"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 7. Kedatangan Ustad Sholeh.
Jingga sedang duduk di sofa sekarang, ia sedang duduk sambil mengerjakan PR nya di ruang keluarga. Sampai tiba - tiba terdengar salam dari luar, dan ia bangun dari duduk nya.
"Waalaikumsalam.." Sahut Jingga, rupanya adalah ustad Sholeh yang datang. Jingga bangun dan menyalimi tangan Ustad Sholeh, pun dengan Gani yang sebelumnya berada di sisi lain rumah itu ikut keluar.
"Waah.. lagi belajar ya?" Tanya Ustad Sholeh.
"Iya Ustad, kalo udah deket - deket waktu ujian rasanya kayak mau di gembleng habis -habisan." Ujar Jingga dan Ustad Sholeh pun terkekeh.
"Ada - ada saja, papa mu belum pulang?" Tanya Ustad Sholeh.
"Tadi si bilang nya sekitar sejam lagi." Sahut Jingga.
Mereka pun duduk di sofa ruang tengah, Jingga lantas membereskan buku - bukunya. Gani terlihat membawakan minuman untuk ustad Sholeh lalu duduk di sebelah ustad Sholeh.
"Minum Ustad.." Ujar Gani dan Ustad Sholeh mengangguk sambil tersenyum.
"Makasih, Ni." Ujar Ustad Sholeh. Dan meminum teh yang Gani bawa.
"Ustad, aku mau nanya.. selama ini aku udah liat banyak hal dan merasakan banyak energi juga, tapi sore tadi sepulang sekolah.. aku liat sosok seorang perempuan tua dan dia memiliki energi sangat jahat." Ujar Jingga.
Ustad Sholeh terdiam sejenak mendengarkan Jingga bicara, ke khawatiran nya akhirnya tiba. Akan tiba masanya Jingga semakin bisa lebih jauh mengasah dirinya..
"Karena kemampuanmu semakin tinggi, maka apa yang akan kamu hadapi juga semakin bahaya, nak. Itu yang Ustad takutkan, semoga kamu kuat nantinya." Ujar Ustad Sholeh.
"InshaAllah aku akan lebih mengasah kemampuanku lagi, Ustad.. agar bisa membantu lebih banyak lagi." Ujar Jingga dan Ustad Sholeh tersenyum.
"Tapi Ustad, apa itu nggak membahayakan Jingga? Gimanapun dia anak perempuan dan Jingga masih terlalu muda." Ujar Gani, ia tetap mengkhawatirkan Jingga.
"Kalo Jingga kuat dan rajin mengasah diri, InshaAllah aman. Tapi jika kamu merasa tidak mampu dan tidak kuat.. Kamu jangan memaksakan diri ya nak." Ujar ustad Sholeh menatap Jingga.
"Iya Ustad." Sahut Jingga.
"Terus tentang temanmu yang di ikuti sosok Ratu itu, gimana?" Tanya Ustad Sholeh, yang di maksud adalah Elang.
Jingga pun menceritakan semuanya dari awal, sesuai dengan apa yang Elang ceritakan dan Elang alami. Ia juga menceritakan gangguan sepanjang Elang menjalankan semua yang ustad Sholeh katakan, termasuk muncul nya ular di rumah Elang.
Ustad Sholeh tersenyum mendengar nya, tanda nya si Ratu itu sudah mulai gelisah karena tumbal nya tidak bisa di ambil. Sampai - sampai mengirim gangguan fisik seperti datang nya ular.
"Dan dia juga dateng ke rumah, Ustad." Ujar Jingga.
"Hah!! Maksud kamu ke sini, Ngga?" Tanya Gani terkejut, dan Jingga mengangguk.
"Kamu nggak ngomong, kapan?" Tanya Gani.
"Kemaren lusa, waktu aku balikin bukumu." Sahut Jingga.
"Papa kamu tahu?" Tanya ustad Sholeh.
"Iya, aku cerita ke papa dan papa udah melakukan pembersihan. Papa bilang perempuan itu marah sama aku karena udah ikut campur urusan nya." Ujar Jingga, Ustad Sholeh pun mengangguk - angguk.
"Besok kan libur sekolah, gimana kalo kita ke rumah temenku besok aja, Ustad?" Usul Jingga.
"Boleh - boleh, lebih cepat lebih bagus. Cuma karena Ustad sangat sibuk akhir - akhir ini jadi baru bisa dateng." Sahut Ustad Sholeh.
Dan ke esokan harinya...
Jingga, Ustad Sholeh dan Gani dalam perjalanan menuju ke rumah Elang. Sebelum nya Jingga sudah menginfokan kedatangan nya pada Elang agar Elang bersiap.
Dan di rumah Elang, Elang sedang di marahi oleh ayah nya yang tidak terima akan kedatangan Jingga bersama ustad Sholeh ke rumah nya. Ayah Elang bilang bahwa itu hanya akal - akalan orang untuk menguras uang darinya.
"Papa nggak mau tau! Bilang mereka suruh jangan jadi dateng atau kamu.."
"Telat, mereka udah dateng." Potong Elang.
"Lang!! Kamu kenapa jadi ngelawan papa banget, sih!! Papa cape - cape cari duit buat kamu terus kamu dengan bodoh nya manggilin pengusir setan?! Nggak ada setan di rumah ini, Lang!" Terang ayah Elang.
"Papa nggak ngerasa dan papa nggak peka, makanya papa bilang gitu. Rumah ini nggak beres, pa.. sejak kita tinggal di rumah ini, banyak hal yang nggak pernah terjadi sama kita terjadi." Ujar Elang.
"Enggak kok! Papa nggak ngerasa gitu, itu mah kamu di bohongin sama para pengusir setan!" Ayah Elang tetap keras kepala.
"Mereka akan tetep dateng." Kukuh Elang.
"PLAK!!" Entah mengapa ayah Elang malah langsung melayangkan pukulan pada wajah Elang sampai sudut bibir nya keluar darah.
Ayah Elang sendiri sampai tertegun dengan tindakan nya, ia sampai terdiam dan mencerna apa yang terjadi.
"Papa liat?? Sejak kita tinggal di sini, papa jadi kasar. Papa sering mukul mama! Marah - marah! Dan sekarang papa nampar aku, itu papa masih bilang nggak ada yang aneh?" Ujar Elang.
"Terserah kalo papa nggak setuju, mereka akan tetap dateng." Ujar Elang lalu pergi sambil menghapus darah di sudut bibir nya.
'Ya Allah, kenapa aku jadi kasar begini..' Batin ayah Elang.
Elang berjalan pergi menuju ke ruang tamu dan dia merasa ada yang mengawasi nya. Elang melihat ke sekitar nya tapi tidak ada siapa - siapa hanya saja ketika ia melihat ke seberang kolam renang dimana di sana ada pohon kamboja, ia melihat sosok perempuan tersenyum padanya.
Rambut nya panjang, memakai mahkota di kepalanya, pakaian nya seperti pakaian kerajaan jawa kuno, dan berselendang hijau. Sangat cantik, tubuh nya sempurna dan sangat menarik.
"Den." Sebuah suata mengejutkan Elang.
"Kenapa bi?" Elang mengalihkan pandangan nya dari perempuan yang tersenyum tadi.
"Ada temen nya den Elang di depan, nama nya non Jingga." Rupanya itu pembantu rumah tangga Elang.
"Suruh masuk aja bi." Ujar Elang, pembantu rumah tangga itu mengangguk.
Saat pembantu nya pergi, Elang kembali melirik ke arah perempuan tadi berdiri tapi sudah tidak ada. Elang pun berjalan pergi untuk menemui Jingga.
Elang melihat Jingga, Gani dan Ustad Sholeh yang sedang duduk di ruang tamu, mereka pun bangun saat Elang muncul.
"Duduk aja Ngga, pak Ustad." Ujar Elang, dia sudah tahu kemungkinan pria tua berkoko dan berpeci itu adalah ustad Sholeh yang Jingga maksud.
"El, ini Ustad Sholeh, Guruku." Ujar Jingga memperkenalkan Ustad Sholeh.
Elang mendekat dan menyalimi ustad Sholeh. Sebenarnya Elang tidak se dingin itu, nyata nya dia tahu menghormati yang lebih tua. Jingga agak terkejut melihat Elang salim tangan dengan Ustad Sholeh.
"Pak Ustad." Sapa Elang.
Ustad Sholeh melihat Elang lamat - lamat, tapi bukan Elang yang di tatap melainkan sosok hitam yang berada di belakang Elang.
"Elang ya?" Ujar Ustad Sholeh, dan Elang mengangguk.
Lain dengan yang Ustad Sholeh lihat, lain pula dengan yang Jingga lihat. Jingga melihat banyak sekali sosok perempuan yang sedang menangis dan itu bukan di rumah Elang, melainkan sisi dimensi lain.
Tempat nya sama seperti mimpi Jingga, sangat suram, berkabut tebal dan lembab. Tapi kali ini Jingga bisa melihat sebuah istana yang berdiri, di depan Jingga saat ini.
"Pak Ustad, saya sudah denger banyak tentang pak Ustad daei Jingga, dan saya sangat berharap pak Ustad bisa nolong saya dan keluarga saya." Ujar Elang, dengan bahasa formal.
"InshaAllah saya akan bantu kamu, semampu saya." Ujar Ustad Sholeh, Elang tersenyum senang mendengar nya.
"Apa kamu sendirian di rumah?" Tanya Ustad Sholeh.
"Saya tinggal dengan ayah saya, tapi beliau tidak percaya hal ghoib." Sahut Elang, Ustad Sholeh pun mengangguk mengerti..
"Memang tidak semua orang bisa percaya dengan hal Ghoib, apalagi jika tidak pernah bersinggungan sama sekali. Jadi apakah boleh kalau kita meruqyah rumah ini?" Tanya Ustad Sholeh.
"Boleh Ustad, boleh banget. Saya merasa keluarga saya jadi berantakan setelah tinggal di rumah ini, saya yakin ada yang tidak beres dengan rumah ini." Sahut Elang.
"TIDAK BOLEH!" Tiba - tiba ayah Elang terlihat muncul di ambang pintu yang membatasi antara riang tamu dan ruang tengah.
"TIDAK ADA YANG BOLEH MELAKUKAN APAPUN DI SINI! KALIAN HANYA PENIPU! PERGI KALIAN DARI RUMAH INI!"
Ustad Sholeh, Jingga, Gani dan Elang sampai berdiri dari duduk mereka karena melihat kemarahan ayah Elang.
BERSAMBUNG..
Bakar aja skalian dgn rumahnya. Jangan kasih kesempatan idup, berbahaya tuh orang
pokok Ny Makasih 😍,
Msh Ada 2 Jones Belum Ada Jodoh Ny tu