Hidup Bintang seketika hancur setelah sahabatnya mengambil kekasih hatinya dan dihari yang sama ia juga harus kehilangan kehormatannya oleh orang yang tidak dikenal karena mabuk.
Apakah Bintang akan selamanya memendam rasa benci dan dendam jika akhirnya ia harus menjadi bagian dari keluarga sahabatnya itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon requeen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Ancaman
Pagi ini Dipa sudah berpakaian rapi. Hari ini ia akan kembali ke Surabaya.
"Sayang Ayah pulang dulu ya, jangan nakal di sini sama Bunda " Dipa berbisik ditelinga Langit yang masih tertidur dengan pulas.
"Mmnnn..." Langit menggeliat merasa terusik karena ulah Dipa kemudian kembali tertidur.
"Kamu jaga langit baik-baik, jangan biarkan dia bermain di balkon atau mendekati tangga " pesan Dipa.
"Iya Mas " jawab Bintang.
"Bulan depan aku kesini lagi, kalau ada apa-apa kamu bisa hubungi aku..tapi untuk hal yang mendesak kamu bisa minta tolong kepada Leon " pesan Dipa sebelum pergi. Bintang mengangguk.
Minta tolong kepada Leon ? yang benar saja. Yang ada dia ingin mengusir pria itu setiap kali muncul di depannya.
Setelah puas menciumi pipi bulat Langit Dipa pun turun dari ranjang dan beranjak pergi dengan membawa tas punggungnya.
"Mas !" panggil Bintang.
Dipa berhenti kemudian menoleh kearah Bintang. " Ada apa ?" tanyanya.
"Hati-hati !" ucap Bintang lirih.
Seketika Dipa mematung ketika Bintang tiba-tiba mengambil tangannya dan menciumnya.
Perasaan hangat menjalar direlung hati Dipa. Selama bertahun-tahun menikah dengan Elsa belum pernah sekalipun Elsa memperlakukan Dipa seperti cara Bintang memperlakukannya.
"Ya " jawab Dipa singkat kemudian meneruskan langkahnya keluar dari apartemen nya yang kini ditinggali oleh Bintang dan Langit.
*
Kepulangan Dipa dari Jakarta disambut rengekan Bunga dari arah kamarnya.
"Daddy..Mommy jahat " Bunga mengadu ketika Dipa muncul di pintu kamar Bunga. "Aku dicubit sama Mommy "
"Kenapa kamu mencubit Bunga ?" hardik Dipa marah.
"Abisnya aku kesel susah banget disuruh minum obat " jawab Elsa.
"Memangnya Bunga kenapa ?" tanya Dipa sambil meraih tubuh putrinya kemudian mengecek suhu badannya dengan cara meletakkan punggung tangannya di dahi Bunga.
"Sudah dua hari dia demam, tiap malam mengigau terus manggil-manggil kamu " jawab Elsa.
"Apakah sudah kamu kasih obat ?" tanya Dipa.
"Ini sedang aku kasih obat tapi Bunganya menolak terus makanya aku kelepasan nyubit dia " jawab Elsa.
"Bunga minum obatnya sama Daddy yuk !" bujuk Dipa mengambil alih obat demam ditangan Elsa.
"Iya " jawab Bunga.
Bunga dengan sukarela membuka mulutnya lebar-lebar ketika Dipa menyodorkan satu sendok obat demam kepada Bunga.
"Pinter " puji Dipa Setelah Bunga berhasil menelan obat demamnya tanpa ada drama tidak seperti dengan Elsa.
"Sama Daddy mau, kenapa sama Mommy tidak mau ?" Elsa menggerutu.
"Habisnya Mommy suka maksa " jawab Bunga judes sambil menggelendot di leher Dipa dengan manja.
"Huh dasar anak Daddy " Elsa tampak kesal.
"Daddy kemarin tidak pulang-pulang kemana ?" tanya Bunga.
"Daddy ada pekerjaan diluar kota " jawab Dipa.
"Kenapa tidak bilang kalau mau ke luar kota ?" protes Elsa. "Selama dua hari kemarin Bunga rewel terus nyariin kamu " keluhnya.
Dipa menelan ludahnya karena tenggorokannya tiba-tiba terasa kering. Semoga tidak ada yang tau jika dua hari kemarin ia ke Jakarta untuk melangsungkan pernikahan keduanya dengan Bintang.
"Bukannya kamu biasanya tidak peduli kemanapun aku pergi ?" sindir Dipa.
"Serba salah ngomong sama kamu " keluh Elsa sambil keluar dari kamar Bunga.
Perdebatan seperti itu bukan hal yang aneh di dalam rumah tangga Dipa dan Elsa. Sama-sama terlahir dari keluarga berada yang selalu diperlakukan bak Pangeran dan Putri membuat mereka memiliki karakter yang sama-sama keras.
kekerasan hati Dipa tidak berpengaruh sama sekali kepada Elsa ditambah sejarah pernikahan mereka yang disebabkan karena perjodohan.
Sebetulnya pernikahan Dipa dengan Elsa bisa dibilang kurang harmonis dan jika sekarang mereka masih bertahan adalah karena ada Bunga diantara mereka.
Di Surabaya Dipa kembali beraktivitas seperti biasanya, menyelesaikan urusan kantor yang sempat tertunda selama dua hari kemarin.
Disela-sela kesibukannya di Perusahaan, Dipa menyempatkan diri menghubungi Bintang untuk menanyakan kabar Langit namun sayang Bintang tidak sempat mengangkat telepon dari Dipa karena mereka sedang tidur siang.
Tinggal berdua di apartemen yang sepi ditambah fasilitas yang nyaman membuat Bintang dan Langit mudah mengantuk dan lebih cepat tidur.
Bintang dan Langit baru terbangun ketika hari mulai sore. Karena merasa bosan Bintang pun membawa Langit jalan-jalan ke tempat permainan yang ada di sebuah mall yang berada tidak jauh dari apartemen tempat tinggal mereka yang baru.
Langit mencoba hampir semua wahana permainan yang diperuntukkan untuk anak seusianya dalam pantauan Bintang tentunya.
Setelah lelah bermain Bintang membawa Langit ke sebuah butik khusus baju anak. Disana Bintang membeli beberapa baju untuk langit karena mereka hanya membawa sedikit baju dari Bandung.
Selesai berbelanja kebutuhan Langit kini Bintang mulai mencari barang kebutuhannya. Sepertinya ia juga harus membeli beberapa baju ganti karena ia sama seperti langit yang hanya membawa sedikit baju dari Bandung.
Bintang sudah memasukkan beberapa baju kedalam tas belanjaannya. Setelah mendapatkan beberapa baju, Bintang tiba-tiba tertarik pada sebuah mini dress berwarna biru muda yang tampak cantik menggantung di display.
Bintang hendak mengambil minidres itu namun disaat yang bersamaan seorang wanita seusianya tampaknya juga tertarik dengan minidres itu dan mereka nyaris berebut.
Bintang yang ingin mempertahankan minidres itu kaget ketika menyadari wanita yang sedang berebut dengannya itu adalah Dina.
"Bintang ?" Dina melongo menatap Bintang antara kaget dan rindu. Bintang pun tidak kalah kagetnya dengan Dina, untuk sesaat mereka tampak mematung.
Bintang yang lebih dulu sadar buru-buru memasukkan mini dress itu kedalam kantung belanjaannya.
"Kali ini gw g akan mengalah lagi dari Lo " ucap Bintang sinis kemudian menuntun Langit menjauh dari hadapan Dina.
Dina terpaku, ucapan Bintang tepat melukai hatinya yang paling dalam. Sangat jelas terlihat jika Bintang masih menyimpan dendam atas perselingkuhannya dengan Leon tiga tahun yang lalu.
Jika saja reaksi Bintang ketika bertemu dengannya tidak seperti itu, Dina sempat berniat akan membelikan minidres itu untuk Bintang dan mengajak Bintang bicara untuk meminta maaf.
Terlepas dari kekesalannya atas sikap Bintang, Dina kembali dilanda kegamangan ketika melihat anak laki-laki yang bersama Bintang
Seribu satu prasangka kembali memenuhi kepala Dina..apakah mungkin anak laki-laki itu anak Leon ? karena Bintang menghilang dalam keadaan hamil, dan saat itu Bintang tidak memiliki teman pria selain Leon.Dan kekesalan Dina berlanjut hingga sampai ke rumah.
"Mama mana pesanan aku ?" tanya Lana ketika Dina pulang.
Saking kesalnya kepada Bintang yang sudah menyindirnya Dina sampai melupakan jika Lana memesan pizza kepadanya.
"Mama lupa Sayang " jawab Dina menyesal.
"Papaaa..aku ingin Pizza, Mama malah lupa tidak membelinya " Lana mengadu kepada Leon sambil menangis kencang, selalu seperti itu jika keinginannya tidak dituruti.
"Kenapa bisa lupa sih Na, sebelum pergi kan Lana sudah wanti-wanti " Leon sedikit menyalahkan Dina tidak tega melihat Lana yang menangis kencang.
"Ya namanya lupa..aku deliv saja sekarang " jawab Dina sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.
Dina sengaja tidak menceritakan kepada Leon jika ia bertemu Bintang dan anaknya. Kehadiran Bintang di Jakarta Dina rasakan seperti sebuah ancaman untuk hubungannya dengan Leon.
Dina tidak mau sampai Leon tau jika Bintang sudah ada di Jakarta. Dina tidak mau usahanya selama tiga tahun ini untuk mendapatkan hati Leon seutuhnya sia-sia dengan kehadiran Bintang.