya

Apa mataku salah?

Apa rumor itu tidak benar?

Apa dia bukan Gricella

Kenapa dunia ini selalu penuh kepalsuan? Mana yang benar?

Inilah alasanku membenci kehidupan bagsawan.

Aku yang melihat situasi makin tidak kondusif, berniat menghentikan semuanya, namun kalah cepat ketika aku menyadari, situasinya sudah berbalik sekarang.

Azalea pov end

Kembali lagi ke Lidya.

"Lady.. Tidak kusangka anda berani datang kemari tanpa diundang."

"Apa lady tidak punya rasa malu?"

"Lihatlah.. Bahkan tanpa ditutupi pun, darah rendahan masih tetap mengalir di tubuhnya."

"Memalukan"

Lidya tidak terganggu dengan semua bisikan itu. Lihatlah ketenangannya yang masih sempat meminum teh dengan beberapa cemilan di mulutnya.

'Rasanya lumayan' pikir nya

"Lady, dimana sopan santun mu! Mereka berbicara padamu tapi kamu tidak mendengarkan mereka!" Ucap seorang nona disana dengan gaun berwarna hijau.

Lidya menatapnya "oh, kalian berbicara pada saya dari tadi? Maaf ya.. Saya pikir hanya ada anjing yang sedari tadi menggonggong. Karena saya bukan anjing, jadi saya tidak mengerti apa yang dibicarakan. Karena itu saya diam saja."

"Kau!!"

"Berani sekali kau?!"

"Dasar rendahan! Kau mengatai kami anjing?!"

Lidya menatap nona dengan gaun hijau yang bertanya padanya tadi "apa anda tidak mendengarnya? Berisik sekali anjing-anjing disini." Sedangkan nona bergaun hijau itu semakin kesal menatapnya

Lidya lalu menatap Vorensia "lady Cartol. Bisakah anda mengajari anjing-anjing anda kedepannya agar tidak sering menggonggong? Berisik kali disini."

"Lady!! Anda keterlaluan!" Seru Vorensia marah.

"Apa aku salah?" Ucap Lidya terkejut "Katakan dimana kesalahanku?"

Vorensia semakin geram "baru kali ini aku menghadapi bangsawan yang paling tidak tau malu sepertimu! Lady Gricella!!"

Lidya masih tenang bahkan sempat sempat nya mengambil cookies coklat didepannya. "Saya tidak tau dimana letak kesalahan saya, lady Cartol." Lidya berhenti sejenak untuk mengunyah cookies di mulutnya "Saya hanya memberi anda sebuah saran, tapi anda malah marah-marah begini. Coba jelaskan dimana letak kesalahan saya."

Vorensia ingin bangkit namun ditahan oleh Azalea disebelahnya. Vorensia nampak protes, tapi terdiam ketika melihat Azalea menggeleng menyuruhnya untuk diam.

"Jika kau marah, maka kau kalah. Ingatlah etika bangsawanmu. Dia sejak tadi memang menunggu emosimu meledak seperti ini, Voren." Bisik Azalea mengingatkan.

Seakan tersadar, Vorensia langsung lemas. "Tadi.. Aku hampir... " Gumamnya tidak percaya.

Azalea mengangguk. "Serahkan semuanya pada mereka, inilah tujuanmu mengundang mereka bukan? Jangan pernah gegabah, ingat itu."

Vorensia mengangguk dan mencoba kembali tenang. Pandangannya tanpa sengaja bersitatap dengan Lidya yang tengah menyeringai menatapnya.

Matanya seolah mengatakan 'bagaimana, aku menang?'

Vorensia mengepal, dia merutuk sikapnya yang gegabah tadi "sialan, hampir saja aku kena!" Gumamnya

Salah satu Lady berseru "Lady sedari tadi mengatai kami anjing, bukan?"

Lidya membalasnya santai "Kapan aku mengatakan itu?" Tanyanya menantang

"Sebelumnya kau----"

Lidya akhinya tak tahan. Dia lalu menggebrak mejanya "Hey dengar. Aku tidak berbohong dan aku tidak pernah bilang kata anjing itu merujuk pada kalian. Jika kalian merasa kalian anjing, itu bukan salah ku, itu masalah kalian."

"Kau! ---"

"Kalau begitu mana anjing yang kau maksud, lady?" Tanya salah seorang nona dengan raut wajah kesal. Semua nona mengangguk menyetujui

"Kalian masih tidak percaya? Astaga..." Lidya menggeleng tidak habis pikir. "Lihat itu!" Tunjuk nya kedepan tepatnya berada di belakang Vorensia. Mereka menoleh

"Bukankah itu seekor anjing yang menggonggong?" Tanya Lidya masih dengan telunjuknya yang menunjuk sesuatu diujung sana

Mereka melihat, memfokuskan mata mereka dan ternyata.. Benar saja. Ada seekor anjing yang menggonggong disana.

Lidya tidak membiarkan ini berakhir disini "Jujur saja, kuping saya cukup sensitif untuk suara hewan begitu. Karena itu saya meminta lady Cartol untuk lebih memperhatikan anjingnya." Lidya lalu menggeleng miris "Tapi entah bagaimana, kalian malah seolah tersindir dengan ucapan saya. Saya tidak pernah mengatakan kalian anjing, tapi malah merasa dipanggil anjing. Saya jadi curiga, kalian anjing atau manusia?" Tanyanya sarkas

Mereka terdiam menyadari kekeliruan mereka. Vorensia pun tertegun. Bayangkan bagaimana jika tadi dia yang marah-marah, akan seberapa malunya dia didepan semua orang. Vorensia lalu menatap Azalea yang juga menatapnya.

Matanya seolah menyiratkan

"Kan? Sudah kubilang? Kau hampir saja kalah, Voren."

Vorensia terdiam lalu kembali menatap Lidya yang tersenyum penuh kemenangan padanya. Emosinya semakin diuji.

Tidak, tidak akan kubiarkan dia merasa menang lagi kali ini!!

Vorensia akhirnya bersuara "Lady.. Tapi terlepas dari semuanya. Bukankah memalukan jika datang ke pertemuan ini tanpa diundang?" Tanyanya yang memang sedari awal tidak ingin membiarkan Lidya menang

Lidya mengerjap pelan. "Tunggu, tidak diundang? Siapa bilang? Aku diundang kok."

Isabella menyela "Ella.. Meskipun memalukan, tapi alangkah lebih baik jika Ella jujur. Voren tidak mungkin berbohong disini, bukan?,"

Lidya memiringkan kepalanya seolah tidak mengerti "lho~ bukannya anda yang mengundang saya kemari, lady Troustila."

Isabella tersentak kaget. Dia lantas gelagapan "m--mana mungkin Bella mengundang Ella kemari. Ini bukan acara Bella, jadi bukan kuasa Bella untuk mengundang Ella kemari. Ella, meskipun Ella tidak menyukai Bella tapi tidak seharusnya Ella menuduh Bella melakukan hal yang tidak Bella lakukan." Ucapnya sedih. Dia lalu berpura-pura mengaduk tehnya lalu meniupnya mencari kesibukan. Mata polosnya Seolah menyiratkan bahwa ia tak bersalah

Semuanya mengangguk menyetujui. Mereka menatap Isabella kasihan lalu menatap sinis lidya disana. Kecuali Azalea yang semakin yakin dengan pikirannya tentang Isabella.

"Saya memang diundang. Ini buktinya." Ucap Lidya lalu mengeluarkan sesuatu didalam saku gaunnya.

Semua terkesiap melihatnya. Gaun memiliki saku? Ditambah, mereka terkejut melihat Lidya yang mengeluarkan sebuah kertas yang merupakan undangan perjamuan ini.

Bagaimana dia bisa mendapatkannya? Pikir mereka.

Isabella pucat. Kenapa, kenapa bisa. Tunggu, jangan bilang? Dengan panik Isabella mengangkat undangan yang dibawanya.

Ini yang palsu!!

Bagaimana, bagaimana bisa?! Batinnya resah

Lidya tersenyum puas melihat kepanikannya. Dasar ceroboh, pikirnya

Kemarin salah satu alasan kenapa Lidya tidak segera mengambil undangan yang disodorkan Isabella karena Lidya ingin memastikan keaslian undangan itu. Sekilas bisa terlihat cap keluarga grand duke Cartol di undangan itu. Sebelum Isabella menyimpannya, Lidya dengan cepat merebutnya.

Rupanya dugaannya benar, Isabella berniat memberinya undangan palsu. Untung saja rencana mereka sudah disadari Lidya kemarin. Karena itu, Lidya memilih membawa undangan itu ikut bersamanya karena dikhawatirkan situasi ini terjadi. Dan benar saja, intuisi nya selalu tepat. Hahaha

"Lihat.. Bukankah sudah jelas bahwa saya diundang? Sekarang saya khawatir. Bukankah masih ada penyusup disini? Awalnya yang dicurigai kan saya, tapi ternyata saya juga memiliki undangan. Kalau begitu, siapakah penyusup nya diantara kalian?" Seru Lidya dengan mulut kompor. Bukankah mereka yang memulai? Kalau begitu lanjutkan saja. Lihatlah serangan yang ditunjukkan padaku berhasil ku balikkan untukmu.

Jangan salahkan aku oke

Mereka jelas panik lalu tanpa pikir panjang mereka segera memanggil pelayanan mereka untuk memberikan undangan mereka.

"Saya, saya diundang. Ini undangan saya"

"Saya juga"

"Ini undangan saya"

"Saya diundang oleh lady Vorensia langsung, ini undangannya"

"Begiu juga dengan saya"

"Ini! Jadi saya bukan penyusup"

"Saya juga"

Semua orang mengeluarkan undangan mereka masih masing. Kecuali Isabella yang mengumpati semua orang yang membawa undangan. Isabella gemetaran

"S--saya..."

"Sudahlah. Kita sudahi saja masalah ini. Intinya adalah lady Gricella ternyata diundang dan tidak datang secara kebetulan. Itu berarti memang terjadi kesalah pahaman disini disebabkan pelayan saya ketika menyiapkan jamuan kali ini."

"Yasudah, kita mulai saja sekarang." Ucap Vorensia yang mencoba melindungi Isabella sebagai temannya.

Isabella menghela nafas lega menyadarinya keselamatnya, sedangkan Azalea menatap malas Vorensia disebelahnya.

'Dasar bodoh! Seharusnya jangan kau lindungi dia! Padahal aku ingin tau seperti apa reaksinya ketika kebusukannya terbongkar. Sudah jelas wajah polosnya selama ini didepan kita merupakan kebohongan. Kenapa masih kau lindungi. Anak ini pasti tidak selemah itu.' Rutuk Azalea melihat kebodohan sahabatnya. Dia lantas menatap Lidya yang dengan tenang menatap mereka satu-persatu 'Aku tidak menyangka, dia masih bisa bertahan selama ini. Bahkan selama ini dia tidak menunjukkan raut lain selain ketenangan.'

Tanpa sadar mata mereka bertemu. Lidya diam sebentar sambil menatapnya, lalu tanpa disangka, senyum manis terbit dibibirnya. Azalea tersentak. Sekilas dia dibuat merinding akan senyum itu. Tidak kuat melihat tatapannya, Azalea akhirnya memalingkan wajahnya cepat.

Astaga, apa itu tadi..

Auranya..

Membuat tubuhku merinding

.

.

.

To be continued_

1
Saulia Aulia
ck ck kesian kesian/Facepalm/
Saulia Aulia
Ahahaha
Saulia Aulia
🤣🤣🤣🤣
Ririn Santi
pict: "tidak terimakasih"
hahaha....apa apaan muka seperti itu, dapat dimana Thor?/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ririn Santi
ya ampun spiritnya di tendang macam bola kaki hahahaha....
Wulansari Fiona Serhalawan
ya ampun thor,lama banget upnya,aku tungguin smpe mau jamuran loh thor😩! aku smpe hampir amnesia krna author kelamaan up. double up donk thor atau klu nggk tenble up deh sklian thor,bener nggk sih nulisnya🤔🤣! dalam hati author "nih pembaca gue 1 ini maruk bener ya,udh protesnya bejibun malah minta up tenble lagi. kaga tau apa gue mikir jln critanya ampe nggk tidur sma mkn yg bener" bener nggk sih thor,maaf klu salah🤣🤣🤣
Lylysifah
cepet sembuh thor yaa.. cerita mu akan selalu kutunggu
sansan
semoga cepat sehat ya thorr... bisa update lagi... ak mau otw baca.. Nemu novel ini langsung baca info penting dulu... 🤭🤭 takutnya Hiatus apa gimana gt...
Ita Xiaomi
Maaf kk klo bs jgn gunakan kata ini. Kasar banget.
akyyaa_
Biasa
Viona Syafazea
bener banget.. 🤣🤣🤣
Nadine Wulans
ku tunggu up nya kak yg panyang biar puasss lanjutt🌹
Dewi Ansyari
Season 2 jadi penasaran deh 🤔
Dewi Ansyari
AQuarium di bilang laut dalam kotak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣Lucu banget Leo namanya
Dewi Ansyari
Wah luar biasa rancangan baju-bajunya benar bagus dan cantik
Dewi Ansyari
Wow nama Ella sudah di sebut hebat .semuanya pasti terkejut hingga ingin muntah darah🤣🤣🤣🤣🤣
Dewi Ansyari
siapa sebenarnya laki2 berambut perak itu jadi penasaran deh 🤔
Dearest
semoga lekas sembuh ya othor yang imut²...
gak sabar baca ceritanya lagi.

tapi tolong banget nih untuk konfliknya gak usah terlalu banyak n ribet karna aq bakal skip kalo udah terlalu kompleks konfliknya.

get well soon ya bebep
Chauli Maulidiah
isabela itu sp thor? koq aku lupa ya..

btw, cepet sembuh ya thor. biar bs liat aksi si lidya lagi..
Dewi Ansyari
Gracella di lawan 🤣🤣🤣🤣 dasar Isabella bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!