Ica semenjak di tinggal oleh Azzam tanpa alasan akhirnya memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya yang awalnya tak begitu di cintainya berjalan dengan harmonis dan bahagia.
Tapi ternyata Ica di tipu mentah-mentah oleh sikap baik suaminya selama ini, justru suaminya ternyata pria yang suka berselingkuh dan gonta-ganti pasangan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Bagaimana dengan rumah tangga Ica dan suaminya selanjutnya?
Apakah Ica tetap bertahan atau justru memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Bagaimana, Ica?"
Sang mama langsung menyambut kedatangan Ica dengan memberi pertanyaan, dalam hati begitu khawatir. Apalagi melihat putri semata wayangnya pulang dalam keadaan mata sembab, tentu sang mama tau Ica habis menangis.
"Alhamdulilah, Ma. Ica baik-baik saja" ucap Ica lalu berusaha menampilkan senyum terbaiknya
Detik berikutnya kalimat penuh dengan rasa syukur keluar dari bibir sang mama, kemudian sang mama menghambur ke pelukan putri semata wayangnya dan di balas Ica karena kebetulan hatinya saat ini tidak baik-baik saja setelah bertemu dengan Azzam kembali.
"Lalu kenapa putri Mama ini menangis?" tanya Sang mama menatap lekat wajah putri semata wayangnya tersebut
"Nangis bahagia dan terharu, tadi bahkan tanpa rasa malu Ica sujud di depan orang-orang yang lalu lalang"
Sang mama hanya mengangguk, mungkin pikir putri semata wayangnya itu dirinya percaya padahal sebenarnya sang mama tahu Ica sedang menyembunyikan sesuatu dan pasti itu alasannya mengapa kedua mata Ica jadi sembab.
Ica lalu bertanya kemana kedua putrinya yang ternyata kata sang mama tidur siang di kamar, Ica pun pamit pada sang mama ingin ke kamar melihat kedua putrinya dan istirahat karena tubuhnya terasa lelah bukan tubuh lebih tepatnya hatinya yang lelah.
Sesampai di kamar Ica langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang habis dari rumah sakit, dirinya tidak mau kedua putrinya tertular penyakit yang di bawanya dari luar. Setelah mengganti pakaian, Ica mendekati kedua putrinya yang masih tidur.
"Kalian adalah penyemangat Mama, di saat hati Mama sedang tidak baik-baik saja" gumam Ica dalam hati sembari mencium pucuk kepala kedua putrinya
Lalu Ica memilih membaringkan tubuhnya di samping putri sulungnya, sementara putri bungsunya tidur di dalam box bayi. Ketika hendak memejamkan mata bayangan bertemu Azzam tadi kembali melintas, membuat Ica langsung membuka kedua matanya.
Ica mengurungkan niatnya untuk tidur, justru dirinya jadi melamun menatap langit-langit di kamarnya. Sepuluh tahun tak bertemu dengan Azzam, kini kembali bertemu dan tak ada yang berubah dari pria itu tetap tampan serta gagah seperti terakhir mereka bertemu.
Ica juga teringat sebelum pergi tadi, Azzam mengatakan ada alasan mengapa pergi tanpa alasan. Sebenarnya menurut Ica apapun alasan Azzam sudah tak penting lagi, namun Ica juga merasa penasaran apa alasan Azzam apa alasannya akan masuk akal.
"Kenapa juga aku mikirin Kak Azzam? Mau apapun alasannya semua tak bisa kembali ke awal, pasti Kak Azzam juga sudah menikah" gerutu Ica dalam hati kesal sendiri
.
.
.
Setelah dari rumah sakit Azzam juga kembali ke rumahnya, kini kehidupan Azzam di dunia bisnis semakin sukses tapi dirinya tidak lagi bekerja menjadi CEO di perusahaan Tantenya. Dirinya memiliki usaha sendiri, yaitu pemilik MALL di kota tersebut.
Masih ingat ruko peninggalan milik ayahnya yang dulu hanya berukuran 5x7 meter kini berapa lahan di sekitarnya Azzam beli karena kebetulan memilik tanah sedang membutuhkan uang, sehingga ruko itu sekarang di bangun Azzam menjadi MALL.
Namun meski sukses di dunia bisnis, Azzam merasa sangat kesepian. Ketika usia masih balita dirinya harus di tinggal pergi kedua orang tuanya selamanya, setelah itu di tinggal selama oleh kakek neneknya sebelah bundanya.
Yang memang dari kecil mereka mengasuh Azzam ketika kedua orang tua Azzam meninggal dan detik ini juga Azzam masih merasa sangat kesepian karena di usia 46 tahun Azzam masih melajang, Azzam belum menikah meski usianya tak lagi muda.
Tantenya Sisil sudah berulang kali memintanya untuk menikah, agar keponakannya itu tidak kesepian dan ada yang mengurusnya. Tapi Azzam tetap tak mau, karena cintanya sepenuhnya sudah di berikannya pada wanita cinta pertamanya.
Siapa lagi kalau bukan Ica, sekarang Azzam akan kembali mengejar wanita cinta pertamanya itu. Karena Azzam sudah tahu tentang kabar Ica yang akan bercerai dengan suaminya, bahkan Azzam sangat marah tau suaminya Ica seorang pria yang brengsek.
Bagaimana Azzam tahu? Azzam kembali ke kotanya sudah empat tahun yang lalu dan kebetulan di hari dirinya kembali, dirinya melihat Ica yang pulang bersama suaminya dan di hari itu Azzam mengirim seorang mata-mata untuk mengetahui aktivitas Ica.
Sampai akhirnya di tahun ini Azzam mendapat kabar bahwa Ica di khianati suaminya, ada rasa bahagia di hati Azzam ada kesempatan untuk mendapatkan Ica lagi tapi ada rasa sakit juga melihat wanita yang di cintainya sakit hati dan menangis karena pengkhianatan suaminya.
Mau tau kemana Azzam selama ini pergi? Azzam pergi ke luar negeri, untuk mengetahui alasannya nanti akan di ceritakan ketika Azzam menjelaskan pada Ica. Azzam tinggal di rumah besar miliknya hanya seorang diri, tapi ada para pekerja seperti sepuluh ART, dua satpam dan dua tukang kebun.
"Tuan, sudah pulang. Tuan mau makan sekarang, apa nanti?" tanya Kepala ART
"Siapkan sekarang ya Mbok, saya mau ke atas dulu berganti pakaian" titah Azzam ramah, sifat ramah tak pernah hilang
"Baik, Tuan"
Setelah itu Azzam melangkahkan kaki ke arah anak tangga lalu menaiki anak tangga satu persatu, sesampai di kamar Azzam langsung melepas jas yang di pakainya lalu di lemparnya ke atas ranjang king size.
Azzam duduk sejenak di tepi ranjang kemudian kedua matanya menatap figur berukuran besar yang tertempel di dinding yang ada di hadapannya, figur itu berisi foto Azzam dan Ica yang backgroundnya menara eiffel.
Itu sewaktu Azzam dan Ica ikut mengantar kepulangan Rani setelah melaksanakan pernikahannya di Indonesia, bahkan itu foto Azzam ketika menyatakan perasaannya pada Ica dua minggu setelah pernikahan Rani.
Azzam masih ingat tanggal di mana dirinya dan Ica tertawa bersama, setelah mengungkap perasaan mereka yang saling suka. Awalnya Azzam tak menjanjikan apapun pada Ica, tapi dalam hati Azzam akan membawa hubungan mereka ke jenjang serius.
Sejak tanggal itu pula Azzam mengoleksi foto kebersamaan mereka di laptopnya, hanya foto mereka berdua yang mengisi galeri di dalam laptop dan bahkan setiap malam dalam doa Azzam terus menyebut nama Ica meminta agar mereka berjodoh.
Hari semakin berganti, cinta Azzam untuk Ica semakin bersemi, mekar dan penuh warna. Ini baru pertama kalinya Azzam merasakan cinta pada wanita sangat besar selain almarhumah Bundanya, dan sejak saat itu juga kebahagiaan Ica prioritas bagi Azzam.
(Rani adalah adik sepupu Azzam sekaligus sahabat Ica, kisahnya di Cinta Tak Harus Memiliki)
(Kalau cerita orang tua Azzam, berjudul Rasa Yang Mati)
Mampir baca biar gak bingung soal jalan cerita yang Author buat, karena setiap novel author buat saling bersangkutan.