Arasya Winston,, istri dari pengusaha kaya Jade Winston dan ibu dari seorang anak laki-laki yang tampan Kayden Winston.
Pasca kecelakaan yang merenggut nyawa suaminya,, ia berubah menjadi seorang yang dingin dan membentengi hatinya dari laki-laki manapun yang berusaha mendekatinya.
Disisi lain, Satria Anjar seorang tentara yang berusaha mati matian untuk mendapatkan cinta pertamanya kembali dengan berbekal ijin dari istrinya yang seorang dokter tapi penuh tipu daya.
Akankah begitu mudah untuk Anjar menaklukan hati seorang Arasya yang begitu dingin dan menjunjung tinggi cintanya terhadap mendiang suaminya...??
lika liku antara cinta di masalalu dan cinta dimasa kini,, egoisme dan kesabaran begitu kental menyertai perjalanan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZettA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ASMARA
Malam ini Anjar memacu mobil nya menuju sebuah tempat hiburan di pusat kota bandung, setelah sebelumnya ia mendapatkan undangan khusus dari Tama.
Sebetulnya ia tidak begitu suka dengan tempat tempat hiburan seperti itu, dia tidak pernah mau ketika teman temannya mengajaknya untuk sekedar bersenang senang melepas penat di akhir minggu.
Tapi kali ini lain cerita, ia begitu bersemangat untuk datang meskipun yang menjadi tujuan adalah tempat yang sebenarnya selalu ia hindari.
Bukan tanpa alasan Anjar menerima undangan dari Tama, selain untuk menghargai niat Tama yang ingin menjamunya, tetapi ada satu alasan yang membuatnya tak ingin menolak, karena bukan hanya Tama yang nantinya akan datang, pastinya Ara juga akan hadir disana.
Setelah sampai ditempat yang dituju, Anjar diarahkan ke ruangan VVIP oleh pegawai disana.
Dan disinilah sekarang Anjar berada, di sebuah ruangan karaoke yang luas dengan kursi yang memanjang setengah melingkar dihiasi lampu berwarna warni.
Terlihat tiga orang yang dia kenal sudah stanby disana yakni Ara, Tama, dan Alwin.
Tidak hanya mereka bertiga tapi juga ada beberapa wanita pemandu lagu yang sedang mendampingi Tama disana dengan berbagai minuman yang telah tersaji diatas meja.
"Hey Brothers, akhirnya datang juga kirain gak akan datang... Ha ha ha."
Seperti biasa Tama menyambut kedatangan Anjar dengan gembira.
"Mana mungkin saya mengabaikan undangan dari anda pak." Jawab Anjar dengan senyuman.
"Mari mari silahkan duduk dimana saja senyamannya..." Tama mempersilahkan Anjar
"Terimakasih, saya duduk disana saja pak."
Jawab Anjar seraya menuju ketempat duduk Ara.
"Hai selamat malam, saya duduk disini yah gapapa ?"
Anjar mengambil tempat disebelah Ara.
"Hmm." Ara hanya mengangguk.
"Sudah lama ?" Anjar mencoba membuka obrolan dengan Ara
"Nggak juga, tuh baru habis setengah."
Ara menjawab seraya menunjuk minuman yang ada di atas mejanya.
"Ooh.." Anjar manggut manggut..
"Pak Tama bilang kamu kuat juga minumnya katanya, emang iya ?" Tanya Anjar
"Tergantung sikon kalau lagi stres sih iya, bisa ngalahin dia." Jawab Ara.
"Kalau lagi baik baik aja ?" Anjar kembali bertanya seraya menatap Ara.
"Mmm, kalau lagi baik baik saja sih nggak usah minum, lihat kamu aja aku bisa mabuk.. ha ha..mabuk kepayang maksudnya."
Ara menjawab dengan di iringi tawanya yang renyah.
Blush... Wajah Anjar seketika bersemu merah mendengar gombalan Ara, untung saja ruangan disana pencahayaannya temaram sehingga takan terlihat perubahannya.
Tiba tiba Alwin yang duduk bersama Tama dan para ladies itu mendekat kearah mereka berdua,, terlihat dia berbisik bisik ditelinga Ara.
Setelah Alwin kembali ke tempat duduknya, Ara bergeser merapatkan tubuhnya dan berbisik ditelinga Anjar.
"Butuh pendamping juga seperti Tama ? kalau iya si Alwin yang akan pilihkan buat kamu, pilihan dia nggak pernah gagal loh."
Seraya tersenyum lebar Ara menatap Anjar dalam jarak dekat.
"Pendamping apa? tidak tidak, saya tidak butuh. " Anjar terkaget dengan apa yang dia dengar.
"Yakin.. nanti nyesel loh datang kesini gak ngapa-ngapain." ujar Ara sengaja menggoda.
"Sya,, Saya bukan laki-laki seperti itu."
"Laki-laki seperti apa..? Bukan laki-laki seperti Tama maksudnya? ha ha ha.... Berarti Tama dong yang laki-laki seperti itu.. ha ha ha."
Ara semakin tertawa renyah merasa lucu melihat Anjar yang salah tingkah.
Tama yang melihat Ara tertawa tawa, menunjuk Anjar dan lalu menunjuk kedua wanita pemandu lagu yang mengapitnya.
Anjar segera menggeleng geleng kepalanya memberi tanda isyarat pada Tama.
"Kenapa sih, takut ketahuan istri yah.. he he."
Ara masih saja menggoda Anjar.
"Ya udah kalo gitu minum aja deh,, ini yang non alkohol.. amaan gak mabuk kok."
Ara menyerahkan segelas minuman yang baru saja ia tuangkan untuk Anjar.
"Beda yah sama punya kamu ?" Anjar menoleh pada minuman yang dipegang Ara.
"Beda lah, ini ada alkoholnya tapi dikit aja gak banyak kok, soalnya aku lagi nggak stres.. hehe.. kenapa, mau nyobain ? Tanya Ara seraya menyerahkan gelasnya.
Anjar tak menjawab, hanya menggeleng sambil tersenyum.
Memangnya kalau lagi stres kamu larinya ke minuman gitu, Sya ?" Tanya Anjar.
"Mmm hmm.." Ara mengangguk
"Soalnya kalau lari ke kamu, bahaya.. ha ha.. bisa bisa nanti kamu ngejar balik.. xixixi."
Entah mengapa malam ini Ara merasa senang sekali menggoda Anjar, melihat sikapnya yang gugup membuat hatinya terhibur dan menurutnya itu sangat lucu, mampu membuatnya tertawa bahagia.
"Ya sudah mulai sekarang kalau nanti kamu lagi stres atau lagi galau, cari saya saja, saya gapapa kok jadi pelarian kamu....Soal nanti saya ngejar balik, itu bisa di bicarakan kan ?"
Jleb.. kata kata Anjar mampu membuat Ara tercenung sesaat, serasa ada sesuatu yang hangat mengalir dihatinya .
"Are you serious ?" Ara menatap Anjar dalam.
"yes of course." Jawab Anjar mantap, seraya membalas tatapan Ara.
Didalam ruangan terdengar suara Alwin yang sedikit serak tapi enak di dengar, ternyata dia pecinta lagu lagu barat lawas. Dia ditemani oleh seorang wanita saja.
Sedangkan Tama hanya tertawa tawa di sudut ruangan bersama dua pemandu lagu yang mendampinginya. Entah apa yang membuatnya sebahagia itu.
Sementara Ara, hanya santai menikmati rokok dan minumannya...Ia hanya diam memperhatikan mereka dari sudut yang berbeda.
Se penglihatan Anjar, mereke sepertinya sudah terbiasa bersenang senang seperti itu.
Ditengah tengah pengamatannya tiba tiba Ara menepuknya dan berbisik.
" Nyanyi yah, mau lagu apa ?"
Anjar terkejut bukan karena tepukan Ara, tapi bisikan Ara ditelinganya membuat ia kembali merasakan sesuatu yang hangat dalam dirinya.
"Saya sudah lama nggak nyanyi, kamu aja, saya mau dengar." Jawab Anjar membalas bisikan Ara.
Ara beranjak mengambil mic diatas mejanya dan memilih lagu.
Setelah Alwin selesai, Ara segera meng apply lagu pilihannya.
Bila tak ada lagi cintamu
Yang indah untukku
Harusnya kau tahu betapa hidupku
Sepi tak sempurna
Bila tak ada lagi sayangmu
Yang tulus untukku
Harusnya kau tahu (kau tahu) betapa hidupku
Sakit dan ku terluka
Hingga aku terjatuh, tersiksa batinku
Sudah tak sempurna
Rusaklah harapanku dan lalu kau pergi
Kini terbang jauh hilang
Asmara, ini telah menyakitkanku
Cinta menusuk jantungku
Dan merusak hidupku, oo-oo-oh
Asmara, kurang apa ku padamu
Sampai kau tak kenal aku
Hingga ku terluka (haa-aa)
Hu-woo-oo-oh-yeah-yeah-yeah
Uu-uu
Hingga aku terjatuh, tersiksa batinku
Sudah tak sempurna
Rusaklah harapanku dan lalu kau pergi
Kini terbang jauh hilang
Asmara, ini telah menyakitkanku
Cinta menusuk jantungku
Dan merusak hidupku, oo-oo-oh
Asmara, kurang apa ku padamu
Sampai kau tak kenal aku
Hingga ku terluka
Asmara (haa-aa), ini telah menyakitkanku (haa-aa)
Cinta menusuk jantungku
Dan merusak hidupku, hu-woo-uu
Asmara (asmara), kurang apa ku padamu
(haa-aa)
Sampai kau tak kenal aku
Oh, hingga kuterluka (haa-aa)
Uh
Anjar menikmati lagu yang Ara nyanyikan, kebetulan itu adalah salah satu lagu favoritnya juga.
Suara Ara ternyata enak di dengar, begitu lembut mendayu. Tapii seperti ada yang aneh , Anjar merasakan sesuatu yang mendalam dalam lagu itu.
Ia menatap Ara yang fokus pada layar besar didepannya, Ara begitu menghayati lagunya, dan terlihat juga matanya seperti berkaca kaca.
Sekejap Anjar tersadar bahwa mungkin Ara mempunyai kenangan akan lagu tersebut, tapi apa ? Mungkinkah dia teringat pada Almarhum suaminya ? Apakah cintanya sebesar itu untuk suaminya ?
Aah sudahlah ia tak mau menebak nebak.
###
udah aq like kakak