Mencintai pria dewasa yang umurnya jauh lebih matang sama sekali tidak terbesit pada diri Rania. Apalagi memikirkannya, semua tidak ada dalam daftar list kriterianya. Namun, semua berubah haluan saat pertemuan demi pertemuan yang cukup menyebalkan menjadikannya candu dan saling mengharapkan.
Rania Isyana mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang sedang menjalani jenjang profesi, terjebak cinta yang rumit dengan dokter pembimbingnya. Rayyan Akfarazel Wirawan.
Perjalanan mereka dimulai dari insiden yang tidak sengaja menimpa mobil mereka berdua, dan berujung tinggal bersama. Hingga suatu hari sebuah kejadian melampaui batas keduanya. Membuat keduanya tersesat, akankah mereka menemukan jalan cintanya untuk pulang? Atau memilih pergi mengakhiri kenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6
Begitu Dokter Rayyan keluar, Rania seketika menghela napas lega. Namun, gadis itu tidak langsung bergegas melainkan malah sibuk dengan nasib setelah ini. Hatinya menolak untuk tinggal bersama orang asing yang belum lama ia temui. Walaupun mereka nantinya akan dilibatkan dalam satu rumah sakit, tentu saja beda jalur dan perempuan itu malah merasa sebal.
"Maaf, Dok, saya tidak bisa tinggal di rumah Pak Dokter, tolong kasih alamatnya saja, nanti selama dua minggu saya akan datang ke rumah dokter," ujarnya masih mencoba bernego.
"Kalau saya shif pagi, atau harus menangani pasien darurat yang membutuhkan saya malam hari, bahkan dini hari, kamu sanggup wira-wiri? Saya kira ini kesepakatan yang sudah deal, kenapa jadi mentah lagi, kamu sepertinya tipe orang yang plinplan!" cibir Dokter Rayyan kesal.
Duh ... ribet bener nih hidup, kenapa pula harus berurusan dengan orang macam Pak Dokter gini.
"Bisa lebih cepat, ngemas barangnya? Kamu buang-buang waktu berharga saya!" bentaknya kesal.
"Sumpah demi apa, ini dokter ngeselin tingkat provinsi, bisa-bisanya saya harus menurut kemauannya, tipe-tipe harus diwaspadai nih. Oke tenang Rania, di rumah Pak Dokter itu pastinya 'kan ada orang tuanya, ada pembantunya, ada saudaranya, yang mungkin super sibuk gila, dan gue cuma harus bantuin selama dua minggu, hanya dua minggu," gumam Rania berdialog dengan hatinya.
Rania keluar dengan kopernya, anggap saja dirinya mau hijrah selama dua minggu, tidak banyak yang dibawa, hanya beberapa lembar baju kerja, dan juga untuk di rumah.
"Ayo Dok!" Rania menghampiri Dokter Rayyan yang terlihat tidak sabaran.
"Udah? Lama ya?" sewotnya menatap jengah.
"Astaga! Ngeselin!" Rania ikut menggerutu.
Rayyan masuk ke mobilnya, duduk di belakang kemudi. Rania ikut masuk, namun di jok belakang, membuat pria itu semakin gemas saja.
"Ra, siapa yang suruh kamu duduk di belakang, kamu pikir saya ini supirmu, yang ada kamu yang duduk mengemudi, dan aku duduk di situ. Kamu mau pindah depan, atau bertukar posisi?" tawar Rayyan mengomel.
Rania menghela napas sepenuh dada, sedikit keras menutup pintu mobil lalu pindah ke jok depan samping kemudi. Mukanya ditekuk berkali-kali lipat, sepanjang perjalanan perempuan itu membuang muka ke arah jendela.
Rayyan melirik sekilas, wajahnya menyeringai sekilas. Sepertinya hidupnya akan menarik selama dua minggu ini, karena ia punya mainan baru. Diam-diam ia tertawa dalam hati.
Rania mengamati jalanan, siapa tahu dia butuh keluar sendirian, atau melarikan diri di tengah malam. Perempuan itu sedikit takut sebenarnya satu mobil dengan Dokter Rayyan, pria itu terlihat bukan orang sembarangan, namun bukan yang itu yang Rania takutkan, pria di sampingnya itu, diam-diam suka memperhatikan. Seperti sekarang ini, matanya bahkan melirik nakal.
"Nyetir lihat depan Dok, takutnya nabrak!" tegur Rania gusar.
"Ini juga lihat jalan, kamu aja yang nggak ngerti!" jawabnya datar.
Jalan-jalan ke hatimu! Batin Rayyan menyambung.
Rania merotasi bola mata malas, melirik sekilas lalu tertarik membalas pesan dari Jovan.
"Di mana? Aku nyari ke kostan nggak ada."
^^^"Aku lagi pulang, kamu sama siapa?"^^^
"Sendirian, pengen ngajak jalan mumpung belum mulai koas, kamu bakalan sibuk pastinya, kita kapan ketemunya?"
^^^"Besok nggak pa-pa kalau aku ada waktu luang, aku kabari, hari ini nggak bisa."^^^
Rania baru mau mengetik balasan ketika tiba-tiba handphone di tangannya merasa hilang. Rayyan yang kesal karena merasa diabaikan, merampas ponsel Rania begitu saja. Saat ini mereka sudah sampai di halaman rumah pria itu, namun Rania yang tengah fokus berbalas pesan sampai tak mengindahkan panggilan darinya.
"Eh, handphone gue!" pekiknya kesal.
"Saya dari tadi manggil-manggil, Anda malah sibuk sendiri? Tidak sopan!" omel Rayyan menjauhkan ponselnya.
"Ya sorry tadi tuh lagi balas chat, nggak fokus, sini balikin!" rengek Rania kesal.
"Balikin Dok, ini namanya pelanggaran privasi! Balikin!" Rania berusaha merebut handphone di tangan Rayyan, namun pria itu kekeh menjauhkan, bahkan memasukan ke dalam pakaiannya, menyembunyikan di balik tubuhnya bagian belakang.
Rania melotot marah, namun Rayyan bergeming. Tetap stay cool dengan gaya tanpa dosa.
"Dok, balikin!" Gadis itu menatap kesal.
"Ambil sendiri kalau bisa, kalau nggak, jangan harap kamu bisa pegang ponsel kamu sampai besok. Salah siapa ditanya sibuk sendiri, itu namanya hukuman dibayar kontan!"
"Kok gitu, yang benar saja Dok? Anda sengaja ngerjain saya ya?" tuduh Rania kesal.
"Ambil, sok!" tantang Rayyan menyeringai tipis. Handphone Rania berada di dalam kemeja Rayyan bagian belakang, itu tandanya kalau Rania mengambilnya, Rania harus membuka separuh kancing kemeja Rayyan.
"Gila! Ini sih gila!" gumam Rania kesal.