Maura yang dulunya seorang Nona Muda keluarga ternama tiba-tiba harus menerima kenyataan keluarga nya bangkrut karena ulah sang paman yang serakah. Disaat sang kakek meninggal malah disuguhkan kenyataan dengan hutang yang menumpuk.
Bukan hanya itu, sahabat kakeknya membawa surat perjanjian perjodohan dengan seorang pria yang tak dia kenal. Mampukah Maura menerima pernikahannya dengan Dedi?
Bagaimana kisah cinta Maura dan Radit yang telah terjadi sejak lama setelah mengetahui kekasihnya kini jadi adik iparnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur hapidoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Wanita Ular
Sudah dua jam Niken berada di aula mansion keluarga Hartawan. Tapi Dedi sama sekali tidak melirik ataupun menyapa dirinya. Matanya hanya tertuju pada Maura. Begitu juga Radit yang sejak tadi terus memeriksa tubuh Maura. Radit takut kalau Maura cedera gegara ibunya.
Radit maupun Dedi tidak ada yang memperdulikan Rahayu yang sudah ditendang oleh security dari rumah itu atas perintah Surya. Betapa menyedihkan nasib Rahayu yang diacuhkan kedua anak lelakinya yang kini lebih tertarik pada keselamatan Maura yang amat mereka khawatirkan.
"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" tanya Dedi merasa kawatir sekali pada Maura.
"Aku baik-baik saja ko. Untung ada Niken yang menolongku!" Jawab Maura pelan.
Dedi menatap wajah Niken yang sejak tadi hanya menunduk saja. Niken kemudian berpamitan kepada mereka. Dia tidak mau menjadi orang ketiga diantara suami istri yang sedang meluahkan rasa rindu setelah perpisahan beberapa hari gegara perbuatan Rahayu yang menculik mereka.
Saat semua sudah tenang, Dedi kemudian mengutarakan niatnya untuk kembali mendaftarkan Maura kuliah, tetapi Dedi kecewa karena sudah keduluan Radit yang memerintahkan sekretarisnya untuk kembali mendaftarkan Maura di kampusnya.
****
"Maksud kamu apa sih kak? Kok lancang sekali mendaftarkan istriku kuliah lagi? Seharusnya itu menjadi tanggung jawabku sebagai suaminya! Bukan Kak Radit!" Sengit Dedi di ruangan Radit.
Radit yang sedang sibuk dengan pekerjaan hanya menatap Dedi yang begitu murka padanya lalu menggeleng pelan. Tatapan Dedi yang seperti hendak menggamparnya mengganggu perasaan Radit. Walaupun selama ini dirinya selalu ribut dengan Dedi, tetapi kadang kala Radit merasa iri melihat orang lain yang begitu akur dengan saudara lelaki mereka.
"Apa mau kamu sebenarnya, Dedi? Kenapa menggangguku terus?" tanya Radit kesal juga pada akhirnya.
Mereka sebenarnya ada satu saudara perempuan, anak dari selingkuhan ayah mereka. Aline namanya. Tapi gadis itu lebih memilih tinggal bebas di luar negeri tanpa tekanan maupun intimidasi dari Rahayu yang sejak dulu selalu bermuka dua padanya. Wanita ular seperti Rahayu yang membuat Aline memilih hidup mandiri di Jerman.
"Aku sedang sibuk sekali dengan pekerjaan. Apakah kau tidak memiliki kegiatan lain selain terus mengganggu aku?" tanya Radit mulai kesal.
Radit sedih sekali hubungan mereka akhir-akhir ini semakin renggang saja. Selain karena masalah Maura, masalah perebutan kekuasaan di perusahaan juga membuat keduanya terus bersitegang setiap kali bertemu. Radit menoleh pada Dedi yang masih berkacak pinggang padanya.
'Aku tahu kenapa Dedi begitu membenciku dan selalu ingin bermusuhan denganku. Ini adalah kegagalan terbesar dalam hidupku karena tidak bisa dekat dan akrab dengan saudaraku sendiri.' Batin Radit sedih sekali. Radit bangkit lalu mendekat pada Dedi yang masih menunggu jawaban darinya dengan tak sabar.
Dedi awalnya mau menonjok Radit. Tapi dia urungkan melihat Radit yang murung. Dedi jadi tidak enak sendiri.
"Kenapa kamu murung sekali, Kak? Apa ada masalah?" tanya Dedi menatap lekat ke arah Radit yang hanya bisa menghela nafas berat karena mengingat nasib ibunya yang sekarang entah ada di mana.
"Aku sedang pusing memikirkan keberadaan Mama. Entah dimana Mama sekarang setelah diusir oleh kakek. Sejak kemarin aku mencoba menghubungi Mama tapi nggak mau di angkat juga!" Radit menundukkan kepala. Terlihat begitu lesu dan tak bersemangat.
Dedi mengerti bagaimana perasaan Radit saat ini. Karena selama ini, Rahayu memang begitu menyayangi dan mencintainya melebihi cintanya kepada Dedi dan Aline. Pantas kalau Radit juga begitu peduli pada Rahayu.
"Kamu tidak usah khawatir tentang keadaan Mama. Dia sekarang berada di hotel milik sahabatku. Tadi malam Ronald menghubungiku tentang keberadaan Mama di sana." Radit merasa lega sekali dengan berita yang disampaikan oleh Dedi. Setidaknya dia tahu mamanya berada di tempat aman.
Tadi malam, sepanjang malam dirinya tidak bisa tidur karena memikirkan mamanya. Radit menyesal karena tidak mengantarkan mamanya ke apartemen miliknya yang biasanya dia gunakan untuk istirahat kalau terlalu lelah bekerja dan malas kembali ke mansion keluarga Hartawan.
"Pergilah, Dedi. Aku sedang sibuk sekali. Nanti kirimkan alamat hotel Mama menginap. Supaya aku bisa kesana," pinta Radit sambil menatap Dedi yang kesal.
Dedi tidak suka melihat Radit yang masih belum bisa merelakan istrinya. Hal itu amat tidak nyaman baginya. Dia gak merasa merebut kekasih siapapun. Kakeknya yang memaksa dia untuk menikahi Maura.
"Aku minta padaku untuk melupakan istriku! Dia milikku!" Radit melotot sempurna mendengar permintaan Dedi yang amat mustahil bisa dia lakukan.
Dirinya sampai saat ini masih mencintai Maura dan masih ingin berjuang demi bersatunya cinta mereka. "Kamu jangan mimpi!" Mata Dedi melotot ke arah Radit yang begitu menyebalkan menurutnya.
Dedi merasa tersinggung dengan ucapan Radit. "Apa kau tidak malu dengan kelakuanmu, huh? Kau menginginkan istri adikmu sendiri? Menyedihkan sekali!" Dedi sudah tidak mampu lagi menahan amarah di hatinya.
Radit mengepalkan kedua tangannya. Menggerem karena menahan kesal sejak tadi, "Kau yang sudah merebut calon istriku! Apa kau lupa?" tanya Radit sinis.
Dada Radit naik turun karena amarah yang menggunung dihatinya. Rasanya sudah tidak sanggup dia bendung lagi. Menghadapi Dedi benar-benar menguras tenaganya luar biasa.
Tanpa diduga, Dedi malah melayangkan bogem ke arah Radit yang tidak siaga. Tak dielakkan lagi akhirnya mereka pun bertarung sengit. Seketika suasana kantor jadi riuh. Mereka jadi tontonan karyawan mereka. Reza yang kebetulan lewat langsung berusaha melawai mereka berdua dan membuat mereka duduk saling berhadapan satu sama lain.
"Sebenarnya apa yang kalian ributkan, huh? Apa kalian tidak malu dilihat oleh karyawan lain?" Reza menatap wajah mereka satu demi satu. Wajah tampan mereka bonyok dan keadaan itu amat menyedihkan sekaligus memalukan.
Reza menghela nafas berat karena Dedi dan Radit masih saling melemparkan tatapan sengit. Jika ada laser dimata mereka, pasti salah satu di antara mereka bisa mati karena hal tatapan itu. Dua pria tampan kini wajahnya babak belur karena berkelahi memperebutkan wanita.
***
"Kakek kecewa sekali pada kalian berdua! Apa tidak bisa menahan diri kalian ketika berada di kantor? Sungguh memalukan sekali! Kalian benar-benar mencoreng namaku dengan kotoran dengan kelakuan kalian!" Surya yang masih sakit menatap wajah mereka satu per satu.
Dedi yang mengkhawatirkan keadaan kakeknya, dia pun mendekat. "Kakek baik-baik saja? Jangan marah, Kek, bahaya buat kesehatan Kakek!" Pinta Dedi dengan wajah khawatir.
"Kakek akan baik-baik saja kalau kalian ga banyak tingkah saat ada di kantor. Apa susahnya jadi menerima pernikahan ini? Kenapa kalian memilih jalan yang terjal daripada jalan mulus yang sudah kakek pilih buat kalian? Anak bodoh!" Kesal Surya.
lanjut thor
itu uang khalal kok yg berasal dr klurga km dulu yg jd jatah niken cm baru nyampe ketgny skrg stlh dikekepin mulu ma yg dia pangil bapakny yg udh kabur ma istri dan ankny yg rencanany mo insaf🤭🤭🤭
lanjut thor
lanjut thor