Perjalanan hidup yang berliku-liku harus diterima dengan penuh keikhlasan. Sebagai seorang single parents yang memiliki seorang anak laki-laki itu tak mudah. Setelah kehilangan pekerjaan di salah satu perusahaan di ibukota.
Akankah berakhir dengan bahagia di perjalanan hidupku ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurilmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 29
Sepuluh hari aku telah di rawat inap di rumah sakit, hari dokter Karin memperbolehkan pulang ke rumah karena kondisiku susah jauh lebih baik. Aku sudah siap untuk pulang dan bertemu dengan anakku Fahri. Mama Galuh dan Nisa tidak mengetahui kalau hari ini aku sudah di perbolehkan pulang oleh dokter. Sengaja aku tidak memberitahukan pada mereka yang pastinya hari ini mereka sibuk dengan pesanan catering untuk suatu acara.
Saat aku sedang menunggu dari pihak perawat untuk pengurusan administrasi, terdengar suara pintu di ketuk. Ternyata mas Azzam yang datang pagi-pagi sekali.
"Assalamu'alaikum Sarah".
" Walaikumsalam mas".
"Ada gerangan apa mas Azzam pagi-pagi sudah mengunjungi ku, dengan pakaian kantor lengkap dengan jas", gumamku.
" Sarah apa kamu sudah siap untuk pulang hari ini?" tanya mas Azzam seraya menatapku lekat.
"Sudah mas, tinggal menunggu konfirmasi dari perawat mengenai administrasinya".
" Administrasinya sudah Denis yang urus, ayo sekarang aku antar kamu pulang ke rumah..... pasti Fahri kangen denganmu termasuk aku", bisiknya pelan padaku saat mengatakan kangen padaku.
Aku melotot kaget saat mas Azzam bilang kangen, padahal tiap hari dia menelepon diriku terkadang dengan panggilan video call.
"Hanya ini saja Sarah, bawaan kamu?" tanya mas Azzam saat melihat hanya satu koper saja.
"Iya mas".
"Kita akan ke ruangan perawat untuk dijelaskan mengenai obat yang akan dibawakan pulang, serta nanti ada surat untuk check up ke dokter", lanjut mas Azzam seraya membawakan koper milikku berukuran sedang.
Setelah di jelaskan oleh perawat akupun pulang diantar oleh mas Azzam yang dikemudikan oleh Denis asisten pribadinya mas Azzam. Selama perjalanan aku banyak diam karena mas Azzam sedang sibuk dengan ponselnya.
Hanya memakan waktu setengah jam aku telah sampai di rumah. Disambut oleh mama Galuh dan anakku Fahri yang akan berangkat sekolah.
" Assalamu'alaikum", ucapku seraya melangkah masuk ke dalam rumah.
"Walaikumsalam", jawab Fahri dan mama Galuh,
" Ibu.......ibu sudah pulang......aku senang ibu sudah sembuh, kenapa ibu enggak bilang kalau pulang hari ini ", kata Fahri senang meliharku seraya memelukku.
" Alhamdulillah kamu sudah sembuh dan diperbolehkan pulang oleh dokter", ujar mama Galuh.
"Iya bu alhamdulillah".
"Ternyata yang menjemput nak Azzam, jadi merepotkan", kata mama Galuh saat menerima uluran tangan untuk menyalaminya.
" Iya tante, tidak apa-apa ", jawab mas Azzam tersenyum.
" Fahri mau berangkat sekolah, ayo berangkat sama om sekalian om mau berangkat ke kantor ", lanjut Azzam melihat Fahri sudah siap untuk ke sekolah.
" Iya om".
Akhirnya anakku Fahri berangkat ke sekolah dengan mas Azzam. Sementara aku beristirahat di kamarku dan mama Galuh pulang untuk mengecek pesanan cateringnya. Selama aku sakit di rawat di rumah sakit, mama Galuh yang menghandle pesanan kue untuk di tokonya Serli dibantu oleh mbok Darmi serta ketiga pegawaiku yang masih keponakan mbok Darmi.
...****************...
Azzam setelah mengantarkan sekolah Fahri langsung menuju ke kantornya.
"Denis apa proyek pembangunan resort di Bali sudah tidak ada masalah lagi?"
"Sudah terkendali pak dan oknum sudah di tangani oleh pihak kepolisian", lanjut Denis,
" Saya harap ke depannya jangan sampai terjadi lagi, tetap harus di pantau karena dana yang di keluarkan tidak sedikit ", kata Azzam.
" Baik pak Azzam, saya sudah memilih orang yang bisa di percaya ", kata Denis kemudian.
" Hmm ".
Tak lama kemudian Azzam dan Denis telah sampai di kantor. Wulan sebagai sekretaris menyambutnya lalu masuk ke ruangan pak Azzam untuk mengingatkan schedule hari ini.
" Berkas mana yang perlu saya tanda tangani dahulu Wulan sebelum meeting bulanan di mulai", lanjut Azzam.
"Ini pak Azzam sudah saya persiapkan", kata Wulan seraya menyerahkan berkas yang di minta oleh pak Azzam kemudian berlalu keluar ruangan menuju ke meja kerjanya.
Sementara Denis setelah mengantarkan pak Azzam ke ruangannya, ia menuju ke ruangan yang berada di seberang ruangan pak Azzam.
Pukul sepuluh pagi meeting bulanan di kantor Azzam pun di mulai di pimpin oleh Denis dan Azzam hanya menyimak sebagai CEO perusahaan tersebut. Meeting berlangsung hingga siang pukul dua belas tiga puluh. Azzam melihat jam tangan di pergelangannya lalu beranjak pergi untuk menjemput sekolah Fahri karena tadi pagi Azzam sudah berjanji untuk menjemput Sekolah.
" Denis tolong handle kantor,saya keluar sebentar menjemput Fahri di sekolah, nanti meeting bersama klien jam dua siang saya sudah kembali ke kantor ", kata Azzam pada Denis.
" Baik Pak".
Setelah kepergian Azzam, Denis melangkah menuju ke meja Wulan yang sedang berkutat dengan laptop.
"Wulan bos kamu taktiknya boleh juga, mengambil hati anaknya dulu baru ibunya", kata Denis seraya menyerahkan laporan hasil meeting.
" Harus itu pak Denis!!!!" seru Wulan tersenyum.
"Mudah-mudahan saja bu Sarah luluh hatinya, karena selama ini sikap bu Sarah biasa saja tapi entah kalau sedang berdua dengan pak Azzam", lanjut Denis.
" Kita do'akan saja pak, semoga bu Sarah dan pak Azzam berjodoh", ucap Wulan.
Denis pun menuju ke ruangannya setelah membicarakan bosnya dengan Wulan. Andai Azzam tahu sedang pasti Denis dan Wulan akan kena potong gaji.
...****************...
Azzam menjemput Fahri di sekolah dan langsung menuju ke rumah Sarah. Sekarang ini Sarah sedang menonton film netflix di televisi sambil menunggu anaknya pulang dari sekolah. Bel di pagar depan berbunyi dan mbok Darmi melangkah membukakan pintu pagar ternyata Fahri pulang bersama Azzam.
"Den Fahri mengapa bisa dengan pak Azzam?" tanya mbok Darmi
"" Saya sengaja menjemputnya mbok, karena tadi pagi saya sudah berjanji pada Fahri", kata Azzam.
"Oh.......mari silahkan masuk pak Azzam, ibu Sarah sedang di ruang tengah sedang menonton televisi", ujar mbok Darmi.
Azzam pun mengangguk mengiyakan, kemudian melangkah mengikuti langkah mbok Darmi masuk ke dalam rumah. Azzam jalan beriringan dengan Fahri yang tampak senang di jemput oleh om Azzam.
" Assalamu'alaikum ".
" Walaikumsalam".
Sarah menoleh dan melihat Fahri bersama Azzam lagi siang ini. Azzam dan Fahri tampak dekat serta akrab sekali. Fahri mengulurkan tangan mencium tangan ibunya.
"Ganti pakaian kamu nak dengan pakaian untuk di rumah", ucap Sarah lembut.
" Baik bu".
"Mas Azzam menjemput Fahri di sekolah?"
"Iya, aku tadi pagi sudah berjanji akan menjemputnya di sekolahan", lanjut Azzam seraya duduk tak jauh dari Sarah.
"Terimakasih ya mas, lain kali jangan seperti itu mas Azzam, takutnya kamu sedang sibuk di kantor lantas kamu bela-belain waktu kamu untuk menjemput Fahri di sekolahan. Sekolah Fahri dari rumah lebih dekat loh mas.....daripada jarak kantor kamu ke rumah sini", kata Sarah menatap Azzam.
" Enggak apa-apa kebetulan schedule ku hari ini tidak padat", lanjut Azzam seraya tersenyum menatap Sarah dengan lekat.
"Sebaiknya mas Azzam makan siang dulu, pasti mas belum makan siang kan?" tutur Sarah.
Sarah dan Azzam serta Fahri makan siang bersama. Setelah selesai makan Azzam langsung pergi ke kantor karena sudah di telepon oleh asisten pribadinya Denis.