Di usianya yang sudah sangat matang ini, Khalif Elyas Hermawan belum juga menemukan pasangan yang cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Orang tuanya sudah lelah menjodohkan Khalif dengan anak rekan bisnis mereka, tapi tetap saja Khalif menolak dengan alasan tidak ada yang cocok.
Mahreen Shafana Almahyra gadis cantik berumur 25 tahun, tidak dapat menolak permintaan sang bibi untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali.
Ya, gadis yang akrab di sapa Alma itu tinggal bersama paman dan bibinya, karena sejak umur 15 tahun, kedua orang tuanya sudah meninggal.
Bagaimana kisah Khalif dan Salma? Ikuti terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
..."Kamu tidak akan pernah mengerti perasaanku saat aku berpura baik-baik saja padahal aku sakit, saat aku berpura bahagia padahal aku sengsara"...
...🌹🌹🌹...
"Huek huek huek"
Sudah lewat lima menit Khalif masih saja muntah-muntah obat mual yang di resepkan oleh dokter tidak berguna sama sekali. Semenjak mereka tau kalau Alma hamil, Khalif tidak pernah berhenti mengalami morning sickness. Jika biasanya morning sickness dialami oleh ibu hamil lain dengan Khalif dia yang mengalaminya.
Kata dokter seorang suami bisa juga terkena morning sickness. Atau itu di sebut sindrom couvade, sindrom couvade yang di alami para pria menjadi salah satu dampak adanya perubahan hormon.
Perubahan hormon tersebut dapat dikaitkan rasa kekhawatiran pria yang akan menjadi seorang ayah. Bisa juga karena adanya rasa cemburu terhadap janin yang menjadi pusat perhatian istri. Dan stress yang dialami oleh para calon ayah menjadi tanda ketertarikan dan kebahagiaan yang akan menjadi seorang ayah.
Dan kondisi tersebut membuat para pria merasakan keterkaitan yang mendalam terhadap istri yang sedang menjalani kehamilan.
"Ya Allah nak, dari tadi kamu muntah-muntah terus" Shanum merasa kasihan melihat kondisi putranya yang tidak berhenti muntah dari tadi. Meskipun kata dokter hal itu wajar bagi seorang suami yang mengalami morning sickness menggantikan sang istri.
Mengetahui kondisinya Khalif yang lemas sampai tidak pergi ke kantor, Shanum memutuskan untuk menginap beberapa hari di rumah Khalif dan Alma.
"Mas, ayo minum teh hangatnya dulu" Alma yang baru datang dari dapur untuk membuat teh hangat pun menyerahkan teh tersebut pada Khalif.
Mama Shanum tertawa pelan melihat Khalif yang lemas hanya tiduran di ranjang seharian ini.
"Mama kayaknya bahagia banget lihat Khalif sakit gini" kesal Khalif yang melihat mama ya tertawa.
"Hahaha, mama jujur aja. Iya mama senang liat kamu kayak gini. kapan lagi liat kamu seharian cuman tiduran di ranjang aja. Biasanya kan kamu tuh sibuuuk terus sama kerjaan kamu" jawab mama Shanum masih tertawa, tapi kasihan juga melihat Khalif.
"Ck" Khalif berdecak pelan menanggapi ucapan sang mama.
Setelah minum teh hangat yang di berikan Alma lumayan membuatnya sedikit bertenaga, dan membuat rasa mualnya sedikit berkurang.
"Oh ya Al, bibi mu kapan mau kesini?" Shanum mengalihkan perhatiannya pada Alma yang sibuk mengusap-usap pelan perut suaminya.
"Kata bibi besok baru bisa kesini ma, toko bibi sedang sibuk-sibuknya karena lagi musim wisuda sekarang" tutur Alma.
Memang benar, kalau lagi musim wisuda begini bibinya pasti banyak pesanan. Dia sempat khawatir bibi nya kewalahan karena hanya bibi nya dan satu pegawai yang bekerja di sana.
"Hmmm gitu ya, kamu juga harus banyak istirahat. Soal Khalif biar mama yang urus. Kamu mau apa? Apa ada makanan yang Alma ingin?" tanya Shanum antusias.
"Untuk saat ini Alma belum ingin apa-apa ma" benar untuk sekarang Alma belum ngidam apapun, dia hanya khawatir dengan keadaan Khalif.
"Baiklah kalau gitu mama keluar dulu" Shanum meninggalkan Alma dan Khalif di kamar berdua.
Setelah Shanum keluar Alma terus menatap wajah suaminya yang terlihat pucat. Baru sehari Khalif mual dan muntah badannya sudah terlihat kurus. Khalif memperhatikan Alma yang terus menunduk sesekali bahunya bergetar.
Dia angkat dagu Alma, Khalif kaget melihat Alma yang menangis. Wajahnya sudah basah oleh air mata. Dia bawa tubuh Alma ke dalam pelukannya, dia kecup pelan pucuk kepala istrinya dengan sayang.
"Kenapa nangis hemm?" tanya Khalif.
"Hiks hiks, aku kasihan liat mas Khalif yang sakit gini, kalau tau mual sama muntahnya separah ini biar Alma aja yang ngerasain morning sickness nya" ucap Alma tersedu-sedu.
Khalif tersenyum geli mendengar perkataan Alma, semenjak hamil, perasaan Alma menjadi lebih sensitif, mudah menangis dan mudah marah.
Mood nya bisa berubah dengan cepat, jadi Khalif harus pandai menjaga perasaan Alma.
"Nggak apa-apa sayang, mas senang bisa berbagi dengan kamu, mas senang bisa ngerasain mual muntah yang seharusnya kamu alami. Itu berarti calon anak kita tidak ingin bundanya tersiksa dengan ngerasain morning sickness" Alma masih saja menangis dalam pelukan Khalif, Khalif mengapit kedua pipi Alma dengan tangannya, menghapus air mata Alma yang masih mengalir.
"Sudah nggak usah dipikirin, insyaAllah besok mas udah segar lagi, do'ain aja ya" hibur Khalif.
*****
Seperti biasa, pagi ini Khalif bersiap untuk pergi ke kantor, meski hanya sehari dia tidak masuk kerja pekerjaan yang di tinggalkan sudah menumpuk.
Rey yang sejak subuh menerornya dengan panggilan telepon, berkata dia tidak sanggup lagi mengurus pekerjaan Khalif, padahal baru sehari dia tidak masuk bekerja.
Dan untungnya rasa mualnya tidak terlalu parah pagi ini.
"Beneran mas mau masuk kerja hari ini? Apa tidak bisa mas libur dulu? Mas masih lemas loh" Alma yang dari tadi sibuk membujuk Khalif agar istirahat saja dirumah. Meskipun mualnya tidak separah kemarin tapi tetap saja dia masih khawatir.
"Mas sudah tidak apa-apa sayang, kamu nggak usah khawatir ya, mas janji kalau nggak sanggup mas pulang cepat ok?"
"Janji ya"
"Iya" Alma hanya bisa mengikuti kemauan Khalif.
"Khalif kamu mau berangkat kerja?" tanya Shanum melihat anaknya sudah rapi dengan pakaian kantornya.
"Ya ma, kerjaan Khalif sudah numpuk. Dan Rey sudah marah-marah sejak subuh" Adu Khalif pada mamanya. Kadang dia merasa terlalu memanjakan Rey sebagai sekretarisnya. Makanya Rey berani marah-marah padanya.
"kalau kamu rasanya nggak sanggup pulang aja ya, jangan di paksain" perintah mama Shanum, Khalif hanya mengiyakan saja.
Alma mengantar Khalif sampai depan rumah, seperti biasa dia mencium tangan Khalif, Khalif pun mencium keningnya dengan penuh kasih sayang.
"Hati-hati ya mas"
"Hm"
Mobil yang di kendarai Khalif pun perlahan menghilang dari pandangan mata Alma. Dia kembali ke dalam rumah, dia tidak tau mau melakukan apa. Ketika mertuanya melihat Alma bekerja sudah disuruh untuk istirahat saja. Dia merasa bosan kalau hanya duduk-duduk saja, sekarang ini dia hanya duduk malas-malasan di ruang tengah sambil menonton acara televisi yang tidak menarik di matanya.
Baru lima belas menit matanya sudah terasa berat, perasaan ngantuk sudah menghinggapi matanya. Semenjak hamil dia merasa mudah mengantuk, dimanapun tempatnya tidak jadi masalah. Dan sekarang pun dia sudah tertidur di sofa ruang tengah, yang tadinya dia menonton tv sekarang malah tv yang menontonnya.
Saat ingin bersih-bersih ruang tengah bik Minah melihat nyonya mudanya sedang tertidur lelap di sofa, dengan keadaan tv yang masih menyala. Bik Minah kemudian mematikan tv agar tidak menggangu tidur Alma.
Lalu dia kembali ke belakang mengerjakan pekerjaan yang lain.
"Loh bik, kok balik lagi?" tanya mama Shanum heran.
"Iya nya, mbak Alma lagi tidur di sofa ruang tengah. Takut ganggu jadi nanti saja bersih-bersih ruang tengahnya" jelas bik Minah.
"Owalah, wajar sih bik kalau lagi hamil tu bawaannya ngantuk terus" kekeh mama Shanum. dulu waktu hamil Khalif pun dia seperti Alma yang bawaannya pengen tidur terus.
*****