Harap bijak memilih bacaan.
riview bintang ⭐ - ⭐⭐⭐ = langsung BLOK.!
Barra D. Bagaskara, laki-laki berusia 31 tahun itu terpaksa menikah lagi untuk kedua kalinya.
Karena ingin mempertahankan istri pertamanya yang tidak bisa memliki seorang anak, Barra membuat kontrak pernikahan dengan Yuna.
Barra menjadikan Yuna sebagai istri kedua untuk mengandung darah dagingnya.
Akibat kecerobohan Yuna yang tidak membaca keseluruhan poin perjanjian itu, Yuna tidak tau bahwa tujuan Barra menikahinya hanya untuk mendapatkan anak, setelah itu akan menceraikannya dan membawa pergi anak mereka.
Namun karena hadirnya baby twins di dalam rahim Yuna, Barra terjebak dengan permainannya sendiri. Dia mengurungkan niatnya untuk menceraikan Yuna. Tapi disisi lain Yuna yang telah mengetahui niat jahat Barra, bersikeras untuk bercerai setelah melahirkan dan masing-masing akan membawa 1 anak untuk dirawat.
Mampukah Barra menyakinkan Yuna untuk tetap berada di sampingnya.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Yuna mengantar Barra sampai di depan pintu. Kegiatan yang selalu Yuna lakukan setiap kali Barra akan pergi ke kantor. Jika sebelumnya Yuna mengantar Barra agar tidak di curigai dan mendapat teguran dari sang Mama, kali ini Yuna mengantar Barra atas dasar keinginannya sendiri. Sebagai bentuk dari hubungannya dengan Barra yang menurutnya sudah mulai bertahap pada keseriusan untuk berumah tangga layaknya pasangan pasutri lainnya.
Diraihnya tangan Barra dan mendaratkan kecupan di punggung tangannya. Yuna merasakan hal yang berbeda dari sebelumnya. Ada perasaan yang tiba-tiba menyelimuti namun sulit untuk di jelaskan.
"Hati-hati di jalan Mas,," Ucapnya.
Senyum di bibir Yuna mengembang sempurna. Mengantar sampai depan dan mencium punggung tangan suami saat akan di tinggal bekerja memang memberikan rasa tersendiri.
Barra tersenyum kaku. Sejak tadi sibuk bergulat dengan pikirannya sendiri sembari merasakan ketulusan yang diberikan oleh Yuna terhadapnya.
Sejujurnya sejak awal, Barra sudah merasa bersalah dan kasihan pada Yuna karna telah menyembunyikan 2 poin besar darinya.
Namun Barra merasa tidak punya pilihan selain tetap menyembunyikan 2 poin itu dari Yuna sampai Yuna di nyatakan hamil.
Karna jika saat itu memberitahukan pada Yuna, Barra tidak yakin Yuna akan mau menikah dengannya dan menandatangani surat perjanjian yang dia buat.
Bisa dibilang saat itu Barra beruntung karna Yuna sudah menandatangani surat perjanjian itu sebelum membaca 2 poin terakhir. Tapi mungkin memang sudah takdirnya bisa mendapatkan apa yang dia inginkan dari Yuna.
"Kamu juga hati-hati, jangan terlalu lelah dan hindari mengangkat barang."
"Hari ini aku,,,
"Hari ini Mas Barra ke luar kota untuk beberapa hari ke dapan, iya kan.?" Tebak Yuna, dia memotong ucapan Barra sembari tersenyum. Terbiasa di tinggal Barra, membuat Yuna tau kapan jadwal Barra akan pergi keluar kota dan tidak pulang selama 3 sampai 4 hari.
Tanpa bisa berkata, Barra hanya memberikan jawaban dengan anggukan kepala dan senyum tipis.
"Mas Barra nggak usah khawatir, aku bisa jaga diri dan kandungan ku." Tutur Yuna.
"Ya sudah, kalau begitu aku berangkat dulu." Ujarnya lembut. Dia bergegas untuk masuk ke dalam mobil, namun Yuna menahan tangannya.
"Mas,," Yuna menatap wajah suaminya dengan ekspresi bingung.
"Ada apa.?"
"Eumm,, itu,,," Yuna terlihat ragu untuk mengatakannya. Sejujurnya tidak mau melakukan ini, tapi tidak bisa menahan diri. Apalagi dia tidak akan bertemu Barra untuk beberapa hari ke depan. Kalau tidak memintanya sekarang, pasti nanti akan membuatnya tidak tenang dan terus memikirkannya.
"Itu apa.?" Tanya Barra. Dia sampai mengerutkan dahinya melihat tingkah aneh Yuna.
"Itu,, Mas Barra,,," Suara Yuna terdengar gugup.
"Mas Barra nggak mau pamit juga sama mereka.?" Yuna langsung menundukkan wajahnya karna malu.
Ini benar-benar bukan keinginannya. Entah kenapa dia sangat ingin Barra menyentuh perutnya dan berbicara pada mereka.
Barra tertegun, tapi kemudian membungkukkan badan agar sejajar dengan perut Yuna.
"Pagi anak-anak Papa,," Ucap Barra lirih. Tangannya menyentuh pelan perut Yuna.
'Papa.?'
Gumam Yuna dalam hati dengan mata yang berkaca-kaca. Ada perasaan hangat dalam hati Yuna saat Barra menyebut dirinya dengan sebutan Papa.
Barra begitu siap menerima darah dagingnya, bahkan terlihat bahagia. Tapi entah kenapa semua itu belum cukup membuat Yuna yakin pada ucapan Barra bersedia untuk membatalkan perjanjian mereka.
"Jangan nakal, jangan buat Mama kalian susah."
"Papa berangkat dulu." Ujarnya lagi. Kalo ini tidak lagi bicara pelan. Yuna bisa mendengarnya dengan jelas.
Barra mendaratkan kecupan singkat di perut Yuna. Dia sering melakukan hal ini pada Cindy, tapi kali ini terasa berbeda karna ada dua makhluk hidup di dalam perut Yuna.
Ada kebahagiaan yang sulit untuk di jelaskan karna tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya.
"Aku berangkat." Barra bergegas masuk ke mobil tanpa menatap Yuna lagi.
Dia meninggalkan Yuna yang masih diam di tempat dangan tatapan mata yang menerawang jauh namun ada binar kebahagiaan.
Siapa yang tidak bahagia melihat anaknya diperlakukan manis oleh Papa kandungnya sekalipun anak itu masih di dalam rahimnya.
"Semoga kamu bisa menepati janji Mas,," Gumam Yuna lirih.
Dia masih berharap Barra benar-benar akan terus mempertahankan pernikahan dan bersama-sama mengurus baby twins.
...****...
Menyambut kepulangan Barra dari kantor, Cindy sibuk membuat kue sejak tadi siang. Beberapa hari yang lalu ketika Barra menelfonnya saat sedang membuat kue, Barra bilang ingin mencicipi kue buatannya. Dan Cindy sudah berjanji akan membuatkan kue itu saat Barra pulang nanti.
Ternyata membuat kue tidak sulit, hanya membutuhkan kesabaran dan niat saja. Cindy bahkan tidak perlu kursus membuat kue, hanya mengandalkan tutorial di youtube dia sudah bisa membuat kue yang lumayan enak untuk ukuran pemula.
"Akhirnya selesai juga,," Senyum bahagia terbit di bibir Cindy. Wajah cantiknya semakin bersinar karna senyumannya.
Dia menatap 2 kue yang berbeda, khusus untuk laki-laki yang sangat dia cintai dan berarti dalam hidupnya. Laki-laki yang tau bagaimana caranya memperlakukan wanita dengan baik.
Setelah merapikan dapur dan mencuci peralatan yang tadi di pakai untuk membuat kue, Cindy bergegas pergi ke kamar untuk mandi. 1 jam lagi Barra akan pulang, jadi Cindy ingin menyambut suaminya dengan penampilan yang rapi dan wangi.
Berendam di bathtub rupanya cukup membuat tubuh Cindy segar kembali setelah berkutat di dapur. Cindy sampai memejamkan matanya
"Kenapa berendam sendiri,," Suara Barra membuat Cindy langsung membuka mata. Dia tersetak karna tiba-tiba Barra sudah berada di dalam kamar mandi tanpa mendengar suara pintu terbuka ataupun langkah kakinya.
"Kamu sudah pulang, kenapa aku nggak dengar apa-apa.?" Cindy terlihat bingung namun tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya ketika melihat Barra ada di hadapannya.
"Bagaimana mau dengar kalau kamu ketiduran." Barra mengulum senyum gemas. Bahkan sudah 5 menit dia berada di dalam kamar mandi, menatap lekat wajah cantik istrinya yang terlihat kelelahan.
"Apa.? Aku ketiduran.? tapi,,,,
"Sudah nggak perlu di bahas, lebih baik berendam bersama." Barra membuka kancing kemejanya hingga terlepas seluruhnya. Dia melempar kemeja itu kedalam keranjang baju tanpa mengalihkan pandangannya pada Cindy yang terlihat menggoda dengan bahu mulusnya yang terekspos indah.
Membuang semua kain yang melekat di tubuhnya, Barra bergegas masuk kedalam bathtub. Memilih posisi dengan duduk di belakang Cindy dan menyuruh Cindy untuk bersender di dada bidangnya.
Cindy hanya pasrah saja saat tangan Barra melingkar erat di perutnya.
"Aku kangen,," Bisik Barra. Suaranya sudah terdengar berat, hembusan nafasnya bahkan sudah tidak teratur. Cindy tau apa yang sedang di inginkan oleh Barra, apalagi sudah ada yang bangun di bawah sana.
Hanya dalam hitungan detik, kegiatan panas tidak bisa di hindari. Sejak awal menikah sampai saat ini, Barra tidak pernah berubah, dia selalu menggebu-gebu dalam urusan yang satu ini.
Bahkan tidak cukup satu kali, kecuali jika Cindy sudah terlihat kelelahan.
Di akhiri dengan mandi bersama di bawah guyuran shower, Cindy dan Barra keluar dari kamar mandi setelah 1 jam berada di dalam.
"Aku sudah membuatkan kue untuk kamu." Ujar Cindy sembari memberikan baju pada Barra.
"Oh ya.? Aku nggak sabar ingin mencobanya." Barra mendaratkan kecupan singkat di bibir Cindy.
"Apa rasanya enak seperti ini." Dia meletakkan jari telunjuknya di bibir Cindy sembari mengulas senyum.
"Otak kamu selalu mesum." Cindy menepis pelan tangan Barra. Dia mencibir namun mengulum senyum malu, kemudian bergegas untuk memakai baju.
Barra terkekeh geli melihat tingkah istrinya yang sejak dulu selalu membuatnya gemas.