Genre: Urban Fantasy dengan elemen Aksi dan Misteri
Garis Besar Cerita:
"Power" adalah sebuah novel web yang mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Arya Pratama yang hidup di Jakarta tahun 2030. Dia menemukan bahwa dirinya memiliki kemampuan supernatural untuk mengendalikan listrik. Namun, kekuatan ini membawanya ke dalam konflik berbahaya antara kelompok-kelompok rahasia yang memperebutkan kendali atas kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Bayangan Di Balik Layar"
Seminggu telah berlalu sejak insiden dengan Goro. Jakarta perlahan-lahan kembali normal, meski bekas-bekas pertarungan masih terlihat di beberapa tempat. Arya duduk di atap markas Persaudaraan Elemen, memandangi kota yang mulai diselimuti cahaya senja.
"Melamun lagi?" suara Nyi Roro mengejutkannya.
Arya tersenyum lemah. "Hanya... berpikir. Semua ini masih terasa tidak nyata."
Nyi Roro duduk di sampingnya. "Kau telah melakukan hal yang luar biasa, Arya. Tapi ingat, ini baru permulaan."
"Apa maksudmu?"
"Goro dan Guna Api bukanlah ancaman terbesar. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi di kota ini."
Sebelum Arya bisa bertanya lebih lanjut, alarm berbunyi dari dalam gedung. Mereka bergegas masuk dan menemukan Guru Bayu sedang mengamati sebuah layar besar.
"Ada apa?" tanya Arya.
Guru Bayu menunjuk ke layar. "Lihat ini. Dalam seminggu terakhir, telah terjadi serangkaian pencurian misterius di berbagai laboratorium dan fasilitas penelitian di Jakarta."
"Pencurian? Apa hubungannya dengan kita?" Arya bertanya, bingung.
Nyi Roro menjawab, "Yang dicuri bukan barang biasa. Mereka mencuri peralatan canggih dan bahan-bahan berbahaya. Dan menurut saksi mata, para pencuri ini memiliki... kemampuan khusus."
Arya mulai mengerti. "Maksudmu, mereka seperti kita? Pengendali elemen?"
Guru Bayu mengangguk. "Tepat. Dan kita khawatir ini semua terhubung. Goro, Guna Api, dan sekarang pencurian ini. Ada seseorang di balik layar yang menggerakkan semua ini."
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Arya.
"Kita akan menyelidikinya," jawab Nyi Roro. "Dan kau, Arya, akan memimpin misi ini."
Arya terkejut. "Aku? Tapi aku masih baru dalam semua ini!"
Guru Bayu tersenyum. "Justru karena itu. Kau memiliki perspektif segar yang kita butuhkan. Lagipula, kau sudah membuktikan dirimu dalam pertarungan melawan Goro."
Malam itu juga, Arya dan tim kecilnya - terdiri dari Dara si pengendali air dan Bima si pengendali api - berangkat menuju laboratorium terakhir yang menjadi target pencurian.
Mereka tiba di sebuah gedung tinggi di kawasan bisnis Jakarta. Penjagaan ketat terlihat di mana-mana.
"Bagaimana kita bisa masuk?" bisik Bima.
Arya mengamati gedung itu. Matanya tertuju pada sistem keamanan elektronik yang canggih. "Aku punya ide."
Dengan konsentrasi penuh, Arya mengirimkan gelombang elektromagnetik halus, cukup untuk mengganggu sistem keamanan tanpa memicu alarm. Dalam hitungan detik, pintu terbuka.
"Wow," gumam Dara kagum.
Mereka menyusup masuk, bergerak hati-hati melalui lorong-lorong gelap. Tiba-tiba, mereka mendengar suara-suara dari sebuah ruangan.
"...barang terakhir yang kita butuhkan," kata sebuah suara berat.
"Bagus. Dengan ini, rencana kita akan sempurna," jawab suara lain, lebih halus tapi terdengar berbahaya.
Arya memberi isyarat pada timnya untuk berhenti. Mereka mengintip ke dalam ruangan dan melihat dua sosok misterius sedang memindahkan sebuah kontainer besar.
"Itu mereka," bisik Bima. "Ayo kita serang!"
Tapi Arya menahannya. "Tunggu. Kita perlu tahu rencana mereka."
Sayangnya, lantai di bawah kaki Dara berderit. Kedua sosok itu langsung menoleh.
"Penyusup!" teriak salah satu dari mereka.
Dalam sekejap, ruangan itu berubah menjadi medan pertempuran. Bima melemparkan bola-bola api, sementara Dara menciptakan kabut tebal untuk mengaburkan pandangan musuh.
Arya berusaha menangkap kontainer itu dengan jaring listrik, tapi salah satu pencuri - seorang wanita dengan rambut perak - menghindarinya dengan kecepatan luar biasa.
"Terlalu lambat, bocah," ejeknya, sebelum menghilang dalam kabut.
Pertarungan berlangsung sengit, tapi singkat. Dalam hitungan menit, kedua pencuri itu berhasil meloloskan diri, membawa serta kontainer misterius itu.
Arya jatuh berlutut, frustrasi. "Mereka lolos..."
Bima menepuk pundaknya. "Hei, setidaknya kita tahu wajah mereka sekarang.