Tahu masa lalunya yang sangat menyakitkan hati satu minggu sebelum hari pernikahan. Sayang, Zoya tetap tidak bisa mundur dari pernikahan tersebut walau batinnya menolak dengan keras.
"Tapi dia sudah punya anak dengan wanita lain walau tidak menikah, papa." Zoyana berucap sambil terisak.
"Apa salahnya, Aya! Masa lalu adalah masa lalu. Dan lagi, masih banyak gadis yang menikah dengan duda."
Zoya hanya ingin dimengerti apa yang saat ini hatinya sedang rasa, dan apa pula yang sedang ia takutkan. Tapi keluarganya, sama sekali tidak berpikiran yang sama. Akankah pernikahan itu bisa bertahan? Atau, pernikahan ini malahan akan hancur karena masa lalu sang suami? Yuk! Baca sampai akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Episode 2
Beberapa saat kemudian, papa Zoya pulang. Tidak hanya sang papa, kakaknya juga ikut kembali bersama papanya. Yah, Zoya adalah anak kedua dari dua bersaudara. Dia mempunyai satu kakak laki-laki yang saat ini masih melajang.
Hubungan adik kakak antara Zoya dengan Juanda cukup harmonis. Yah, seperti kebanyakan adik dan kakak pada umumnya. Cukup berwarna dan penuh dengan cerita di dalamnya.
"Papa."
Mama Zoya langsung menyambut kedatangan suaminya. Sang suami terlihat sangat bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Dia pun terus melangkah masuk ke dalam menuju ruang keluarga.
"Ada apa sebenarnya?"
"Apa yang sudah terjadi?"
Mendengar suara si papa, Zoya langsung mengangkat wajah. "Papa."
"Kenapa, Zoya?"
"Aku tidak ingin menikah, Pa."
"Apa!"
Tentu saja pria tua itu kaget bukan kepalang. Bagaimana tidak? Ucapan anaknya sangat mengejutkan. Dengan persiapan pernikahan yang hampir sembilan puluh lima persen itu, bagaimana bisa dia membayangkan anaknya meminta pembatalan pernikahan?
"Apa yang baru saja kamu katakan, Zoya? Apa kamu sedang sakit?"
Bukan Zoya yang menjawab ucapan itu, karena saat ini, hati Zoya sama seperti sebelumnya. Di buat terkejut dengan ucapan yang jelas-jelas bermaksud penolakan dari apa yang saat ini sedang Zoya inginkan.
"Aya sudah tahu tentang masa lalu Arya, Pa. Karena itu, dia ingin membatalkan pernikahan," ucap mamanya pelan.
Sungguh, ekspresi, tanggapan, dan juga sikap kedua orang tuanya, bahkan seluruh anggota keluarganya sangat membingungkan buat Zoya. Zoya yang setengah mati terkejut dengan rahasia masa lalu calon suaminya, sementara anggota keluarga malah terlihat biasa saja. Seolah, mereka semua sudah tahu dengan masa lalu Arya.
"Ha? Bagaimana bisa kamu melakukan hal itu, Zoya? Bagaimana bisa kamu membatalkan pernikahan mu yang hanya tinggal satu minggu saja lagi cuma gara-gara masa lalu dari calon suami mu. Apa kamu sudah tidak waras!"
Deg. Mata Zoya langsung membulat sempurna. Papanya bicara seperti barusan itu, sungguh membuat Zoya hampir tidak bisa bernapas. Bagaimana bisa papanya berucap seperti itu?
"Pa. Apakah salah aku yang ingin membatalkan pernikahan ku setelah aku tahu tentang masa lalu dari calon suamiku?"
"Tunggu, kalian seperti sudah tahu saja tentang masa lalunya mas Arya. Kalian tidak terlihat terkejut, bahkan tidak ingin bertanya sedikitpun. Kalian-- "
"Ya. Kami sudah tahu tentang masa lalu Arya sejak lama," ucap sang mama tanpa menahannya sedikitpun.
Deg. Bak guntur di siang bolong saja. Yang menyambar secara tiba-tiba, seperti itulah yang saat ini dirasakan oleh Zoya. Ternyata, keluarganya malah sudah tahu tentang rahasia itu. Tapi, mereka tidak membuka rahasia tersebut. Bahkan, mereka menutupinya rapat-rapat, lalu terang ingin menikahkan dirinya dengan pria yang sudah punya anak di luar sana. Sungguh, hal tersebut sangat tidak bisa Zoya cerna.
Zoya menatap lekat wajah kedua orang tuanya.
"Kalian, sudah tahu?" Tanya Zoya tak percaya.
Anggukan pelan yang sang mama berikan membuat Zoya sulit untuk bernapas. Kakinya pun terasa lemas, dan tidak lagi bisa ia tahan. Sangat-sangat mengejutkan. Zoya yang sedang berdiri, langsung terduduk di atas sofa kembali.
Sesaat terdiam, Zoya lalu ingat pada keberadaan kakaknya yang juga ada di ruangan tersebut. Zoya mengalihkan pandangannya ke arah Juan. Dengan tatapan tajam, Zoya melihat Juan.
"Kak Juan. Kamu, jangan bilang kalau kamu juga sudah tahu."
Wajah bersalah Juan perlihatkan.
"Maaf, Zoya. Kakak-- "
"Ha? Ha ha ha. Ternyata, kakak juga tahu?"
"Kalian semua tahu? Hanya aku yang tidak tahu. Kenapa?"
"Zoya! Cukup." Papa Zoya angkat bicara sekarang. "Kami tahu masa lalu Arya. Tapi apa yang salah dengan masa lalunya, Zoya?"
Sontak, Zoya langsung mengalihkan pandangan ke arah papa dan mamanya.
Tak hanya pandangan, Zoya yang sebelumnya duduk, kini bangun kembali. Ucapan papanya seakan memberikan dirinya energi untuk kembali bertenaga agar bisa melawan ucapan kedua orang tuanya.
"Tidak salah papa bilang?" Zoya berucap sambil menjatuhkan air mata.
"Mas Arya sudah punya anak di luar sana. Dia sudah punya anak, papa bilang tidak ada yang salah? Bagaimana bisa?"
"Zoya. Dia punya anak, tapi dia tidak menikah. Dia masih berstatus lajang, nak." Kali ini giliran sang mama yang memberikan jawaban.
Ucapan sang mama barusan itu rasanya ingin membuat Zoya tertawa. Tapi, terlalu lucu sampai Zoya tidak tahu harus berbuat apa.
"Tidak menikah, tapi punya anak. Kalian ingin aku menikah dengan lelaki yang seperti itu? Kalian-- "
"Zoya! Arya tidak salah. Bukan dia yang tidak ingin menikah, melainkan, pihak dari wanita itu yang tidak ingin menjadikannya anggota keluarga. Arya ingin bertanggung jawab atas anak yang wanita itu kandung. Tapi, pihak wanita nya tidak ingin Arya menikahi anak mereka. Jadi itu bukan salahnya Arya." Si papa berucap panjang lebar.
Belum sempat Zoya menjawab, mamanya pula yang angkat bicara. "Lagian, Zoya. Kejadian itu sudah lama. Itu sudah lima tahun yang lalu. Wanita yang mengandung anaknya Arya pun sudah menikah dengan pria pilihan keluarganya."
Zoya benar-benar merasa seakan tidak bisa bernapas dengan ucapan-ucapan yang baru saja kedua orang tuanya katakan. Entah apa yang ada dalam benak keluarganya saat ini. Zoya pun tidak tahu.
Keluarganya seolah berpikir kalau masa lalu Arya bukanlah masalah besar. Tidak ada yang salah dengan masa lalu Arya yang jelas-jelas sangat tidak bisa Zoya terima.
Mereka bilang Arya tidak salah. Mereka bilang, itu bukan salah Arya. Padahal, Arya sudah menghamili anak gadis orang. Arya sudah punya anak dengan wanita tersebut. Bisakah masa lalu seperti itu dianggap seolah tidak terjadi? Bukankah itu adalah masalah yang paling besar menurut Zoya.
Zoya berusaha untuk tetap sadar akan dunia sekeliling. Berulang kali dia menarik napas yang terasa seolah sudah tinggal sedikit. Napas yang seakan tidak sampai untuk dia hirup. Dada yang terasa sangat sesak seolah ada beban berat yang sedang menghimpit.
"Aku tidak ingin menikah dengannya. Apapun pendapat kalian tentang Mas Arya, terserah kalian. Yang jelas, aku ingin membatalkan pernikahan ini. Aku tidak ingin menikah dengannya dengan alasan apapun."
"Tidak! Aku tidak ingin membatalkan pernikahan ini."
Suara lantang yang datang dari arah balik tembok pembatas ruang keluarga dengan ruang lainnya. Di depan sana, ada seorang pria yang sedang berdiri tegap. Matanya terlihat sedikit memerah. Tangannya sedang mengepal dengan erat.
Tubuh tinggi tegap dengan dada bidang. Postur tubuh ideal. rambut lurus jatuh di dahi. Dia lah Arya, calon suami yang akan menikahi Zoya satu minggu lagi.
Setelah gagal mengejar Zoya, Arya langsung berusaha kembali. Setelah memarahi Kinan dengan amarah yang meledak, Arya langsung mengejar ketertinggalannya. Sayang, terlambat sampai karena terjebak macet selama beberapa saat. Yang pada akhirnya mengharuskan Arya untuk mengejarnya dengan naik ojek yang dia bayar pada salah satu pemilik motor yang dia temui di jalan.
lanjut kak...
semngat....
sdah mampir...
semoga seru alur critanya...
semngat kak ...