⚠️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA⚠️
Pernikahan yang tidak didasari oleh rasa cinta memang sangat sulit untuk dijalani. Apalagi dengan seorang yang sudah dianggap sebagai musuh sendiri. Seperti itulah kisah Cassie dan Gavino. Dua orang yang harus terjebak dalam status suami-istri karena perjanjian keluarga mereka. Mampukah mereka mewujudkan pernikahan yang bahagia?
Cassie hanya ingin mengukir kebahagiaan nya.Namun apakah ia bisa di tengah kehidupan yang begitu kejam? Bisakan ia bertahan dengan Gavino Zachary Bramasta?
Start: 8 Juli 2024
End:
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heninganmalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28 - Fuck Job
“So, lo mau jelasin apa?”
Saat ini Cassie sedang menginterogasi Gavino di kamarnya. Namun pria itu tak kunjung menjelaskan kepadanya hingga membuatnya jengah. Ingin sekali ia membuka paksa mulut pria itu agar mau berbicara.
"Gav."
“Lo percaya nggak kalau gue bilang lagi ada urusan bisnis disini?”
Sama sekali tidak. Cassie tak mungkin mempercayai hal itu. Ia hanya menggelengkan kepalanya.
Namun Gavino tak mungkin menjelaskan yang sebenarnya pada istrinya. Dapat dipastikan reaksi Cassie apabila wanita itu mengetahui yang sebenarnya. Pasti Cassie akan tertawa menang jika mengetahui alasan dirinya masih berada di sini adalah karena tak ingin Cassie memilih Aaron dan kabur bersama pria itu.
“Gue cuma khawatir sama anak gue aja. Gue nggak yakin lo bakal jagain anak gue dengan baik. Tadi aja lo cuma makan salad sama ikan bakar. Mana cukup buat nutrisi janin.”
“Lo ngikutin gue?”
Sial. Bodoh sekali Gavino. Ia merutuki mulutnya sendiri yang langsung ceplos tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Pasti Cassie merasa menang sekarang.
“Diem berarti iya?” ulang Cassie, “Gav, lo suka sama gue?”
“Hah! Eng… enggaklah. Sejak kapan gue suka sama cewek kayak lo. Gue cuma khawatir sama anak gue. k h a w a t i r.”
“Cihh, berani lo bilang khawatir setelah hampir bikin gue keguguran? Lagian semua makanan yang gue makan itu bernutrisi. Lo nggak tau protein ikan bagus buat perkembangan otak? salad juga sayur jadi sehat ngerti nggak?”
Sekarang Gavino telah benar-benar kalah debat dengan istrinya. Ia tak punya bahan lagi untuk membantah ucapan Cassie. Ia pun mengedarkan pandangannya, tersenyum licik ketika menemukan sebuah ide. Ia langsung berbaring di kasur dengan nyaman hingga membuat Cassie kesal.
“Lo mau ngapain?! Pergi nggak lo dari kasur gue!”
“Babe… gue capek. Kasur kamar gue juga pasti udah dikuasain sama trio freak itu jadi lebih baik gue tidur di sini. Lo mau ngusir suami lo sendiri?”
“Bab beb bab beb, jijik gue dengernya. Lagian lo juga freak tau nggak. Udah pergi sana!” perintah Cassie seraya memukul kaki Gavino.
Namun pria itu sama sekali tak bergeming, “Udahlah Cas, tinggal tidur aja apa susahnya sih. Lagian kita juga udah jadi suami istri jadi nggak dosa kalau tidur bareng.”
Mendengar bualan Gavino membuat Cassie memutar bola matanya. Dengan rasa kesal yang masih tersisa, Cassie berbaring di sebelah suaminya. Menggeser tubuh Gavino dengan sekuat tenaga agar menjauh. Namun pria itu malah tersenyum dan semakin mendekatkan tubuhnya hingga mendekap Cassie dengan erat.
“Kalau pengen dipeluk ngomong.”
“Dih, siapa yang mau dipeluk sama lo?! Sanaan ah gue pengapppp,” elak Cassie masih berusaha melepas pelukan Gavino.
Entah seberapa berat tubuh Gavino hingga Cassie begitu kesusahan untuk bisa lepas dari pria itu. Semakin lama, tenaga Cassie semakin berkurang hingga pada akhirnya ia pun menyerah. Hal itu membuat Gavino tersenyum menang.
“Seneng lo ngedapetin semua yang lo mau? Lo emang nggak mau kalah, Gav.”
“Of course.”
Cassie menghela napasnya, “Makanya gue nggak suka sama lo. Cowok nggak mau kalah sama cewek. Lagian lo kenapa nggak sama pacar lo aja si drama queen itu. Kenapa mesti ganggu gue di sini?”
“Kok jadi bahas Grizelle.”
“Nah ngaku kan lo. Gue nggak ada nyebut namanya tapi lo udah langsung tau. Lo emang udah pacaran sama Grizelle,” ucap Cassie lalu membelakangi Gavino. Moodnya tiba-tiba turun secara drastis.
“Cas, salah lagi gue?”
Hening, tak ada tanggapan apapun dari Cassie. Hal itu membuat Gavino menghembuskan napasnya lelah. Mengapa dirinya jadi salah terus di mata istrinya padahal yang duluan membahas Grizelle adalah Cassie sendiri.
“Cas jawab kek, jangan diem aja.”
“Apasi.”
“Lo marah sama gue?”
“Pake nanya.”
Gavino berdecak, “Lo nih marah mulu perasaan sama gue tapi giliran sama cowok lain aja lo haha hihi. Mana nggak perhatian lagi sama suaminya, lo tau nggak gue laper? Belum makan dari tadi karena mantau lo takut di apa-apain sama tuh cowok.”
“Lo belum makan?” Gavino menggeleng.
“Bagus. Itu salah lo sendiri kenapa nggak makan. Lagian Aaron juga nggak bakal apa-apain gue sampai harus lo pantau segala. Dia bukan cowok kayak lo yang udah ngerusak banyak cewek.”
“Oh lo belain selingkuhan lo sekarang dibanding gue?!”
Gavino segera melepas pelukannya dan balik membelakangi Cassie. Malas sekali mendengar istrinya memuji pria lain. Sepertinya memang pria yang bernama Aaron itu sudah mendoktrin pikiran Cassie.
Merasa tak ada lagi tangan yang melingkar di perutnya membuat Cassie terbangun. Ia menatap Gavino yang telah memejamkan matanya.
Kenyataan nya Aaron memang jauh lebih baik dari Gavino. Cassie tak bisa mengabaikan fakta itu. Namun melihat pria itu merajuk membuatnya merasa sedikit bersalah.
“Gav,” panggil Cassie yang hanya dibalas oleh keheningan.
“Gav,” ulang Cassie namun pria itu tetap bungkam. “Ck, lo jadi mau makan nggak? Kalau nggak mau, gue nggak jadi masakin lo nih.”
Ancaman Cassie berhasil membuat Gavino bangun. Pria itu langsung menegakkan badannya dan menatap Cassie, “Lo mau masakin gue?”
“Iya makanya nggak usah marah gitu. Males gue masakin suami yang tukang marah-marah.”
“Iya-iya.”
...-+++-...
“Lo ada masalah apa Line sama Dey?”
“Tanya sama orangnya sendiri aja.”
Celline sedang tak ingin membahas kekasihnya. Lebih baik ia menikmati beer yang akan membuatnya lupa dengan Dey. Mengabaikan Jimmy dan Lily yang kini sedang melihatnya dengan iba.
Lily yang sedang berada di pangkuan Jimmy pun menatap pria itu, “Kasian Celline. Temen kamu sih udah bikin My Celline kesel.”
“Sayang, kok jadi aku,” protes Jimmy bersamaan dengan Dey yang baru saja datang. “Nah nih orangnya. Salahin orangnya.”
Dey tak menanggapi Jimmy. Ia langsung berjongkok di hadapan Celline dan memegang kedua tangan Celline, “Hey, I’m sorry okey?” ucapnya lembut.
Celline yang sudah mabuk pun hanya menatap kedua netra Dey. Mencoba mencari kebohongan yang tak ia temukan pada mata beriris coklat itu. Dalam sekejap, ia pun menarik tengkuk Dey dan melumat bibir Dey sebentar.
“Janji jangan diulangi?”
“Promise.”
...-+++-...
Gavino merupakan pria yang memiliki pola hidup sehat. Ia jarang sekali memakan makanan instan. Namun malam ini, mie instan buatan Cassie membuatnya mulai menyukai makanan instan. Ia tak tau mengapa mie instan buatan Cassie selalu membuatnya ketagihan.
“Buatin gue lagi, Cas.”
Wanita itu hanya dapat melongo. Ia bahkan sudah membuatkan Gavino dua porsi tetapi pria itu masih ingin tambah? Tentu saja Cassie langsung menolaknya.
“Big no. Itu udah dua porsi terus makannya juga malem-malem jadi nggak boleh tambah lagi.”
Gavino hanya dapat memanyunkan bibirnya dan menatap Cassie dengan mata berbinar. Hal itu pun membuat Cassie tertawa dan menepis wajah pria itu agar tak menatapnya, “Lo kayak anak kecil deh.”
Baru kali ini Gavino melihat istrinya tertawa karenanya. Sebuah penghargaan layak ia dapatkan sekarang karena telah membuat batu es itu mencair. Ia pun tersenyum senang.
“Jadi lo bakal balik ke gue kan Cas?”
Pertanyaan itu menghentikan tawa Cassie. Wajahnya kembali datar. Satu persatu jarinya mengacung ketika mulutnya mengabsen perlakuan Gavino yang telah membuat nya tersiksa.
"Main cewek di belakang gue, kdrt, ngerendahin gue dengan kata-kata kasar, nonjok gue sampe gue hampir keguguran."
Wanita itu menghembuskan napasnya, "Lo tau kan nggak ada memori indah yang lo kasih ke gue. Jadi setelah semua memori sialan itu, lo pikir gue masih mau balik ke lo?"
Kali ini Cassie benar-benar berhasil membungkam Gavino. Semua yang Gavino lakukan benar-benar telah menyakiti wanita itu. Secara sadar, Gavino telah menciptakan neraka yang membuat Cassie ingin lepas.
Namun biarkan Gavino egois kali ini. Setelah semua yang ia berikan pada Cassie, ia tetap tak bisa membiarkan wanita itu bebas darinya. Ia akan terus menjerat wanita itu dengan cara apapun.
"Tapi lo nggak lupa kan Cas sama tugas lo ke keluarga Moon?"
"Gav? Gue nggak pernah lupa tanpa lo kasih tau gue."
Pria itu pun mengeluarkan smirknya, "Good girl, so back to me Cassie."
Dekripsi suasana hati, tempat baik nya lebih di perjelas. Jangan hanya menekankan emosi perkarakternya saja.
Ceritanya sebetulnya Menarik, bisa dinikmati. Cuma sayang aja penggambarannya kurang jelas, Dari bab sekian yg udah kubaca, tiap muncul problem selalunya udah segitu aja, gak di perpanjang. Jadi kesannya kaya kurang pas gitu, lebih di olah lagi biar Kita yg baca beneran geregetan. /Pray//Smile/
dekripsi, alur, gaya menulis, sama peran perkarakternya itu bagus lohh.
Kulihat, ini tipikal novel yg alurnya cepat yaa.
Lanjutin Terus semangat /Good//Smile/