Sebuah insiden membawa Dinda Fahira Zahra dan Alvaro Davian bertemu. Insiden itu membawa Dinda yang yatim piatu dan baru wisuda itu mendapat pekerjaan di kantor Alvaro Davian.
Alvaro seorang pria dewasa tiba-tiba jatuh hati kepada Dinda. Dan Dinda yang merasa nyaman atas perhatian pria itu memilih setuju menjadi simpanannya.
Tapi bagaimana jadinya, jika ternyata Alvaro adalah Ayah dari sahabat Dinda sendiri?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada yang tak sesuai norma. 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Lima
Dinda membersihkan dapur yang terlihat paling kotor. Mungkin tak pernah dipakai atau di sentuh. Saat sedang asyik membersihkan kompor, dia mendengar langkah kaki mendekati. Pastilah Alvaro. Gadis itu berbalik dan tersenyum. Dia memandang tak berkedip ke arah pria itu.
Alvaro terlihat jauh lebih tampan dan muda dengan pakaiannya saat ini. Baju kaos dan celana pendek. Mungkin tadi pria itu menggantinya.
"Kapan Om ganti pakaian?" tanya Dinda.
"Barusan. Nggak mungkin aku membersihkan apartemen ini dengan memakai jas. Gerahlah ...," jawab Alvaro dengan santainya.
Alvaro lalu membantu Dinda membersihkan apartemen di mulai dari dapur. Hingga tak terasa jam telah menunjukan pukul delapan malam. Perut Dinda berbunyi, yang di dengar Alvaro. Pria itu tertawa membuat gadis itu tersipu malu.
"Kamu lapar? Maaf, aku lupa jika ini sudah lewat jam makan malam. Aku pesan makanan dulu!" seru Alvaro. Dinda menjawab dengan anggukan kepala. Percuma saja berbohong karena perutnya sudah mengatakan apa yang sebenarnya jika dirinya memang lapar.
Alvaro menghubungi nomor salah satu restoran langganannya. Jika di sana dia akan diprioritaskan dan dilayani cepat. Sementara pria itu menghubungi restoran, Dinda masuk ke kamar dan membersihkan diri. Badannya terasa sangat gerah.
Setelah mandi dan berpakaian rapi, Dinda keluar dari kamar. Gadis itu heran karena di apartemen ini tak ada satu pun foto Alvaro atau keluarganya, tapi dia yakin pria itu masih memiliki istri.
"Kebetulan kamu dah selesai mandi, giliran aku mandi dulu. Kamu tunggu saja pesanan makanan datang. Sudah aku bayar, tinggal ambil saja," ucap Alvaro.
Pria itu langsung masuk ke kamar utama di mana Dinda akan tidur. Tapi, dia tak mungkin melarang karena memang di lemari masih banyak baju gantinya. Baju Alvaro dan Dinda berada dalam satu lemari.
"Apa ini tak akan jadi omongan nantinya. Aku tinggal di apartemen milik seorang pria beristri? Aku yakin Om Alvaro masih memiliki istri sah. Apa aku tanya aja ya?" tanya Dinda dalam hatinya.
Sepuluh menit duduk, pesanan makanan datang. Dinda heran melihat banyaknya makanan yang di pesan pria itu. Dia lalu membawanya ke dapur dan menghidangkan di atas meja.
Setengah jam kemudian, Alvaro keluar dari kamar. Dengan style yang sama, baju kaos oblong dan celana pendek. Wanginya tubuhnya menebar kemana-mana.
"Pasti parfum Om Alvaro sangat mahal," gumam Dinda dalam hatinya.
"Om, makan di meja makan atau di ruang keluarga sambil menonton?' tanya Dinda.
"Apa kamu tak keberatan kalau kita makan di ruang keluarga saja?" Alvaro balik bertanya.
"Tentu aja nggak, Om. Aku bawa dulu makanannya," jawab Dinda. Alvaro lalu membantu gadis itu membawa semua makanan ke meja depan televisi.
Setelah semua pindah, mereka segera makan. Mungkin karena lapar, Dinda makan dengan lahap tanpa malu-malu. Alvaro melihatnya dengan tersenyum. Entah mengapa, berada di samping gadis itu membuat dia merasa sangat bahagia.
"Om, nggak makan? Kok malah lihat aku terus?" tanya Dinda ketika menyadari pria itu hanya menatapnya.
"Aku senang melihat cewek makan tanpa takut gemuk," ucap Alvaro.
"Aku tak akan gemuk walau makan sebakul. Karena sudah sering menahan lapar, banyak sisi perutku yang kosong," jawab Dinda.
Alvaro terdiam mendengar ucapan gadis itu. Dia jadi membayangkan bagaimana sulitnya hidup Dinda. Dia lalu ikut makan.
Setelah makan, Dinda membereskan semua dan langsung mencuci piringnya. Selesai semua jam telah menunjukan pukul sepuluh malam.
Saat Dinda menuju ruang keluarga, dia melihat Alvaro telah terlelap di sofa. Gadis itu ragu membangunkan atau membiarkan dia tidur.
"Jika aku biarkan Om Alvaro tidur di sini, apa nanti pak Satpam tak datang menggerebek? Nanti aku di kawinkan lagi, kayak cerita-cerita novel yang ku baca. Aku ada baca novel online karya mama Reni, pernah ada cerita seorang guru dipaksa kawin dengan muridnya karena digerebek," gumam Dinda dalam hatinya.
Dinda akhirnya memutuskan membangunkan Alvaro. Dia mengguncang pelan tubuh pria itu.
"Om, bangun. Sudah malam!" seru Dinda.
Beberapa melakukan itu, barulah, Alvaro membuka mata. Pandangannya langsung bertemu dengan wajah Dinda. Dia tersenyum.
"Om, sudah jam sepuluh. Apa Om tak pulang?" tanya Dinda.
"Aku tidur di sini saja. Capek banget. Mata juga mengantuk, takut nyetir dalam keadaan begini," jawab Alvaro.
"Apa tak bahaya kalau Om tidur di apartemen ini denganku?" tanya Dinda lagi.
"Jangan takut, aku tak akan menggangu kamu. Kunci aja kamarnya dari dalam kalau kamu takut aku macam-macam!" seru Alvaro.
"Bukan takut itu, Om," jawab Dinda.
"Lalu ... Apa yang kamu takutkan lagi?" tanya Alvaro.
"Apa nanti tak ada satpam yang berkeliling apartemen ini, dan kalau dia tau kita tidur satu atap tanpa ikatan pernikahan bisa-bisa dipaksa kawin," jawab Dinda dengan polosnya.
"Kalau dipaksa kawin, ya enaklah. Kawin aja kita," balas Alvaro sambil tertawa.
"Ih, Oom. Malah ketawa, bukannya kuatir," ujar Dinda.
"Lagian kamu itu lucu, mana ada satpam yang bertugas keliling apartemen mencari siapa yang tidur seatap. Kurang kerjaan banget. Selamanya kita tinggal seatap tanpa menikah pun tak ada satpam yang peduli. Di sini privasi kita terjaga banget. Jangan takut. Kamu tidur saja lagi," ucap Alvaro.
"Om tidur di mana?" tanya Dinda lagi.
"Aku bisa tidur di kamar tamu atau di sini saja. Jangan kuatir. Kamu tidurlah!"
"Baiklah, Om," ucap Dinda dengan pelan.
Dengan ragu, Dinda akhirnya kembali ke kamar. Dia langsung mengunci pintu dari dalam. Sebenarnya tak enak harus membiarkan Alvaro yang tidur di sofa padahal dia pemilik apartemen.
***
Pagi harinya Dinda dan Alvaro langsung ke kantor setelah mereka berpakaian rapi tanpa sarapan, karena tak ada bahan makanan.
"Maaf, Om. Aku tak buatkan sarapan. Tak ada bahan makanan di kulkas," ucap Dinda.
"Kita sarapan dekat kantor saja. Nanti pulang kerja kita beli dulu di supermarket. Apa-apa yang kamu butuhkan semuanya kamu beli saja," jawab Alvaro.
Dinda menjadi terkejut mendengar jawaban dari pria itu. Apa maksudnya akan belanja pulang kerja. Apa Om Alvaro akan makan di apartemen terus? Tanya Dinda dalam hatinya.
selesaikan dulu sama yg Ono baru pepetin yg ini
semoga samawa...
lanjut thor...