NovelToon NovelToon
Senyum Di Balik Apron

Senyum Di Balik Apron

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Bullying di Tempat Kerja / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Trauma masa lalu
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ningxi

Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.

di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.

"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"

kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.

mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabar

"Karamel?" Cia berlari ke arah Karamel yang sedang berlarian di halaman rumah bu Ida. Dia melihat Karamel dari kamarnya, jadi dia langsung turun menghampirinya.

Karamel kembali berlari dengan kaki kecilnya karena mengira Cia mengejarnya.

"Kara? Kak Cia tidak mengejarmu nak" ucap Cia yang segera menghentikan kakinya.

"kak? Tante ya Ci, tante sama om. Nggak ada om sama kakak" tegas Nina.

"ya kan ini belum ada omnya, jadi kakak aja" tawar Nina.

"ada kok, tuh" Nina menunjuk bangunan lantai dua di samping rumahnya dengan dagunya.

Cia melihat ke atas di mana Chandra berada, Chandra segera mematikan rokok di tangannya saat melihat Cia di rumah Nina. Dia tidak mengira jika Cia sudah berada di rumah Nina sepagi ini.

"setiap pagi dia di sana kak?" tanya Cia yang sudah bermain rumput dengan Karamel.

"iya, Chandra suka memanggil Karamel, kadang juga turun untuk bermain dengan Karamel kalau mas Rudi juga ada di sini" jelas Nina dengan selang air di tangannya. Dia menyiram bunga-bunga Ibunya.

Cia kembali melihat ke tempat Chandra berdiri tadi, tapi pria itu sudah menghilang.Cia lebih dulu pergi sebelum Nina pergi memandikan Karamel.

.

Cia meminum susu strawberry yang di belinya di toserba dalam perjalanannya menuju ke tempat kerja, dia sangat menikmati udara pagi setengah siang.

"Ci, Mau bareng nggak?" Tawar Riko yang menghentikan motornya tak jauh dari tempat Cia berjalan.

"nggak mau, nanti masalah lagi sama pacarmu" tolak Cia dengan malas. Masih melanjutkan kakinya untuk berjalan.

"nggak bakalan, tuh pacarku si Tasya yang polos dan menggemaskan. Ayo ah, Tasya udah duluan tadi" paksa Riko.

"awas aja berani macam-macam sama Tasya kamu" ancam Cia, tapi kakinya melangkah ke arah motor Vario Riko.

"orang tinggal naik aja kok susah banget Ci. Takut gagal misi buat jadi istri bang Chandra?" Riko bertanya dengan jail.

"iyalah, panggilanmu dari mas kok jadi bang?" Cia sadar perbedaan panggilannya.

"Bang Chandra yang nyuruh, katanya geli kalau di panggil cowok mas, merasa belok dia, di kira aku mau sama dia apa." kesal Riko.

"ya pantas takut, caramu manggil mas Chandra halus bener kayak putri keraton" ucap Cia.

"kan aku orang jogja Ci, tapi orang tuaku udah tinggal di sini selama tiga tahun" jelas Riko.

"orang jogja ya, harusnya tuh kalau ngomong kulo, sampeyan, atau panjenengan Rik. Biar berasa jogjanya" ucap Cia setelah turun dari motor.

(kulo\=aku, sampeyan\= kamu, untuk sebaya atau di bawahnya, panjenengan\= kamu untuk orang yang lebih tua)

"iya, yang paham sampeyan saja kalau begitu kanjeng ratu" ucap Riko dengan telapak tangan yang saling mengatup dan sedikit menekuk kakinya ke bawah.

Cia tertawa dan keduanya masuk ke dalam Restoran. Chandra yang sedari tadi mengikuti Cia dari jarak lumayan jauh hanya menatap dengan bibir ikut tersenyum.

Hari-hari Restoran selalu ramai seperti biasa. Para karyawan juga selalu sibuk, Chandra tidak begitu mendekati Cia selama di tempat kerja agar tak memancing emosi Sandra yang bisa mengganggu Cia.

Saat mendapat jatah jam istirahat Cia bergegas menuju ruang karyawan, dia membuka laci penyimpanan untuk mengambil susu dan cemilan yang di belinya di toserba tadi pagi. Saat membuka ponselnya dia melihat notifikasi pesan dari Ayahnya.

"nak, gimana kabarnya?"

"tadi pagi Ayah mau telfon tapi lupa"

"baik yah. Ada apa yah?"

"kan bisa nanti kalau pulang Cia telfon"

"tadi ada temen ayah datang ke rumah"

"dia punya temen. Katanya lagi nyari istri buat anaknya"

"dan dia tanya Ayah"

"Cia nggak mau yah. Cia belum siap buat menikah"

"kamu ini kan udah usianya buat menikah"

"mau nyari yang kayak gimana lagi?"

"Cia nggak mau Ayah. Cia masih kerja"

"Ayah tolak aja dulu. Cia juga kan nggak di rumah"

Pesan yang di kirimnya terakhir tak mendapat balasan dari sang Ayah. Hanya centang biru yang tertera menandakan pesan itu telah di baca.

"Haaah.." Cia menghembuskan nafasnya dengan berat beberapa kali.

Cia merebahkan tubuhnya di kursi, dia menutup matanya yang mengeluarkan air mata. Cia menghapus pelan air matanya yang di lihat oleh Riko.

"Kenapa Ci? Kamu sakit?" tanya Riko yang segeran mendekati Cia.

"nggak apa Rik, tapi pingi nangis" Cia segera duduk, tangannya masih sibuk menghapus air matanya.

"kok air mataku nggak berubah jadi mutiara ya Rik?" lanjut Cia masih berusaha menghapus air matanya yang terus jatuh.

"yaelah nih anak, emangnya kamu putri duyung gitu? Kalau sakit izin pulang aja Ci" ucap Riko, sejauh ini memang teman yang akrab dengannya hanya Riko dan Nina. Sekarang bertambah Tasya.

"nggak mau, mau ngapain di rumah? Belum dapat pajak jadian juga ini" air matanya sudah mulai berhenti.

"Yaudah, mau aku traktir di mana?" tanya Riko. Cemilan yang Cia beli sekarang sudah berada di tangan Riko.

"aku ikut aja, ajak Tasya juga, tapi jangan pulang malem-malem"

"ok, kalian ikut aja nanti" Riko melihat Cia di depannya yabg masih terlihat resah, beberapa kali dia melihat Cia menghembuskan nafasnya dengan berat seakan dia sesak nafas.

Cia kembali bekerja seperti biasa, namun kegelisahan yang di rasakannya tak kunjung berkurang. Beberapa kali dia juga memukul dadanya pelan agar bisa bernafas dengan lebih normal.

Chandra memperhatikan Cia dari jauh, dia melihat apa yang sedari tadi di lakukan Cia. Wajah Cia tampak gelisah dan tidak fokus seperti biasanya. Dia benar-benar tampak berbeda.

Cia dan Tasya berboncengan saat pulang kerja untuk nongkrong, sedangkan Riko sendirian dengan motornya. Chandra harus bekerja full hari ini karena Doni yang ambil libur terlihat tidak tenang. Seharusnya dia bisa bertanya selama perjalanan pulang bersama Cia. Chandra harus menahan.

"Kenapa kamu mau sama Riko Sya?" tanya Cia setelah mereka duduk dan memesan minum serta cemilan.

"kenapa emang sama aku Ci?" tanya Riko yang pura-pura tersinggung.

"nggak apa sih Rik, cuman heran aja gadis secantik dan polos begini mau sama kamu" ucap Cia dengan cuek.

"Karena mas Riko baik banget kak" ucap Tasya malu-malu. Maklum masih muda belia.

"Tuh dengerin, emang di mata kamu aja aku nggak ada baik-baiknya Ci" kesal Riko.

"Sebenernya baik Rik, tapi entah kenapa kalau di mata aku nih kebaikanmu jadi tak kasat mata gitu"

"udah biasa Ci, bakalan lebih aneh kalau kamu mengakui kebaikanku. Takutnya abis itu kamu minta apa-apa lagi karena udah muji aku baik" ucap Riko dengan ekspresi di buat-buat seakan takut.

"benar sekali" ucap Cia dengan senyumnya.

Cia melihat Riko dan Tasya yang sama-sama kasmaran. Riko menatap Tasya dengan pandangan lembutnya hingga membuat Cia geli karena baru kali ini melihat si gila Riko jadi begitu. Juga ada Tasya yang dengan malu-malu melirik Riko, tak berani menatapnya langsung.

"Kalian jangan pulang malam-malam. Anak cewek Rik, anterin sampai rumahnya" Cia mengingatkan Riko. Dia sudah berdiri dari kursinya untuk segera pulang karena sudah jam 8.

"aku anter Ci, biar Tasya nunggu di sini dulu bentar." Riko langsung berdiri karena ingin mengantarnya.

"nggak usah, aku lagi ingin jalan kaki menikmati angin malam, deket juga ini sama kosku. Ingat ya, jangan malam-malam pulangnya kalian" ucap Cia masih mengingatkan kedua temannya.

Riko mengangkat kedua jempol tangannya ke arah Cia yang di balas Cia dengan satu jempol tangannya juga. Dia berjalan keluar kafe dan menyusuri jalan khusus pejalan kaki untuk pulang. Dia masih kepikiran dengan pesan orang tuanya, apalagi Ayahnya tak mengatakan apapun lagi di pesannya.

"Sudah berkali-kali dan masih saja begini" ucapnya pelan dengan tangan yang memukuli dadanya. Sesampainya di kamar, Cia segera mencari obat yang biasanya dia minum.

"Benar-benar menyebalkan" kesal Cia pada dirinya sendiri sebelum matanya terlelap.

Sepulang bekerja, Chandra langsung menuju warung bakso di depan kos Cia, dia makan bakso juga merokok di sana dengan mata yang terus menatap ke lantai dua di mana Cia berada.

"tenang aja mas, akhir-akhir ini neng Sandra itu nggak bikin ulan kok sama neng Cia" ucap pak Udin si penjual bakso. Padahal Chandra khawatir tentang hal lain.

"kalau Sandra ngelakuin aneh-aneh bilang sama Chandra ya pak?" ucap Chandra sebelum mematikan rokok di tangannya dan kembali ke kamar kosnya. Besok dia akan bertanya pada Cia. Takutnya Sandra mulai kirim terror ke Cia tanpa dia tau.

Tak lama Chandra masuk ke kamar kosnya. Ponselnya berdering karena ada telfon.

"halo!" sapa Chandra.

"Gimana Chan?" tanya perempuan di sebrang telfon.

"gimana apanya ini?" tanya Chandra dengan heran.

"haaah, dasar bodo" Tut. Telfon terputus sepihak tanpa salam atau apapun.

Chandra melihat ponselnya dengan syok. Bisa-bisanya dia di bilang bodoh. Tanpa perduli dia langsung membersihkan tubuhnya dan mulai berbaring meskipun matanya tak bisa terpejam.

.

.

...****************...

1
Difani Roni
ceritanya sangat menarik
Camila Llajaruna Cornejo
Sudah berapa lama nih thor? Aku rindu sama ceritanya
Ningxi
terima kasih
Miu miu
Aku sempet nggak percaya sama akhir ceritanya, tapi bener-bener bikin terkagum-kagum.💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!