seorang guru di sebuah sekolah menengah atas, tak pernah menyangka bahwa liburannya ke desa akan membawa petaka baginya.
perkara burung peliharaannya yang lepas, ia harus berurusan dengan seluruh warga desa, Jono yang berniat menangkap burung beo kesayangannya itu malah menangkap Sisil saat ia menaiki balkon rumahnya, seorang gadis remaja SMA kelas 3.
jeritan Sisil pun menimbulkan salah paham oleh para tetangga, sehingga Juno dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi Sisil.
awalnya ia menolak karena ia juga sudah mempunyai kekasih hati di kota
demi menenangkan warga desa ia terpaksa menikahi Sisil secara rahasia yang hanya dihadiri oleh beberapa warga saja.
akankah Juno tetap merahasiakan istri kecilnya itu dari semua orang? atau malah menceraikannya demi kekasihnya di kota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur_ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari keistimewaan dari sisil
"Sudah lewat jam makan siang, kamu nggak lapar?" Tanya Juno
Sisil yang tidak menyahut, Ia tampak bingung dengan tingkah suaminya itu. Bukankah tadi ia sendiri yang melarang Sisil keluar kamar sampai diijinkan?
"Bentar mas, saya akan buatkan makan siang dulu"
Sisil akan melangkah namun juno menarik pergelangan tangannya, sehingga gadis belia itu terhenti bahkan tubuh kecilnya harus menubruk dada juno. sebab mendadak kehilangan keseimbangan akibat ditarik Juno.
"Sorry saya nggak sengaja" bisiknya pelan, sambil menghirup aroma tubuh Sisil yang wangi. "Nggak usah masak kelamaan !makan siang di luar saja!"
"Kalau gitu saya ganti baju dulu" ucap gadis belia itu
"Ya udah cepetan Ganti bajunya!"
"Iya Mas"
Sisil menutup pintu kamar ,melepas mukena dan berganti pakaian kurang dari 5 menit ia sudah keluar kamar dan mendapati juno sudah menunggu di teras rumah.
"Pakai helmnya!" Perintah lelaki itu, kemudian naik ke motor terlebih dahulu
Keduanya menuju ke sebuah restoran foodcourt terdekat , sebuah tempat dengan beberapa kedai makanan yang menawarkan menu bervariasi. Mulai dari makanan Indonesia sampai makanan ala Korea pun ada
"Kamu mau makan apa?" Tanya Juno sambil membaca buku menu
"Apa aja Mas"
Hembusan nafas Juno terkenal kasar, sadar atau tidak Ini ketiga kalinya ia dan sisir makan di luar. Tiga kali ia harus dibuat bingung dan harus menebak makanan yang disukai istrinya itu
"Kamu pesan aja Apa susahnya sih? Mana saya tahu kamu suka makan apa?"
Nada Juno yang terdengar sarkas itu membuat Sisil menunduk, ia menghela nafas sebab suaminya itu memang terkesan galak dan dingin.
"Nasi goreng aja deh Mas" jawabnya singkat
"Yakin mau nasi goreng aja? Dari puluhan menu yang ada di sini Kenapa nasi goreng yang kamu pilih? Jangan bilang karena murah!" Juno menggerutu panjang lebar
" Saya aja yang pilih!" Ucap lelaki itu, pada akhirnya kemudian memilih beberapa menu yang ia tebak yang akan disukai oleh Sisil
Kurang dari 30 menit, Pesannya sudah datang tanpanya keduanya menikmat makan siang berdua. Di sela-sela makan beberapa kali juno mencuri pandang ke arah Sisil seperti sedang menyelidiki sesuatu.
"Kira-kira Apa yang dilihat dari kepada Sisil sampai mepet terus ya?" ucap Juno dalam hati
Sikap Niko yang begitu frontal mendekati Sisil menciptakan tanda tanya di hati Niko, tentang hal apa yang dimiliki sisil sehingga membuat Niko begitu instan mendekatinya. Bahkan tadi pagi iya berniat mengajak taaruf.
Namun kemudian Juno mendapati satu hal yang tak terbantahkan , semakin ditatap sisil Semakin manis alami, wajah Teduh dan nyaris tampak beban, perangainya lemah lembut. Berbeda dengan siswi centil yang selama ini ia lihat di sekolah. sikap sisil lebih jauh lebih dewasa dan lebih tenang.
" Ada rasa penasaran Bagaimana wujud Sisil tanpa hijab yang menutupi kepalanya, Akankah Ia seperti sosok yang juna lihat pada waktu malam itu?"
"Ah rasanya tidak mungkin!" Juno menolak mentah-mentah pikirannya itu
"Kenapa Mas?" tanya Sisil saat menyadari ketika Jono terus memandangnya, Ia langsung merapikan hijabnya dan mengusap wajahnya demi memastikan tidak ada yang aneh
"Nggak apa-apa, Saya cuma lagi ngelamun"
"Oh..." Sisil mengangguk paham meskipun sebenarnya dia bingung dengan sikap sang suami
"Oh ya.. minggu depan ada acara kemah di luar kota. Saya nggak mungkin meninggalkan kamu sendirian di rumah!"
"Enggak apa-apa mas" jawab sisil cepat. "Mas Juno berangkat saja, saya nggak apa-apa sendirian di rumah juga kok"
Sisil pikir Juno akan mengira ia akan takut ditinggal sendirian di rumah, tetapi perkiraan Sisil itu salah besa.r
"Kamu nggak takut, tapi saya yang takut ninggalin kamu sendirian. Sini Kok bisa ngapel setiap malam! Apalagi Niko bantal ikut perkemahan" Ujar nya dalam hati
Memikirkan dirinya terjebak di hutan belantara, sementara Niko menyambangi sisil setiap malam membuat Hawa sekitar terasa memanas sebagai lelaki itu .
"Kamu nggak mau ikut? Nggak takut sendirian di rumah? Kalau ada maling gimana!" Tanya Juno setengah memaksa
"Kan saya bisa kunci pintu Mas, saya akan hati-hati selama Mas Juno di luar kota" jawab Sisil polos
"Bukan jawaban kayak gitu yang gue harapkan! Anak ini benar-benar ya!" Ia membuang nafas kasar, mengunyah makanan dengan kesal
"Kamu ikut saja lah, rumah saya itu sedikit angker! Kamu nggak takut emangnya?"
Namun Sisil hanya mengulas senyum tipis yang membuat lesung pipinya terlihat semakin jelas
"Insya Allah tidak mas, lagi pula saya sering sendirian di rumah tapi nggak pernah lihat hal yang aneh-aneh"
Lagi-lagi cuma menahan kesal, mengasah otak Mencari Alasan masuk akal agar Sisil mau ikut berkemah
"Tapi teman sekelas kamu banyak yang ikut, lebih baik kamu ikut sekalian tambah teman"
Sisil menatap lelaki itu, jika dipikir lagi memang ide jurnal tidak terlalu buruk, kebetulan siswa belum pernah ikut perkemahan, Karena selama ini Arvin sang kakak sangat posesif terhadapnya
Sisil yang terlambat pulang saja ia akan mengamuk membabi buta
"Boleh deh, Saya akan ikut saja kalau begitu" Juno menyembunyikan seringainya di sudut bibirnya
"Saya nggak maksa kamu loh, jangan terpaksa begitu wajahnya". ucap Juno sehingga Sisil tersenyum tipis
"Emang di kampung kamu nggak pernah ikut perkemahan?"
"Enggak mas, karena Kak Arvin selalu melarang saya mengikuti kegiatan di luar sekolah"
"Kakak Kamu itu sebenarnya kakak kandung atau bukan sih? Kenapa saya ngerasa kalau dia itu tidak sayang sama kamu?"
Tak ada sahutan dari Sisil, dalam hitungan detik bola matanya tampak berkaca-kaca
Melihat wajah sedih istrinya membuat jurnal mengolah nafas panjang, Ia pun masih kesal dengan ulah kakak iparnya itu , Arvin bahkan sudah beberapa kali meminta uang kepadanya dengan ancaman yang sama .
"Sudah enggak usah bahas Kakak kamu itu, saya juga masih kesel sama dia memaksa Kita Nikah!"
"Maafin saya Mas, saya sudah menjadi beban Mas Juno" sisil berucap lirih
Juno terdiam seketika setelah kalimat sisil membuatnya merasa bersalah
"Bukan salah kamu, kalau ada yang disalahkan itu dulu si Dodo yang kurang ajar!" Ucap juno melemparkan Akar masalah pada burung beo peliharaannya itu
Juno meminum Air botol mineral sesaat setelah menghabiskan makan siangnya
Tepat setelah itu ponselnya berdering, buru-buru lelaki itu mengeluarkan benda pipih dari aku celananya, sembari berharap yang menghubunginya itu bukan Alya atau Niko.
namun nama yang tampil pada layar, namun membuat juno terdiam beberapa detik
"Gawat ibu..."
Bersambung....