Namira Syahra kembali dipertemukan dengan anak yang 6 tahun lalu dia serahkan pada pria yang sudah membayarnya untuk memberikan nya seorang keturunan karena istrinya dinyatakan mandul.
Karena keterbatasan ekonomi dan dililit begitu banyak hutang,akhirnya Namira pun menerima tawaran dari seorang pengusaha sukses bernama Abraham Adhijaya untuk mengandung anaknya.
Dan setelah 6 tahun berlalu,Namira kembali bertemu dengan Darren.Putra yang 6 tahun lalu dia lahirkan lalu dia serahkan kepada ayah kandungnya.
Namira kembali dipertemukan dengan putranya dalam keadaan yang tidak baik baik saja.Darren mengalami siksaan secara verbal dan non verbal oleh wanita yang selama ini dianggap ibu oleh anak itu.
Akankah Namira diam saja dan membiarkan putranya menerima semua siksaan dari ibu sambung nya??
Atau,akankah Namira kembali memperjuangkan agar anaknya kembali kedalam pelukkan nya??
Yukkk simak kisahnya disini...
🌸.Jadwal up :
🌸.Selasa
🌸.Kamis
🌸.Sabtu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11.Tidak Saling Mengenal
Pagi harinya Abra terbangun dengan tubuh yang terasa begitu segar.Bahkan Abra merasa jika hari ini dia siap menghadapi harinya yang selalu terasa berat karena pekerjaan dan juga permasalahan rumah tangganya.
Namun seketika Abra dibuat kaget saat sudah tidak mendapati Namira disamping nya.Namun netranya menangkap sesuatu yang terletak di atas nakas tepat disamping ponsel miliknya.
Abra pun langsung bangkit dari tidurnya lalu mengambil posisi duduk dan langsung meraih secarik kertas itu dari dekat ponselnya.
...["Saya pamit dulu tuan,saya harus ke rumah sakit untuk menemani ibu saya.Maaf tidak berpamitan dulu dengan tuan tadi saya dapat telpon dari rumah sakit yang mengabarkan jika ibu sudah bangun dan mencari saya.Maaf karena buru buru saya tidak sempat berpamitan."]...
Abra menghela nafas lega saat membaca secarik kertas itu.Entah kenapa Abra merasa cukup lega saat gadis itu menghilang dan ternyata hanya pergi kerumah sakit untuk menjenguk ibunya.
Abra pun hanya bisa dudum termenung dengan menyandarkan tubuh polosnya disandaran ranjang besar miliknya.Ranjang yang menjadi saksi atas penyatuan antara dirinya dan Namira tadi malam.
Namun saat tengah menikmati lamunan nya tentang tadi malam,Abra dibangunkan oleh suara ponselnya yang memekik.Pertanda jika ada panggilan masuk kedalam ponselnya.
Abra menatap malas layar ponsel miliknya yang menampilkan nama Alma sebagai si pemanggil.Bukan nya menjawab,Abra malah kembali menyimpan ponsel itu diatas nakas lalu bangkit dari duduknya dan mulai beranjak menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Cukup 20 menit saja Abra menghabiskan waktu dikamar mandi untuk membersihkan diri,dan saat keluar dari kamar mandi sebuah senyuman kepuasan terlihat dari wajah tampan nya.
Dimana Abra melihat jejak hilang nya kegadisan Namira yang terlukis indah di seprey kasurnya yang berwarna putih.
Abra pun segera mengamankan seprey itu dan memasukkannya ke keranjang cucian.Kebetulan pekerja yang biasa membersihkan unit apartemen nya itu hari ini akan datang untuk membersihkan unit itu.
Setelah menarik seprey itu Abra langsung bersiap siap menuju ke kantornya.Entah kenapa hari ini Abra merasa harinya sangat menyenangkan dan itu semua entah karena apa.
Yang pasti,Abra selalu ingin tersenyum meski itu dia tutupi dengan wajah datarnya.Abra pun menunggu jemputan nya dengan mulai berselancar diponselnya.
Mengecek pekerjaan lalu mulai melihat lihat isi chat room namun ada salah satu chat yang bahkan tidak Abra buka.
Dan itu adalah pesan yang dikirimkan oleh Alma,istrinya.Saat ini Alma tengah membujum sang suami yang tengah merajuk padanya.
Minggu lalu Alma meminta ijin untuk pergi kwluar negri untuk mengembangkan karirnya sebagai model internasional.
Namun Abra menolaknya,pasalnya.Alma harus tinggal disana selama satu tahun lamanya dan Abra keberatan.
Namun Alma tidak mengidahkan pernolakan dari Abra.Alma bahkan nekad pergi saat Abra tengah dalam perjalanan bisnis keluar kota.
San hal itulah yang membuat Abra semakin marah pada istrinya itu.Namun saat ini,Abra bersyukur karena dengan kepergian Alma.
Abra bisa melaksanakan rencananya dengan lancar dan tidak akan ada yang tahu tentang kehamilan palsu sang istri.
Meski Abra sempat merasa bersalah pada sang Mamah karena sudah membohonginya,namun tidak ada jalan lain selain dengan cara yang kini tengah Abra jalani bersama dengan Namira.
Beruntung Abra memiliki sang ibu yang tidak pernah menggunakan gadget,maka itu mempermudah rencananya karena bisa saja sang mamah tahu akan kebohongan nya melalui ponsel pintar itu.
Setelah berpikir beberapa saat,Abra pun membalas pesan dari sang istri yang sudah dari semalam mengirimkan banyak pesan permohonan maaf tapi tidak bisa mundur karena sudah tekan kontrak selama satu tahun disana.
...["Ok,aku setuju kamu disana.Tapi aku juga tidak mau kamu menolak rencanaku.Aku akan melakukan inseminasi itu dan aku harap kamu melakukan tugasmu dengan mendukungku juga.Jangan pernah kembali sebelum bayi itu lahir,mengerti?"]...
Itulah balasan yang dikirim Abra untuk istrinya Alma.Meski berat akhirnya Alma pun menerima keputusan Abra.
Toh dia juga diuntungkan dengan Abra yang mengijinkan dirinya untuk tinggal diluar negri selama satu tahun lamanya demi karir yang tengah dia jalani saat ini.
Setelah menulis pesan itu,Abra langsung pergi meninggalkan unit apart nya untuk pergi kekantor karena Marsel sudah ada dibawah menunggu dirinya.
Sementara Namira,kini tengah menunggui sang ibu yang masih terbaring dirumah sakit.Setelah hari menjelang siang.
Namira pun kembali memulai pekerjaannya setelah 3 hari mengambil cuti karena musibah yang dia alami saat ini.
Seperti biasa,Namira akan pergi dengan menggunakan bis dan turun dihalte yang tidak jauh dari gedung perusahaan dimana dia bekerja selama ini.
Deg...
Dunia serasa berhenti bergerak saat kedua netra itu kembali bertemu dan bersitatap tanpa sengaja dilobi perusahaan.
Namira yang baru saja datang dan tengah berjalan menuju lift yang akan membawanya kelantai dimana dia bekerja.
Tanpa sengaja berpapasan dengan Abra dan juga Marsel yang tampaknya akan pergi keluar kantor.
Setelah beberapa detik saling menatap,keduanya pun kembali berjalan dan saling melewati satu sama lain dengan cueknya layaknya dua orang yang tidak saling mengenal.