NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Pria Beristri

Jerat Cinta Pria Beristri

Status: tamat
Genre:Tamat / Showbiz / One Night Stand / Konflik etika / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Tak terima lantaran posisi sebagai pemeran utama dalam project terbarunya diganti sesuka hati, Haura nekat membalas dendam dengan menuangkan obat pencahar ke dalam minuman Ervano Lakeswara - sutradara yang merupakan dalang dibaliknya.

Dia berpikir, dengan cara itu dendamnya akan terbalaskan secara instan. Siapa sangka, tindakan konyolnya justru berakhir fatal. Sesuatu yang dia masukkan ke dalam minuman tersebut bukanlah obat pencahar, melainkan obat perang-sang.

Alih-alih merasa puas karena dendamnya terbalaskan, Haura justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Ervano hingga membuatnya terperosok dalam jurang penyesalan. Bukan hanya karena Ervano menyebalkan, tapi statusnya yang merupakan suami orang membuat Haura merasa lebih baik menghilang.

****

"Kamu yang menyalakan api, bukankah tanggung jawabmu untuk memadamkannya, Haura?" - Ervano Lakeswara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 08 - Mengancam/Diancam?

"No, ini bukan ancaman ... hanya sekadar peringatan!!" jawab Haura tegas dari seberang telepon.

Meski tangannya sudah gemetar dan muak luar biasa, tapi dia merasa ingin sekali mencaci maki Ervano yang hingga detik ini bahkan tidak meminta maaf.

Jangankan meminta maaf, merasa bersalah saja mungkin tidak dan hal itu memang membuat Haura murka.

"Lakukan saja kalau berani ... kita lihat siapa yang akan berakhir di penjara nantinya."

Lihat, dia bahkan tidak merasa bersalah dan justru dengan santai balik menantangnya. Sontak Haura berdecih tentu saja. "Cih, masih berani berkata begitu?"

"Kenapa tidak? Saya punya hak untuk membela diri, saya bisa menuntut balik kamu atas kasus ini ... bagaimana?"

Seketika Haura tertawa hambar saking tak percaya mendengar jawaban Ervano. "Menuntut balik? Tidak salah dengar?"

Alih-alih bungkam, Ervano terkekeh pelan di balik telepon. "Tentu tidak, seseorang telah memasukan obat perang-sang ke dalam minuman saya dan seperti yang kita ketahui bersama kamu mengambil alih tugas Marisa untuk menyiapkan makan malam kita."

Gleg

Mata Haura membulat sempurna, sesuai dugaan Ervano tak sebodoh yang dia kira. Kali ini, Haura bahkan tidak berani menentang Ervano untuk kedua kali.

"Asal kamu tahu, saya selalu memantau orang-orang yang ada di sana sebelum datang dan orang kepercayaan saya mengatakan kamu datang paling awal ... benar 'kan?"

Tak mampu menjawab, Haura kini hanya menggigit bibir dan mulai bingung dibuatnya. Bak terperosok ke dalam jurang yang dia ciptakan sendiri, Haura tak memiliki kemampuan untuk menyelamatkan diri.

"Satu lagi, bukti bahwa kamu memasukkan sesuatu ke minuman saya sudah saya kantongi, Haura ... dengan begini saja kamu sudah kalah," tambah Ervano di akhir dan benar-benar membuat Haura terduduk lemas.

Lengkap sudah, Ervano ternyata bergerak lebih cepat dari dugaannya. Haura yang tadi memang tidak bisa menjawab, sekarang justru tidak bisa apa-apa.

Hendak menutup telepon secara sepihak juga seolah tidak memiliki keberanian, Ervano benar-benar berhasil menekan mentalnya.

"Bagaimana? Masih berniat memenjarakanku? Atau damai dan biarkan saya terus menghubungimu?"

Lama terdiam, Haura enggan menjawab dan enggan juga berdebat.

"Diam berarti setuju, sekarang jaw_"

"Saya tidak pernah mengatakan setuju, keputusan saya tetap sama dan kalau masih berani menghubungi say_"

"Apa masih sakit?" tanya Ervano tanpa basa-basi memotong pembicaraan Haura dan masih dengan pertanyaan yang sama.

Haura yang malas dan sejak tadi sudah murka benar-benar panas sekujur tubuh dan ingin menghabisi Ervano detik ini juga.

"Haura ... say_"

"Menurut Anda? Apa mungkin saya baik-baik saya setelah apa yang Anda perbuat? Hah?"

"Apa perlu kita ke rumah sakit?"

"Kita? Tidak perlu!! Saya bisa ke rumah sakit sendiri nanti dan saya tegaskan sekali lagi jangan sok peduli!!" tegas Haura dengan dada kembang kempis akibat menahan sesak di dalam dadanya.

Jangan tanya apa yang kini dia rasakan, selain sakit dan hancur, dia juga marah besar. Terlebih lagi, sikap Ervano justru begini.

"Kenapa nanti? Saya bisa temani kamu hari ini juga."

"Suka-suka saya, Pak!!"

"Tidak bisa, da-rah yang tertinggal di atas tempat tidur saya cukup banyak dan itu artinya kamu_"

"Ervano tutup mulutmu!! Jangan katakan apapun atau aku akan membunuhmu!!" pekik Haura dengan suara melengking saking kesalnya.

Ucapan Ervano barusan membuatnya seketika mengingat yang terjadi tadi malam. Lagi dan lagi dia merasa jijik pada diri sendiri dan tak segan mengutarakan niat dalam hatinya agar pria itu segera dihabisi.

"Kamu yakin?"

"Iya!! Sangat-sangat yakin dan tunggu saja waktunya!!" Sembari terisak, Haura berteriak sekuat tenaga bahkan suaranya sampai serak.

Ervano sejenak terdiam, dia tidak segera menjawab. Hingga, setelah isakan tangis Haura mereda baru dia kembali bersuara.

"Untuk yang satu itu coba dipikir lagi ... andai nanti kamu hamil bagaimana? Mau anak itu kehilangan ayahnya?"

"Jangan terlalu percaya diri, yakin sekali mampu membuatku hamil?"

"Sebenarnya tidak, tapi aku melakukannya lebih dari satu kali dan kamu juga bisa merasakannya karena di akhir kamu juga sempat men-desah, Haura."

"Breng-shek!! Tutup mulutmu yang kotor itu!! Sampai kiamat aku tidak akan sudi mengandung anakmu!!" teriak Haura sebelum mengakhiri panggilan telepon itu secara sepihak.

Beberapa menit yang luar biasa, hidup Haura semakin merasa tidak berguna tatkala dipertemukan dengan pria sepicik Ervano.

Sungguh dia tidak mengerti maksud pria itu, kenapa bisa berpikir kemana-mana padahal baru saja merenggut kehormatannya.

.

.

Ucapan Ervano yang terakhir terngiang-ngiang dalam benak Haura. Tanpa pikir panjang, dia bersiap keluar dan bermaksud ke apotik segera.

Sepertinya belum terlambat, dia baru ingat tentang akibat berhubungan in-tim setelah Ervano menghubunginya.

Sudah tentu Haura akan pergi sendirian ke Apotek. Walau sebenarnya bisa memanfaatkan tekhnologi untuk delivery, Haura merasa lebih baik pergi sendiri.

Hal itu dia lakukan demi menghindari pasukan kepo dan ketahuan orang-orang yang bekerja di rumahnya.

Jika dia pergi sendiri maka setidaknya bisa meminimalisir ketahuan. Dengan menggunakan masker dan juga topi, Haura yakin dia tidak akan dikenali.

Kebetulan, di saat yang tepat dia mendapati Abimanyu pulang dengan wajah masam. Haura bergegas turun dan memastikan keadaan saudaranya baik-baik saja.

"Bagaimana? Kamu baik-baik saja?"

"Hem, kamu mau kemana?" tanya Abimanyu menatap curiga Haura dari atas sampai bawah.

Dia mendekat, khawatir ada yang mendengar dan membuat rahasia ini bocor sampai kepada kedua orang tua ataupun kakaknya.

"Apotek, aku lupa untuk membeli obat pencegah kehamilan."

"Tidak perlu."

"Tidak perlu bagaimana? Kalau aku bunting habis sudah, Bim!! Bukan cuma bikin malu, tapi aaaarggh aku mau mati saj_"

"Sudah aku beli, minum sebelum terlambat ... semoga semua baik-baik saja setelah kamu meminumnya," ucap Abimanyu sembari menyerahkan pil kontra-sepsi darurat yang sempat dia beli di perjalanan pulang.

Sama seperti Haura, dia juga panik dan mendadak terpikir akan hal itu pasca mendengar ucapan Ervano.

"Hem, tapi ... andai masih gagal bagaimana?"

"Jangan kebanyakan andai, lakukan saja, Ra."

"Baiklah, terima kasih sudah melakukan banyak hal untukku, Bim," tutur Haura benar-benar tulus dan dia memang berterima kasih atas jasa Abimanyu padanya.

Abimanyu tidak menjawab, walau hal ini sangatlah langka, tapi dia tidak berniat untuk bercanda, apalagi meminta imbalan setelahnya.

Dia menyaksikan Haura berlalu, tapi belum apa-apa dia sudah kembali hingga Abimanyu mengerutkan dahi.

"Apa lagi? Tidak tahu cara menelannya?"

"Bukan."

"Terus apa?"

"Kamu tidak kelewatan, 'kan menghajarnya?" tanya Haura hati-hati.

Saat ini bukan berarti dia khawatir pada Ervano, tapi justru takut Abimanyu yang terancam di kemudian hari.

"Santai, cuma kenalan dikit."

"Kalian tidak bertengkar, 'kan?"

"Tidak, buktinya aku baik-baik saja ... kami menyelesaikan masalah secara dewasa, no kekerasan pokoknya," ungkap Abimanyu disertai senyum hangat demi meyakinkan Haura.

.

.

- To Be Continued -

1
Lianarose
gue curiga ervano sama temen haura yg ngasih obat itu udah bersekongkol
Tri Oktifatun
Laahh dah bolot ketemu bolot.. kacian amat sih suami istri bolot semua /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Irma Wangsa
the best udah baca semua ini tinggal aneet
Ika Lely Zulkifli
mas Varo😭
airadwi Rahayu
ya iyalah gk marah secara dia yg dapat keperawanannya
airadwi Rahayu
aku merasa ada sesuatu yang di pendam di hati vano, sampai² setelah dapat guaass pooool karena ingin merasakan sesuatu itu.
qinara vio
bisa aja c arvano modusin Haura /Facepalm/
qinara vio
ada"aja si haura/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ummu Faliha
Luar biasa
Reni Noviana
doa mu dikabulkan oleh kak othor ra... mas abim sama janda(maura)
tina nana
cipung...abubu jgan ngeyel ya..
Miryam Toressy
Haaa,..berarti sadar dong Elvano,...
Asma Rani
Luar biasa
Ummu Inani
mba kapan bahagianya?
Ummu Inani
lucu komentar neng ima a /Grin//Grin//Grin/
Ikatin Khoiroh
Kecewa
Ikatin Khoiroh
Buruk
Dewi Mashita
Luar biasa
Reeka Rsm
luar biasa
Reeka Rsm
terimakasih author cerita yg indah... mungkin aku akan membaca seluruh novelmu dr awal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!