Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Masing-Masing
Tidak berselang lama Polisi datang, mereka berdua di mintai keterangan sebentar, sebelum akhirnya polisi menangkap dua jambret yang sudah pingsan itu.
"Terima kasih atas kerja sama kalian, lain kali hati-hati di jalan, tidak ada kejahatan tanpa adanya kesempatan, waspadalah... waspadalah!" ucap Polisi menirukan gaya bang Napi.
Rendi dan Novi mengangguk mengerti sambil tersenyum, para Polisi meninggalkan mereka berdua di tempat tersebut.
Selepas kepergian Polisi, Rendi menyadari kalau hari sudah mulai siang. "gawat! Ini sudah jam berapa?"
Novi melihat jam yang melingkar di tangannya." sudah Jam tujuh, kenapa memangnya?"
"Astaga, aku terlambat!" ucap Rendi buru-buru menghampiri Motornya.
Novi menghela napas berat, dia menghampiri Rendi dan mencengkram kerah belakang Rendi seperti anak kucing, sehingga Rendi turun dari Motornya.
"Ada apa lagi? Aku sudah terlambat ini." ucap Rendi kesal.
"Walaupun kamu naik motor, memangnya bisa sampai ke sekolah tepat waktu? Nyetirmu saja masih amatiran, lagi pula perjalanan dari sini sampai ke sekolah kamu itu setengah jam, paham! Jadi tidak akan sempat walau ngebut juga."
Rendi mengerutkan keningnya, dia menyapu pandangannya ke tempat tersebut, benar saja dia tidak tahu dirinya ada dimana, pasalnya dia tidak pernah pergi sejauh itu sebelumnya.
"Ngomong-ngomong ini dimana?" tanya Rendi polos.
"Kamu tidak tahu ini dimana? Astaga... kamu ini sebenarnya asalnya dari mana sih?" tanya Novi menyelidik.
Rendi tersenyum getir. "aku tidak pernah pergi jauh sebelumnya, paling jauh aku pergi ke pasar Larangan."
Novi menepuk jidatnya, dia menghela napas. "Ini di Tanggungan, Larangan arahnya ke sana."
Rendi manggut-manggut mengerti. "Ya sudahlah, kita pulang saja."
Novi mengangguk setuju, mereka berdua naik Motor, kali ini Rendi yang nyetir, karena dia tidak mau nanti di ajak ngebut lagi.
Novi tidak keberatan, lagi pula dia tidak buru-buru sama sekali, gadis itu memerhatikan Rendi dari belakang, entah kenapa dia merasa nyaman saat di bonceng Rendi, secara Reflek gadis itu memeluk Rendi.
Sontak saja Rendi terkejut, apa lagi benda kenyal Novi terasa mengganjal di punggungnya, sehingga dia menelan ludah berkali-kali, mau menegur tapi dia menikmati momen tersebut.
Rendi akhirnya membiarkan gadis yang baru di kenalnya itu memeluk tubuhnya, lagi pula itu semua juga sudah terbiasa di kalangan Remaja.
Novi Wulandari, dia gadis yang supel, cantik dan sedikit cengengesan, sebenarnya dia sangatlah baik, tapi karena sifatnya yang selalu berani melawan siapapun yang menurutnya salah, membuat dia memiliki banyak musuh, tapi temannya juga tidak sedikit.
Circle pertemanan Novi dengan mereka yang sama-sama tidak suka dengan orang yang terlalu mendramatisir keadaan, sehingga membuat teman-teman gadis itu terkesan ceplas-ceplos semuanya.
"Kamu sudah sarapan Nov?"tanya Rendi di sela mengendari Motornya.
"Belum, biasanya aku sarapan di sekolah, tapi sekarang karena ada kejadian seperti ini jadi belum sarapan deh." jawab gadis itu jujur.
"Kamu tahu tempat makanan yang enak dan bikin kenyang daerah sini?" tanya Rendi lagi.
"Tahu, kenapa memangnya?" Novi balik bertanya.
"Kita sarapan dulu, aku laper." jawab Rendi jujur.
"Owh... Oke! lima puluh meter lagi, belok kiri, di sana ada Warung makan, di jamin enak makanannya." ucap Novi meyakinkan sambil menatap Rendi yang sedang fokus mengendarai Motor.
"Oke!" jawab Rendi singkat.
Tidak berselang lama, mereka sampai di perempatan jalan, Rendi langsung belok kiri sesuai dengan perintah Novi, mereka berdua kemudian berhenti di warung makan tersebut.
"Di sini?" tanya Rendi sambil melepas helmnya.
"Iya dimana lagi, orang kita berhentinya di sini." jawab Novi yang langsung masuk ke dalam warung pinggir jalan tersebut.
Mereka berdua memesan makanan dan makan dengan lahap, Rendi terlihat menikmati makanannya dengan asyik, sementara Novi memerhatikan lelaki yang baru di kenalnya itu.
Para tukang becak dan orang-orang yang makan di sana memerhatikan keduanya, karena di jam seperti ini seharusnya mereka masuk sekolah, tapi keduanya malah keluyuran.
Rendi yang selesai makan lebih awal, dia menyadari tatapan tidak menyenangkan orang-orang tersebut.
Setelah selesai makan, Rendi membayar semua makanan yang di pesan dia dan Novi, ketika di Motor, Rendi membuka bagasi Motornya, dia mengambil jaket satu-satunya.
"Pakai ini, tidak enak di lihat banyak orang kita keluyuran di jam sekolah." ucap Rendi sambil menyerahkan Jaketnya tersebut.
"Terus kamu pakai apa?" tanya Novi yang mengambil Jaket Rendi.
"Aku bawa baju, kebetulan mau cari kontrakan." ucap Rendi yang tanpa malu membuka bajunya di pinggir Jalan.
Sontak saja wajah Novi langsung memerah, dia tersipu saat melihat dada bidang Rendi, tapi dengan sigap Rendi menutupnya kembali dengan pakaian santainya, sebuah kaos oblong berwarna hitam.
"Kenapa bengong? Ayo pakai." tegur Rendi pada Novi yang terdiam terpaku menatapnya.
"Eh... Iya!" Novi bergegas mengenakan jaket Lusuh Rendi yang baunya apek.
Novi tidak mempermasalahkan bau Jaket Rendi, baginya kalau dia nyaman dengan orang tersebut, dirinya tidak akan memandang yang lain.
Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan, saat di jalan pelukan Novi semakin kencang, sehingga membuat Rendi berangan-angan jauh.
"Gila nih cewe, apa dia cewe gampangan yah? Kok mau meluk-meluk aku yang baru di kenalnya." gumam Rendi dalam hati sambil melihat Novi dari kaca spion Motornya.
Berbeda dengan Rendi, Novi malah memiliki pemikiran yang lain, dia bergumam dalam hati. "kenapa aku merasa nyaman sama dia yah? Apakah ini pertanda cinta seperti teman-teman? Tapi aku baru mengenalnya?"
Novi sebelumnya tidak pernah merasa nyaman dekat dengan lelaki lain sebelumnya, meskipun mereka selalu mengatakan akan melindungi dan memberikan Novi apapun, tapi tetap saja, Novi tidak tertarik sama sekali, sehingga dia tidak pernah mau berpacaran.
Berbeda dengan sekarang, saat dia dekat dengan Rendi, walau baru kenal, tapi sudah ada getaran yang terasa dalam hati kecilnya.