Bekerja sebagai pelayan di Mansion seorang Mafia???
Grace memutuskan menjadi warga tetap di LA dan bekerja sebagai seorang Maid di sebuah Mansion mewah milik seorang mafia kejam bernama Vincent Douglas. Bukan hanya kejam, pria itu juga haus Seks wow!
Namun siapa sangka kalau Grace pernah bekerja 1 hari untuk berpura-pura menjadi seorang wanita kaya yang bernama Jacqueline serta dibayar dalam jumlah yang cukup dengan syarat berkencan satu malam bersama seorang pria, namun justru itu malah menjeratnya dengan sang Majikannya sendiri, tuanya sendiri yang merupakan seorang Vincent Douglas.
Apakah Grace bisa menyembunyikan wajahnya dari sang tuan saat bekerja? Dia bahkan tidak boleh resign sesuai kontrak kerja.
Mari kita sama-sama berimajinasi ketika warga Indonesia pindah ke luar negeri (〃゚3゚〃)
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMLMM — BAB 21
KECELAKAAN YANG SAMA
Victoria baru saja masuk ke dalam kamarnya, di sana hanya tiga orang saja yang masih belum tidur, termasuk Victoria sendiri.
“Kau dari mana?” tanya salah satu maid yang sibuk merawat wajahnya dengan masker.
“Dapur.” Jawab Victoria singkat seraya melepas ikat pinggangnya sebelum tidur.
Kedua maid tadi saling menatap seakan ada yang aneh dengan tingkah serta ekspresi Victoria. “Kau menutupi sesuatu?” tebak maid yang satunya sudah berdiri di depannya.
Victoria menghentikan gerakan tangannya, mendongak menatap ke temannya dengan tatapan datar dan sedikit kesal. “Kau akan tahu besok.” Jawab wanita berambut pirang itu merebahkan tubuhnya seraya memakai selimut putih.
Mendengar hal itu, tentu saja kedua maid tadi sangat penasaran dengan ucapannya.
“Memang ada apa besok?” tanya keduanya dengan wajah bingung.
...***...
Vin baru saja meletakkan tubuh Grace di atas ranjang. Sangat jarang dan hampir tak ada wanita yang pernah Vincent baringkan di atas kasurnya. Namun kini, sudah dua kali dia membiarkan Grace terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang king size nya.
Ruang kamar yang gelap sangatlah cocok untuk para mafia seperti dia. Dan jikapun Vincent bermain intim dengan seorang wanita, maka dia lebih sering memakai kamar khusus yang biasa disebut Red Room.
“Tuan. Ini pakaian yang Anda minta, apa ada lagi yang Anda butuhkan?” tanya Jack.
Vin yang berdiri di sisi ranjang dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celananya, sorot matanya yang tajam masih memandangi wanita cantik yang terbaring di kasur.
“Letakan saja di situ. Kau boleh istirahat.” Pintanya yang langsung dituruti Jack.
Setelah pria itu meletakkan pakaian di atas kasur yang sama, Jack pamit pergi karena dia juga butuh istirahat setalah seharian penuh bekerja di terik matahari. Untung pekerjaannya memakai setelan jas.
Vincent melepaskan jaketnya sehingga kini dia hanya memakai kaos hitam dan bisa dilihat otot di kedua lengannya sangat-sangat keras.
Pria itu mulai menggerakkan tubuh Grace, membuatnya duduk dan bersandar ke tubuhnya, lalu kedua tangan Vin bergerak melepaskan dress cokelat dari tubuh Grace sehingga nampak sebuah bra tanpa tali yang masih menutupi dua gunung milik Grace walaupun Vin bisa melihat belahan dada wanita itu.
“Tahan untuk beberapa saat Vin.” Gumam pria itu sembari menyingkirkan dress yang sudah terlepas dari tubuh Grace. Kini wanita itu hanya mengenakan pakaian dalam saja.
Napas Vin semakin memburu, kepalanya pusing dan peluh mulai keluar. “Oh, shit!” umpatnya kesal pada dirinya sendiri. Dia lupa kalau sangat sulit bila dia menahan gairahnya sendiri.
Keadaan Grace yang masih bersandar padanya membuat Vin dengan mudah menghirup area leher dan pundaknya yang terekspos jelas. Tak ingin kalut dalam gairah gilanya. Pria itu segera meraih kain basah yang sudah dia siapkan sebelumnya.
Dengan perlahan dia mulai membersihkan luka Grace dari darah yang menempel. Vin juga memberikan salep serta menutup nya dengan perban sebelum akhirnya memakaikan sebuah pakaian tidur wanita lalu membaringkannya kembali.
“Now. Kau membuatku berhutang padamu.” Ucap Vincent yang masih duduk di sisi ranjang sambil terus memandanginya.
Tak ingin kalut dalam masa lalu, Vin memutuskan pergi dari kamarnya dan pergi ke ruangannya. Pria itu duduk bersandar di kursi singgahnya sambil memejamkan matanya hingga ingatannya muncul kembali.
Flashback On
Vincent berjalan dengan langkah cepat, di belakangnya ada Jack dan empat anak buahnya yang sudah memasang wajah garang mereka.
“Di mana dia meletakkannya?” tanya Vin yang terlihat marah.
“Di salah satu mobil kita. Kami masih mencarinya.” Jelas Jack masih mengikuti langkah bosnya hingga mereka sampai di parkiran mobil yang sudah terparkir rapi.
Anak buah Vincent mencarinya satu persatu yang diduga ada sebuah bom perekat di dalam salah satu mobilnya. Siapa lagi kalau bukan musuh Vin yang melakukannya.
Dengan sorot matanya, Vin mengamati keseluruhan mobilnya. “LIHAT DAN TEMUKAN THAT FUCKING EXPLOSIVE!” Sentak Vincent dengan suara lantangnya yang keras dan berat.
“YES, BOS!!” balas bersamaan mereka semua.
Setelah berada di sana, Vin memutuskan keluar Mansion bersama Jack. Namun dialah yang menyetir karena Vin harus cepat menuju ke pelabuhan. Dia punya firasat buruk akan bisnis impornya.
Saat Vin mengendarainya dengan kecepatan tinggi, dari samping seseorang melepaskan tembakan ke arahnya dengan mobil putih.
“Awas bos!” Jack langsung meraih pistolnya dan menembak balik orang-orang tadi yang bahkan menutupi wajah mereka dengan sebuah kain hitam.
Darr! Darr!! Tembakan demi tembakan dilepas begitu saja, tanpa memperdulikan kendaraan lainnya yang masih melaju di jalanan yang sama.
“Fuck you all!” umpat Vin yang sudah tak tahan. “Jack!” lanjutnya memanggil pria yang sibuk menembak ke arah mobil putih lainnya yang berada di sisi mobil kanan juga.
Kini kedua mobil dengan warna sama dan merk yang sama, mengepung mobil hitam milik Vin. Dengan cepat Jack dan Vincent berpindah duduk hingga Jack bagian menyetir dan Vin langsung mengeluarkan pistol nya.
Darr! Darr! Darr! Pria itu melepas tanpa ragu ke arah jendela mobil hingga pecah. Setelah berhasil mengalihkan kefokusan musuh, Vin menembakkan beberapa peluru ke arah ban mobil musuh hingga mobil tersebut kehilangan keseimbangan dan— Bruakk!!!!
Terbalik dengan ledakan yang cukup besar sehingga pengendara lain hampir saja kena imbasnya.
Jack yang masih mencoba merunduk agar menghindari tembakan musuh, Vin berpindah duduk di kursi belakang, membuka jendelanya dan langsung memberikan tembakkan ke jendela mobil putih itu.
Tak sempat menyerangnya lagi, mereka berbelok ke arah kiri. “U-turn. fast! fast! fast!” tegas Vin menyuruh Jack berputar balik agar mengikuti mobil putih tadi tanpa melepaskannya sebelum mereka semua mati.
Jack segera memutar balik mobilnya hingga klakson mobil berbunyi nyaring dari para pengendara lain saat mereka hampir saja tertabrak akibat pengendaraan Jack dan Vin yang ceroboh.
Mobil hitam milik Vin melaju dengan cepat, sorot mata Vin masih mencari keberadaan mobil yang sudah berani menyerangnya.
“FUCK!” umpat Vin kesal saat tak berhasil menemukan mereka.
Namun saat mereka kembali tenang dengan amarah yang meluap, dari arah kanan sebuah mobil putih yang sama, terlihat kembali. Vin yang menoleh pun seketika menatapnya lekat untuk memastikan bahwa itu mobil dan orang yang sama.
Tidak ada yang mencurigakan, hanya ada pria botak beserta seorang wanita paruh baya dan satu laki-laki remaja yang duduk di kursi belakang. Namun tiba-tiba— Darr!! Pria bertopeng itu muncul dari kursi belakang, tepatnya di samping laki-laki remaja tadi yang merunduk.
“Jack!” teriak Vin memberikan perintah.
Seketika Jack langsung memepet mobil putih tersebut berulang kali hingga menimbulkan kericuhan di jalanan. Peluru sudah habis, Vin langsung berpindah ke depan dan membanting setir ke arah mobil putih itu hingga tanpa disengaja, mobil itu terpepet dengan sebuah pick up hitam yang kebetulan ada di sampingnya.
Sebuah tabrakan beruntun hingga beberapa mobil ikut tertabrak oleh mobil putih yang hilang kendali akibat ulah Vin.
Puas melihat kecelakaan musuhnya, Vin pergi begitu saja hingga melihat dari arah spion bahwa mobil musuhnya terbakar hebat sementara mobil pengendara lain yang juga hancur sebagian pun ikut berhenti dengan asap hitam.
Kehancuran beruntun, untung saja hanya menimbulkan luka ringan bagi pengendara lain, tak terkecuali mobil milik musuh Vin tadi yang sudah hangus terbakar beserta orang-orang yang ada di dalamnya.
“Fine.” Gumam Vin langsung lega dan tak memperdulikan orang-orang lainnya yang terluka.
...***...