"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 20. Pelatihan.
Jingga, Gani dan ayah Ilham akhir nya kembali pulang ke Jakarta, padahal mereka sudah setengah jalan tap ayah Ilham tidak tega melepas Jingga yang sedang dalam keadaan sedih. Ayah Ilham sangat bersyukur tidak terjadi hal apapun pada Jingga, walau dia bukan anak kandung nya tapi ayah Ilham sangat menyayangi Jingga seperti putrinya sendiri.
"Terus gimana, pa? Aku nggak jadi pulang kampung masa?" Ujar Jingga.
"Tunggu sampe kamu udah baik - baik aja baru papa ijinin kamu pulang kampung. Kalo kamu mau pulang cuma karena ingin bertanya beberapa hal sama Ustad Sholeh mendingan papa panggil dia buat dateng ke Jakarta aja." Uar ayah Ilham.
"Berlatih juga butuh banyak waktu dan menguras tenaga, nak. Yang penting kamu tidak boleh lengah ibadah, setan itu tugas nya mengganggu, dia akan terus berusaha untuk membuat kita mengeluarkan sisi negatif kita, dengan begitu dia bisa masuk dan mengendalikan pikiran kita." Ujar ayah Ilham.
Jingga pun mengangguk, hanya saja Jingga masih belum bisa melupakan kengerian di jalan toll yang membuat nya terus kepikiran. Sosok - sosok yang memakan darah, mereka semua berpesta.
Dan yang paling membuat Jingga sedih adalah, ketika dia melihat roh dari para korban yang menangis menyaksikan tubuh mereka hancur, mereka meninggal dengan mengenaskan sehingga roh nya pun menjadi penasaran.
Esok harinya..
Jingga dan Gani sedang berada di pemakaman saat ini, Jingga memutuskan untuk mengunjungi makam Raka, Delima, Airlangga dan Riki untuk mendoakan mereka. Jingga kini sedang menaburkan bunga di atas makam Raka dan di dalam hatinya dia merasakan kerinduan pada sosok abang angkat nya itu.
"Abang nggak nyangkut kan?" Gumam Jingga, Ia takut jiwa Raka tersangkut dan masih di alam dunia tapi Jingga tidak bisa menemukan nya.
Jingga menangis ketika membayangkan jika sampai Jiwa Raka tersangkut, sudah bertahun - tahun lamanya tapi dia baru kali itu di mimpikan Raka. Apalagi mimpinya mengandung teka - teki karena kembali kedalam rumah pesugihan Delima.
"Jingga, kalo dia udah di sempurnakan pasti sudah tenang." Ujar Gani, Jingga mengangguk - anggukkan kepalanya.
"Iya, bang Raka pasti nggak nyangkut." Gumam Jingga.
Jingga yang sedang dalam posisi sangat kalut itu tiba - tiba merasa tubuh nya terasa tidak nyaman, ia merasa sakit di tulang rusuk nya.
"Mati!"
"Mati!"
"Mati!"
Kembali terdengar bisikan suara yang mengatakan kata Mati pada Jingga. Jingga pun langsung membaca doa dalam hati dan tiba - tiba Jingga muntah. Muntah nya bukan muntahan sewajar nya tapi terdapat darah di dalam nya.
"Kalian nggak akan bisa nyakitin aku, kalau kalian menyerangku, maka kalian sendiri yang akan mati." Gumam Jingga.
"Jingga, kamu nggak apa - apa?" Gani khawatir sekarang.
Jingga tidak akan membiarkan yang jahat menguasai dirinya, Jingga terus membaca doa dan Gani pun sama ikut membaca doa, setelah nya sakit nya reda.
"Ayo kita pulang." Ujar Jingga, dan Gani mengangguk.
Hari berganti malam dan kini Jingga sedang berada di ruang tengah bersama ayah nya dan Gani. Jingga sedang di ajarkan ayah Ilham, caranya dia menangkap kiriman santet dan mengeluarkan nya.
Jingga menghafal beberapa doa, sholawat, dzikir untuk menangkap kiriman ghoib seperti itu dan beberapa kali Jingga di ajari dia langsung mengerti. Semalaman itu dia belajar untuk menerima satu lagi kelebihan yang dia bisa.
"Kuatkan aku ya Allah.." Gumam Jingga.
•○•○•○•
Sampai seminggu lamanya Jingga belajar untuk memfokuskan diri, sampai akhirnya pengelihatan nya lebih jernih lagi, lebih jelas lagi dan akhir nya Jingga mendapatkan peningkatan itu.
"Coba kamu tangkap satu, papa bantu kamu dari belakang." Ujar ayah Ilham, Jingga pun mengangguk.
"Iya pa." Sahut Jingga.
Karena saat ini di luar rumah itu ada beberapa bola api yang sedang berterbangan mencoba masuk, tapi tidak bisa karena di halau ayah Ilham. Namun para sosok kiriman biasanya akan menunggu saat - saat targetnya lengah, atau saat Jingga sedang berada di luar rumah, maka mereka akan melakukan penyerangan.
"Gani, bantu Jingga ya? Jingga akan masukkan satu dari mereka ke tubuh kamu." Ujar Ayah Ilham, dan Gani dengan sigap mengangguk.
"Iya om." Ujar Gani, tanpa khawatir pada dirinya sendiri.
"Gani, maaf ya?" Ujar Jingga, ia lebih dulu minta maaf.
"Nggak apa - apa, Jingga. Aku malah seneng, jadi kita bisa ngelawan mereka yang nyakitin kamu." Ujar Gani.
Jingga memejamkan matanya sambil membaca doa, ia lalu mengangkat tangan nya ke atas seolah menangkap sesuatu lalu di arah kan ke Gani, Gani seketika menjadi kesurupan dan wajah nya menjadi lain sekarang.
"Hehehehehe!!
"Hehehehehe!!"
"Hahahaha!!"
Gani tertawa mengerikan, Jingga bukan melihat Gani saat Gani tertawa, tapi dia melihat sosok yang mengerikan. Sosok itu berwajah setengah borokan dan setengah nya lagi seperti terbakar, rambut nya panjang tapi tidak jelas itu laki - laki atau perempuan. Dari mulut sosok itu mengeluarkan darah hitam dari mulut nya dan itu sangat - sangat bau busuk Wajah nya sangat mengerikan, karena dia sudah di gunakan menjadi media santet oleh oknum dukun.
"Siapa yang ngirim kamu?" Tanya Jingga, pertanyaan pertama yang sangat membuat Jingga ingin tahu. Gani hanya terkekeh sambil terus bergumam kata mati sambil menatap Jingga.
"Mati!"
"Mati!"
"Mati!"
"MATIII!!!"
"Bisa ngomong yang bener nggak!? Atau aku bakar kamu." Ujar Jingga, sosok itu hanya terus terkekeh.
Jingga membaca doa dalam hatinya dan sambil dia menggenggam tangan Gani, dan saat itu Gani tiba - tiba merengek seperti orang yang kesakitan. Sosok itu mencoba menarik tangan Gani dari JIngga tapi tidak bisa, Jingga justru semakin mempererat genggaman tangan nya.
"Panas!"
"Panas!" Sosok itu berteriak kepanasan.
"Jika sudah tahu sakit dan panas maka bicara yang baik padaku." Ujar Jingga.
"Aku! Cuma! Di suruh. Aku! Cuma! Di suruh." Ujar sosok itu, dia marah tapi kesakitan.
"Siapa yang menyuruh kamu?" Tanya Jingga.
"Aaaaarrrggghhh!!!" Sosok yang berada di dalam Gani berteriak karena merasa sangat tidak nyaman berada di dalam tubuh Gani.
"Tidak tahu! Aku tidak tahu. Aku hanya di kasih makan dan di kasih tugas buat bikin kamu sakit! Mati!" Ujar nya.
Jingga pun menutup matanya untuk melihat siapa gerangan yang sudah mengirimkan makhluk itu padanya, tapi Jingga melihat orang yang tidak sama sekali dia kenali, dia tidak pernah bersinggungan dengan orang itu sama sekali. Akhirnya Jingga membaca doa dan sosok itu kembali kepanasan dan memberontak nyaris mengamuk jika tidak di halau ayah Ilham.
"Kamu di kasih makan apa?" Tanya ayah Ilham.
"Darah! Mereka kasih aku darah! Lepas! Panassssss!!!" Sosok itu memberontak kepanasan.
Ayah Ilham menyentuh kepala Gani dan membaca kan doa, Gani pun tenang. Tapi tiba - tiba Gani membuka matanya dan menatap Jingga dengan tatapan kosong.
"Banyak yang tidak suka sama kamu, Jingga. Banyak yang tidak suka kamu memiliki kelebihan dan membantu orang, kamu membuat dukun - dukun hitam kehilangan sumber uang." Ujar sosok yang berada di dalam Gani, sepertinya sosok yang lain.
"Hati - hati Jingga, orang yang baik tidak mudah hidup di dunia. Karena mereka yang serakah akan melakukan apa saja supaya kamu celaka, hati - hati Jingga."
"Makasih udah ngingetin, kamu boleh keluar dari tubuh temenku." Ujar Jingga.
Aneh memang, sebelumnya Gani berteriak kepanasan dan sekarang dia memberi tahu Jingga untuk hati - hati. Tapi sosok nya memang berbeda, yang ini adalah sosok perempuan yang di ikat, atau lebih sering di sebut pocong.
"Aku boleh ikut kamu, Jingga?" Ujar sosok di dalam Gani.
"Kamu tidak di ijinkan, keluar saja dari tubuh ini dan kembali ke tempatmu." Ujar ayah Ilham.
"Hati - hati ya Jingga.." Ujar sosok itu, lalu ayah Ilham mengeluarkan sosok itu dari tubuh Gani.
"Hoeek!!" Gani muntah - muntah setelah selesai.
"Papa, aku nggak kenal orang yang ngirim." Ujar Jingga.
"Nanti juga dianakan muncul, karena kita sudah menangkap basah dirinya." Ujar ayah Ilham.
BERSAMBUNG...
Bakar aja skalian dgn rumahnya. Jangan kasih kesempatan idup, berbahaya tuh orang
pokok Ny Makasih 😍,
Msh Ada 2 Jones Belum Ada Jodoh Ny tu