Widia Ningsih, gadis berusia 21 tahun itu kerap kali mendapatkan hinaan. Lontaran caci maki dari uanya sendiri yang bernama Henti, juga sepupunya Dela . Ia geram setiap kali mendapatkan perlakuan kasar dari mereka berdua . Apalagi jika sudah menyakiti hati orang tuanya. Widi pun bertekad kuat ingin bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya serta membeli mulut-mulut orang yang telah mencercanya selama ini. Widi, Ia tumbuh menjadi wanita karir yang sukses di usianya yang terbilang cukup muda. Sehingga orang-orang yang sebelumnya menatapnya hanya sebelah mata pun akan merasa malu karena perlakuan kasar mereka selama ini.
Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....
Yuk ramaikan ....
Update setiap hari...
Selamat membaca....
Semoga suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Semenjak Widi kecelakaan Wendi benar-benar berubah, yang dulunya kurang perhatian dengan anak perempuan, sekarang ia lebih sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada Widi.
Wendi sangat gercep jika dokter atau suster datang ke ruangan Widi. Ia lebih perhatian dengan Widi ketimbang Nia yang seorang Ibu, Nia sangat terharu melihat suaminya tiba-tiba berubah menjadi sosok ayah yang penyayang bagi Widi.
"Alhamdulillah ya Allah , akhirnya Engkau bukakan pintu hatinya. Bahagia sekali Widi mendapatkan kembali kasih sayang Ayah nya," batin Nia sambil memegang dadanya terharu.
Nia terus menatap ke arah Wendi dan Widi yang sedang melakukan peran sebagai ayah dan anak, pemandangan yang sudah lama ia rindukan akhirnya terobati berkat Widi sakit.
Mengenang masa lalu keluarganya yang terus di hina bahkan Widi di tuduh pelacur oleh saudaranya sendiri, sehingga membuat Wendi ragu untuk percaya lagi dengan anak gadis semata wayangnya.
Di tengah kebahagiaan Wendi dan Widi yang sedang bercanda ria, Widi tak sengaja melihat Ibunya yang sedang senyum-senyum sendiri serta melamun. Widi pun memanggil Ibunya dengan lembut, tetapi Nia tidak mendengarnya. Sehingga membuat Wendi berjalan mendekati Nia untuk mengagetkan Nia dari lamunannya.
"Ibu," panggil Wendi sembari merangkul tangannya ke bahu Nia.
Lantas membuat Nia terkejut melihat suaminya yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.
"Astagfirullah hal'azim, Bapak ngagetin Ibu saja!" kaget Nia sembari memegang dadanya yang berdetak kencang, Widi melihat Ibunya yang terkejut pun tertawa lepas sehingga ia lupa dengan rasa sakit di tubuhnya.
"Siapa yang ngagetin, kamu nya saja yang kagetan orangnya. anak kamu lho dari tadi manggil-manggil, kamu malah diam saja sambil senyum-senyum," ucap Wendi sembari mengejek senyuman istrinya yang tengah melamun tadi.
"Hayo, mikirin apa kamu!" ledek Wendi sembari mencolek dagu Nia dengan manja, sehingga Nia tersipu malu dengan tingkah Wendi.
Bugh!
Nia memukul bidang dada suaminya dengan kuat, membuat Wendi merintih kesakitan.
"Apaan sih Pak! Ibu cuma mikirin kesehatan Widi doang kok," jawab Nia yang tersipu malu di goda oleh suaminya, ia berjalan mendekati Widi yang sedari tadi tidak berhenti ketawa.
"Hayo, senang banget ngetawain Ibu. Awas, nanti sakit tuh badannya," tegur Nia dengan pelan, ia khawatir jika Widi akan mengeluh sakit di tubuhnya akibat ketawa.
"Aduh Bu, capek banget ketawanya!" sahut Widi sembari memegang perutnya yang sakit karena ketawa tadi.
"Tuh kan, apa Ibu bilang. Ya sudah, kamu saja. Dokter bilang kamu gak boleh capek," Widi pun langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia menuruti ucapan Ibunya. Nia menyelimuti Widi yang sedang istirahat agar suhu tubuhnya tidak dingin.
"Bu!" panggil Widi sembari memegang tangan Ibunya yang hendak pergi, Nia langsung menoleh ke arah Widi begitu merasakan tangannya.
"Ada apa, Nak?" Nia membelai pipi Widi dengan manja.
"Jaga kesehatan ya Bu, semoga Ibu dan Bapak selalu sehat agar bisa melihat Widi bahagia," ucapan Widi pun mampu membuat Ibunya menangis dan merasa sesak di dadanya.
"Insya Allah Nak, yang penting kamu sehat aja dulu. Ibu sama Bapak selalu bahagia melihat kamu, Nak," Nia langsung memeluk erat tubuh Widi.
Tak terasa air mata Nia menetes membasahi kedua pipinya ketika mendengar penuturan Widi.
Nia pun berjalan ke arah suaminya yang sedang duduk di kursi sembari membaca koran.
"Bagaimana Bu, apa sudah tidur?" tanya Wendi begitu melihat istrinya yang baru saja duduk di sampingnya.
"Sudah Pak."
Nasib baik anaknya di rawat ruangan VIP, membuat mereka bisa istirahat dengan tenang. Bahkan fasilitas di ruangan Widi termasuk mewah bagi mereka, Nia dan Wendi tinggal terima beres selama di rumah sakit menjaga anaknya. Semuanya sudah di atur oleh asisten Widi yang setia bekerja dengannya selama beberapa tahun ini, bahkan mereka menganggap asisten Widi sebagai anaknya.
"Alhamdulillah ya Bu, berkat kegigihan Widi bisa menaikkan derajat kita," ucap Wendi dengan suara sayupnya.
"Alhamdulillah, doa seorang Ibu untuk anaknya agar kehidupannya lebih layak dari kedua orang tuanya. Dan Bapak juga, jangan terlalu gampang percaya dengan ucapan orang lain, karna Bapak baru ketemu sama orang baru masa iya langsung percaya begitu saja ketimbang dengan orang lama?" sindir Nia sembari melirik ke arah wajah suaminya yang membisu.
Bagaikan teriris pisau hati Wendi setelah mendengar ucapan istrinya, ia mengaku salah dengan kesalahannya saat itu. Wendi sendiri pun bingung kenapa bisa tiba-tiba dirinya membenci Widi.
"Iya Bu, maafin Bapak ya. Insya Allah Bapak akan ingat dengan ucapan Ibu tadi," jawab Wendi sumringah, menyembunyikan rasa malunya di depan Nia.
"Iya, Ibu maafkan asal Bapak berjanji nggak akan ngulangi lagi!" ulang Nia. Wendi menjawab dengan anggukan kepalanya.
Baru saja Nia dan Wendi ingin tidur siang, tiba-tiba mereka mendengar suara ketukan pintu dari luar.
Tok!
Tok!
Tok!
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam," jawab Wendi dengan lirih, Nia Wendi saling bertatapan bingung setelah mendengar ucapan salam dari luar.
"Siapa Bu?" Nia mengedikkan kedua bahunya.
Karena tidak ingin tamu dari luar menunggu lama, Wendi langsung saja berdiri ingin menyambut tamu di luar.
Klek!
"Wa'alaikumsalam,"
Sosok tamu itu pun langsung berbalik badan begitu mendengar suara pintu terbuka, Wendi terkejut melihat kedatangan seorang lelaki yang bertubuh kekar, karna ini pertama kalinya bertemu dengan seorang yang tampan seperti aktor Bollywood.
"Om, apa kabar?" sapanya dengan lembut, tak lupa ia menyalami tangan Wendi.
Wendi masih membisu, mata melebar dan mulut menganga. Lelaki tadi pun menatap heran dengan raut wajah Wendi. Ia melambaikan tangannya ke mata Wendi.
Namun, tidak ada reaksi apapun.
"Om." reflek lelaki itu memukul pelan pundak Wendi. Wendi pun langsung tersentak kaget.
Sementara itu, di dalam Nia menunggu suaminya dengan lama. Karena penasaran Ia pun langsung beranjak dari kursi menghampiri suaminya di luar, tetapi ia tidak jadi menyusul suaminya, karena Wendi mempersilahkan tamu masuk ke dalam ruangan yang ingin menjenguk Widi sakit.
"Masya Allah, tampan sekali!" ucap Nia dengan lirih, ia menatap terkejut serta mulut menganga.
Lelaki itu langsung menyalami Nia yang tengah menatap kagum ke wajahnya.
"Ini suami istri kompak ya, apa ada yang salah dengan wajah aku?" batin lelaki tampan dengan bingung.