Become The Duke'S Adopted Daughter
Los Angeles, 20 Agustus 2036
Lokasi.
Elfin Florest-California
Drap.. drap.. drap
Derap langkah kaki terdengar nyaring menambah suara dikesepian malam di salah satu hutan di California. Suara tersebut berubah semakin mencekam di hutan yang terkenal akan kemistisannya.
Seorang perempuan berlari cepat menghindari semua kejaran dibelakangnya.
Guk..Guk..Guk
Suara anjing saling bersahutan membuat wajahnya semakin pias. Ranting-ranting yang ia tabrak membuat goresan luka di sekujur tubuhnya. Rasa sakit dari luka tembak di bahunya berusaha ia abaikan. Sesekali dia meringis berusaha tetap sadar dan fokus pada jalan didepannya. Meski ia menyadari bahwa pandangannya mulai mengabur.
SREEK.. SREK
KRAAK..
Samar-samar terdengar semak yang saling bergesekan dari belakang tubuhnya menjadi alaram bahaya bagi Gadis itu.
Gadis itu mempercepat larinya tidak peduli akan apa yang ada didepannya. Semuanya ia lewati tanpa peduli pada tubuhnya yang semakin terluka.
"CEPAT BERHENTII!!"
Gadis itu-- Maulidya Alissa Agraham atau yang kerap disapa Lidya tidak bergeming, justru semakin mempercepat langkahnya. Lidya tetap berlari tanpa tujuan dan malah membawanya ke tepi jurang curam disana.
HOSHH.. HOSHH..
Dia berhenti lalu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dengan tangan bertumpu pada kedua kakinya.
"Akhirnya kau berhenti juga. Hah.. dasar menyusahkan! Apa susahnya menyerahkan diri? Kau jadi tak perlu merepotkan dirimu sendiri."
'Sial! Aku terkepung.' Umpat Lidya dalam hati.
Diam-diam Lidya melirik jurang dibelakangnya 'Jurang ini terlihat dalam, dengan kata lain aku tak bisa kabur lewat sini.'
Pemikiran itu disadari oleh pemuda yang mengejarnya, dia tersenyum miring.
"Kenapa? Sadar sudah kalah ya? Hahaha.." ejek pemuda itu.
Lidya menatap sinis pemuda tersebut lalu berdecih "Kau terlalu sombong. Aku tidak akan kalah disini."
"Hey ayolah, semua orang juga tau kalau kau sudah kalah. Memangnya mau lari kemana? Semua arah sudah diisi oleh orang-orangku, dan didepan sana terdapat jurang. Jika kau ingin melompat silahkan saja. Justru itu akan semakin mempermudahku untuk membunuhmu." Tawa pemuda itu pecah.
Daniel atau yang orang lain kenal dengan Daniel Ronthem Rox memang terkenal bermusuhan dengan keluarga Agraham sejak dulu. Dan yang mengejutkan adalah, kematian Agraham sebelumnya masih ada kaitannya dengan keluarga Rox. Informasi inilah yang baru saja Lidya dapatkan sebelum akhirnya ketahuan dan berakhir disini.
"Hey Daniel, berhentilah membuat kesal calon mayat. Apa kau mau dosamu bertambah semakin banyak lantaran membuatnya kesal?" Suara lain menginterupsi. Kali ini suara tersebut berasal dari lelaki tua di belakang Daniel, Roberto Niesten.
Sebenarnya Robert bukanlah musuh dari Agraham. Hanya saja, anak perempuan Roberto lah yang membenci Lidya. Alasannya? Karena iri. Ya, anak perempuan Robert iri kepada kecantikan dan semua yang dimiliki Lidya. Karena itu, dia bersikeras meminta ayahnya untuk menyingkirkan Lidya.
Ya.. bisa dibilang devinisi beban keluarga yang sesungguhnya.
Sering ngerasa beban keluarga? Tenang kita sama.
Lidya menatap tajam Roberto. Sungguh, ia membenci mereka semua. Setelah dia mengetahui kebenarannya, Lidya benar-benar terkejut tentang semuanya. Ternyata, mereka adalah dua dari beberapa orang dalang dari kematian orang tuanya. Ini menyakitkan, sebelum akhirnya ia berada diposisi ini, semuanya baik-baik saja. Bahkan terlalu baik..
.
.
.
Beberapa hari sebelumnya
"Halah bacot lu!!"
"Lo mending diem deh, gak usah berlagak seolah-olah lo peduli sama gue. Gue tau, kalo lo selama ini sudah tau masalah gue apa. Lo tau alasan gue ngelakuin ini ngelakuin itu apa. Tapi kenapa justru lo diem aja ha!? Bahkan meskipun lo tau pun lo masih tetap pergi, jauh pergi ninggalin gue sendiri. Jadi karna itu, gak usah lo sok peduli apalagi sok khawatir ke gue."
"Karna gue benci hal itu."
"Tapi gue beneran khawatir sama lo Ray! Lo itu adek gue, jadi gue-"
"Udah gue bilang berhenti pura-pura khawatir sama gue!! Gue muak denger kata-kata manis lo yang bagi gue udah basi. Lo! selalu bicara soal gue adek lo dan lo kakak gue. Tapi gue selama ini ngerasa, kalo gue itu sendiri."
Deg
"Gue udah besar, jadi lo juga harus berhenti memperlakukan gue seolah gue anak kecil yang sangat rapuh. Akibat dari lo yang selalu pergi menuntaskan misi yang bagi lo sangat penting itu, buat gue sadar. Kalo tanpa lo pun gue bisa hidup."
"Lo itu bukan siapa-siapa bagi gue, bukan ayah gue, bukan ibu gue, lo itu cuma kakak bagi gue yang selalu tak ada disaat gue butuh. Bisa di bilang, lo berasa pajangan."
Deg
"Dan Gue... gue juga udah tau soal lo yang bakal ke A.S besok. Gue tau semuanya, gue tau. Lo liat bukan, belum apa-apa aja lo udah mau ninggalin gue lagi."
"Ray, maafin kakak ya... Apa yang kira-kira bisa buat lo maafin gue?"
"Kalo lo emang mau gue maafin. Datang ke acara kelulusan gue 5 hari lagi."
"WOYYY!!"
Lidya terkejut tentunya, saat ia menoleh terlihat seorang pemuda yang sedang duduk enteng disofa menatap kearahnya dengan senyum menyebalkan.
Lidya mendengus seraya menatap malas pemuda itu "Ngapain lo disini?!" ketus Lidya.
"Hm? Gue? Gak papa sih cuma mau aja. Lagian nih, yang seharusnya nanya itu gue. Lo mikirin apa sampe gue dateng aja lo gak sadar."
"Gapapa, cuma kepikiran Ray yang bakal lulus."
"Oooh lo khawatir gak bisa dateng di acara penting dia lagi?" Tanya pemuda itu yang merupakan sahabat Lidya.
"Ya, begitulah."
Pemuda yang mendengar jawaban acuh dari sahabatnya membuang nafasnya lelah, dia terlihat berfikir "Gimana ya, setiap ada acara atau apapun itu yang menyangkut Ray, bukan elo yang gak mau dateng, tapi yang jadi masalah situasinya selalu gak tepat. Seharusnya Ray disini yang bisa ngertiin posisi lo, bukan malah lo yang kerja yang juga malah harus ngerti posisi dia. Dia udah besar, udah seharusnya berpikir dari sudut pandang orang lain dan gak mentingin keegoisannya."
Mendengar itu membuat Lidya menghela nafas berat.
"Udah deh, dari pada lo mikirin itu mending sekarang lo siap-siap. Kan kalo ini misi kelar, lo bisa dateng."
Benar juga kata Kenan, tidak ada gunanya Lidya memikirkan hal itu, Justru waktunya akan semakin terbuang sia-sia. Lidya mengangguk menyetujui, kemudian dia bangkit tak lupa mengajak kenan untuk ikut bersiap.
...-oOo-...
Disinilah mereka sekarang, menjadi salah satu penjaga disebuah ruangan rahasia. Yah, butuh banyak usaha yang harus mereka lakukan agar sampai di situasi saat ini.
Diam-diam Lidya melirik orang-orang disana. Lidya menghitung, Kira-kira ada 4 orang yang berbicara diruangan itu dengan 2 orang yang sepertinya sedang virtual. Disini ada 4 pengawal yang berjaga didalam dan 2 yang berjaga diluar.
4 orang sedang berbicara dan dua diantaranya adalah Robert dan Daniel. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu yang penting sampai-sampai pengawal yang berjaga pun harus dipilih dengan pengawasan yang ketat sebelumnya. Ya.. usaha mereka tidak sia-sia, karena sejujurnya kelompok Lidya sendiri kesusahan untuk mencari celah yang tepat untuk masuk kesana.
Dan inilah tugas Lidya, menjadi orang terdepan yang mendengar dan mengawasi seluruh hal disini. Dia diam-diam menyimak pembicaraan orang-orang penting tersebut.
"Hahaha... benar, benar. Agraham sampai sekarang bahkan tidak tahu apa-apa tentang kita."
"Benar, aku bahkan meragukan kemampuan mereka saat ini. Kupikir kekuatan mereka sekarang menurun karena pemimpin mereka yang dibawah umur, alias tak becus. Hahaha.."
"Ya kupikir juga begitu, mereka begitu bodoh ketika mengikuti perintah Pemimpin mereka yang sebelumnya. Wasiat? Hey ayolah, bahkan anak SMP pun akan berfikir itu hal gila bila menjadikan anak SD sebagai pemimpin mereka"
Lidya mendelik tak suka mendengarnya, hey ayolah, mereka meremehkan kekuatannya? Yang benar saja.
"Ya.. kalian tak sepenuhnya salah. Tapi tetap saja jangan remehkan kemampuan wanita itu sekarang. Kulihat dia telah ahli disemua bidang. Jadi, dia tetap saja berbahaya meskipun masih sangat muda."
"Ya mau seahli-ahlinya dia bila dibandingkan dengan kita yang sudah menjadi makanan sehari-hari tetap tidak ada apa-apanya bukan? Hahaha"
Mendengar ada dukungan dari salah satu dari mereka, membuat dahi Lidya mengerut. Bagaimana orang itu bisa tau pikir Lidya heran.
Ya kalian benar, mereka sedang membicarakan dirinya. Lidya atau Maulidya adalah seorang pemimpin dari sebuah organisasi Mafia terbesar di dunia bernama Graventas. Dan dia dilantik menjadi ketua pada umur 6 tahun dan kini umurnya adalah 19 tahun.
Terkejut?
Kalian jangan meremehkannya seperti mereka ya.. Kalian akan tau seperti apa kehebatannya nanti.
"Hmm kau benar, kupikir juga begitu. Tapi tak ada salahnya untuk tetap waspada bukan. Bagaimana menurutmu Mark?"
"...... Ya, kupikir begitu."
"Bahkan Mark pun setuju denganku."
"Cih baiklah-baiklah, kami akan waspada. Lagian apa yang kau pikirkan belum tentu terjadi."
"Sudahlah. Dari pada kalian meributkan hal tidak penting ini, lebih baik sekarang fokus ke inti pembahasan kita."
Baiklah kali ini Lidya mengenal suaranya, ini adalah Daniel. Dan yang sejak tadi meributkan masalahnya adalah Robert. Sisanya Lidya masih belum tau siapa. Ditambah lagi suara misterius yang berbicara dengan cara virtual membuat Lidya pusing, yang pasti salah satunya adalah Mark yang Lidya yakini bukanlah nama aslinya.
Saat sedang mengintai mereka, Lidya dikejutkan dengan pembicaraan mereka yang mengarah ke suatu hal.
"Hei El, aku ingin tahu. Bagaimana cara keluargamu membunuh anggota Agraham sebelumnya?"
Deg
Apa?
Lidya kembali memusatkan pandangannya pada Daniel. Meskipun posisi Daniel membelakanginya, tapi ia tau perawakannya.
Daniel? Jadi dia--
"Hm bagaimana ya, ya bermacam-macam sih. Ada yang gw sabotase mobilnya, ada yang gw rusakin enzim pesawatnya, dan-- oh ya jangan lupa, tinggal suruh orang, kelar. Gw cukup ngasih rencana dan mereka yang menjalankan."
Lidya menatap tak percaya kearah laki-laki itu, jadi dia, dia, dia yang membunuh keluarganya, sulit dipercaya. Tanpa sadar Lidya mengepalkan kedua tangannya.
Grrttt
"Oh ya? Dulu aku sering melakukan hal itu, tapi tetap saja tak berhasil. Kira-kira rahasiannya apa"
Itu adalah suara orang ketiga diruangan itu, Lidya percaya itu perempuan.
"Hahaha kalo boleh jujur, gua gak ada rahasia. Cukup pakai orang dalam dan semua selesai."
Orang dalam?
Maksudnya ada yang berhianat di Graventas?
Tapi siapa?
"Bukankah itu benar Mr. R?"
Mr. R? Siapa dia?
"........ ya itu benar."
Pantas saja Lidya seperti mengenal suaranya, hanya saja sepertinya orang tersebut menyamarkan suaranya agar tidak dikenal. Sepertinya melalui penyamaran ini, Lidya mendapat informasi yang banyak dan berguna. Salah satunya adalah nama-nama samaran yang mereka gunakan saat sedang berkomunikasi.
...Seperti...
...El : Daniel...
...Omet : Robert...
...Snackie : Ivanka...
...Virto : Roy...
...Mark : ?...
...Mr. R : ?...
Disaat mereka lengah, Lidya menyempatkan diri untuk mencari informasi tentang mereka, dan hasilnya Foylaa.. dapat. Hanya 2 orang itu saja yang masih misteri, yang pasti salah satu dari 2 orang tadi adalah Mr. R yang Lidya percaya sebagai orang terdekatnya. Dan Lidya tentu harus waspada dengan 2 Orang tersebut, terutama Mark. Lidya yakin bahwa orang ini berbahaya, terbukti dari mereka yang terlihat sangat segan terhadap orang ini.
Namun siapa sangka, penyamarannya kali ini diketahui oleh mereka secepat ini, benar-benar mencurigakan. Oh iya, diantara mereka ada yang berhianat di Graventas.
Dor.. dor.. dor
"BERHENTI DI SANA!!"
DORR
'Sial hampir saja'
Lidya mencoba menghubungi Kenan dari sumber komunikasi ditelinga nya.
"Ken gw ketahuan"
"Apa? Gimana bisa"
"Gw dapet info kalo ternyata salah satu dari anggota kita berkhianat"
"Ck sial, jadi kita---...Tit.tit..tit...."
"HEY DIA DISANA!! TANGKAP DIA."
Apa? Ketahuan lagi? Penghianat Sialan.
DRAP.. DRAP.. DRAP.. DRAP
"Gua harus lari. Ken, Kenan, lo disana? "
"Tit-tit..tit"
"Ck jaringannya terputus, kok bisa sih!"
"Kalo gini cuma mata gue yang bisa diandelin. Mana udah malam lagi. Sial banget!"
Lidya terus saja berlari hingga dia sampai ke jurang saat ini.
.
.
.
Balik ke masa sekarang.
"Hahaha.. Bagaimana? Kau pasti sudah mengetahui kalau salah satu anggotamu ada yang berhianat. Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?" Ejek Daniel dengan tatapan menyebalkan.
"Kau ingin tau siapa manusia terhormat itu?" Ledek Daniel masih dengan wajah menyebalkannya.
Lidya berdecih jijik "Kau bilang terhormat? Bahkan ayam jauh lebih terhormat darinya."
Daniel menyeringai, dia menoleh pada Robert yang berada disebelahnya. Terlihat Robert yang melakukan Video panggilan langsung dengan anak perempuannya. Daniel menatapnya datar 'Dasar orang tua! Calon mayat malah di VC in ke anaknya.'
Robert yang sadar dirinya diperhatikan pun menoleh, lalu mengangguk dengan senyum miring andalannya. Daniel yang melihatnya pun senang "Biarkan dia bersenang-senang dengan anaknya. Aku sendiri akan bersenang senang dengan mainanku. Karena akan ada tontonan menarik nantinya." Seringainya semakin lebar.
Daniel lalu menoleh ke belakang dan memanggil seseorang yang benar-benar tidak terduga.
"Ren, buka penyamaran lo!"
"Ren? Gak mungkin kan paman Ren---"
.
.
.
To be Continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
IndraAsya
👣👣👣
2024-09-08
1
Ratu Puji
mampir
2024-08-28
1
Murni Dewita
👣
2024-08-14
0