NovelToon NovelToon
The Story Of Jian An

The Story Of Jian An

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:418
Nilai: 5
Nama Author: NinLugas

Pada abad ke-19, seorang saudagar China yang kaya raya membawa serta istri dan anaknya menetap di Indonesia. Salah satu anak mereka, Jian An, tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan berwibawa. Ketika ia dewasa, orang tuanya menjodohkannya dengan seorang bangsawan Jawa bernama Banyu Janitra.

Pada malam pertama mereka sebagai suami istri, Banyu Janitra ditemukan tewas secara misterius. Banyak yang menduga bahwa Jian Anlah yang membunuhnya, meskipun dia bersikeras tidak bersalah.

Namun, nasib buruk menghampirinya. Jian An tertangkap oleh orang tidak dikenal dan dimasukkan ke dalam sumur tua. berenang di permukaan air sumur yang kini tidak lagi berada di abad ke-19. Ia telah dipindahkan ke kota S, tahun 2024. Dalam kebingungannya, Jian An harus menghadapi dunia yang jauh berbeda dari yang ia kenal, berusaha menemukan jawaban atas misteri kematian suaminya dan mencari cara untuk kembali ke masa lalu yang penuh dengan penyesalan dan rahasia yang belum terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29

"Aku mau makan cenil buatanmu," ucap Jian an yang membuat Gendis bingung bagaimana Jian An tahu kalau Gendis jago membuat jajanan cenil.

Gendis terkejut mendengar permintaan Jian An. "Cenil?" tanyanya, matanya sedikit terbelalak. "Kamu tahu aku bisa membuat cenil?" Gendis tampak bingung, seolah tidak menyangka Jian An tahu tentang keahliannya membuat jajanan tradisional tersebut.

Jian An tersenyum tipis, mengenang masa lalu mereka yang tidak terlalu lama. "Aku ingat waktu kita masih sering ngobrol, kamu pernah bilang suka bikin cenil. Aku kangen rasanya," jawabnya dengan nada ringan, meskipun di dalam hatinya, ada banyak perasaan yang belum bisa dia ungkapkan.

Gendis masih tampak terkejut, namun senyum kecil perlahan muncul di wajahnya. "Oh, jadi itu yang kamu ingat ya?" Gendis berkata dengan tawa kecil. "Baiklah, aku akan buatkan untukmu. Tapi, kamu harus sabar, prosesnya agak lama."

Jian An mengangguk dengan antusias. "Aku tidak masalah menunggu, yang penting bisa makan cenil buatanmu." Dia sudah merindukan jajanan itu, bukan hanya karena rasanya yang manis dan kenyal, tetapi juga karena mengingatkan pada kenangan sederhana yang menenangkan.

Gendis pun beranjak menuju dapur, mulai menyiapkan bahan-bahan untuk membuat cenil. Sementara Jian An duduk di meja makan, merasa sedikit lebih tenang dengan suasana yang lebih ringan dan tidak begitu tegang seperti sebelumnya. Dalam hati, dia merasa beruntung memiliki teman seperti Gendis, yang selalu tahu bagaimana membuatnya merasa lebih baik.

Pagi itu, setelah sarapan, Saka memutuskan untuk pergi ke kantor lebih awal. Dia merasa ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dan tidak ingin ada gangguan. Tanpa mengatakan apapun pada Jian An, dia berjalan menuju mobilnya, berharap hari ini akan berjalan lancar meski ada banyak perasaan yang belum selesai dalam dirinya.

Jian An yang melihat Saka pergi hanya diam di tempat. Walaupun dia merasa sedikit cemas, dia tahu bahwa Saka membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri, dan mungkin juga ingin menjaga jarak sementara. Pagi itu, suasana di rumah terasa lebih sepi tanpa kehadiran Saka, dan Jian An merasa sedikit kebingungan dengan dirinya sendiri.

Dia berusaha mengalihkan pikirannya dengan melakukan aktivitas yang sederhana, seperti mengecek ponselnya atau merapikan kamar. Namun, hatinya terus bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Saka. Dia merasa ada ketegangan yang tak bisa dijelaskan, sesuatu yang lebih dari sekadar perasaan canggung setelah malam sebelumnya.

Meskipun begitu, Jian An tahu bahwa dia harus belajar untuk menenangkan dirinya. Mengingat kembali kenangan lama, masa lalu bersama Banyu, membuatnya semakin sadar akan betapa dalamnya luka yang ia bawa. Namun, untuk saat ini, ia harus fokus pada dirinya sendiri dan tidak membiarkan perasaan ini semakin membebani.

Dengan tekad untuk tidak membiarkan hari ini berlalu begitu saja, Jian An memutuskan untuk melanjutkan harinya dengan lebih tenang. Ia tahu, apapun yang terjadi antara dirinya dan Saka, dia harus siap untuk menghadapi kenyataan dan tidak terburu-buru mengambil keputusan.

Gendis merasa senang dan bangga saat melihat Jian An menikmati cenil buatannya. Meskipun suasana di sekitar mereka terasa sedikit canggung, namun momen kecil itu mengingatkan Gendis pada kebahagiaan sederhana dalam hidup—membuat orang lain senang dengan masakannya. Gendis tersenyum lebar, merasa dihargai ketika Jian An memuji rasa cenil yang dibuatnya.

"Sepertinya kamu tahu sekali apa yang aku suka," ucap Jian An dengan nada ringan, memecah kesunyian yang sempat melingkupi mereka. Gendis hanya tertawa kecil, merasa lega karena Jian An akhirnya bisa menikmati makanannya.

“Cenil ini memang spesial buatmu, Jian An. Aku selalu merasa bahagia bisa membuat orang lain senang lewat masakan,” jawab Gendis sambil menuangkan secangkir teh hangat untuk menemani makanannya.

Jian An menatap Gendis dengan penuh perhatian, merasa bahwa ada kehangatan yang datang dari wanita itu, meskipun kehidupannya sendiri sedang penuh kebingungan. Di saat-saat seperti ini, dia merasa sedikit lebih tenang. Gendis seolah menjadi tempat yang nyaman bagi Jian An untuk berbicara tanpa takut dihakimi.

Namun, saat mereka melanjutkan obrolan ringan, Jian An tak bisa menahan perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Keinginan untuk melupakan segala kebingungannya dan memfokuskan diri pada sesuatu yang lebih sederhana, seperti cenil yang baru saja dinikmatinya, membuatnya merasa sedikit lebih baik. Sambil menikmati cemilan dan teh hangat, Jian An merasa, mungkin, ini adalah langkah pertama untuk menemukan kedamaian dalam dirinya.

***

Radja duduk di ruang kerjanya, memandangi layar komputer yang seakan-akan tidak ada yang menarik. Pikiran-pikiran tentang Jian An terus mengganggu fokusnya. Seharusnya Jian An sudah berada di kantor pagi ini, namun hingga tengah hari, dia tak kunjung muncul. Radja merasa ada yang aneh. Biasanya, meskipun Jian An tidak terlalu aktif berbicara, dia selalu datang tepat waktu. Namun kali ini, entah mengapa, suasana di sekitar kantor terasa hampa.

Radja pun mencoba bertanya pada beberapa rekan kerjanya, namun tidak ada yang tahu keberadaan Jian An. Bahkan Saka, yang seharusnya bisa memberikan penjelasan, tampak seolah menghindar. Radja merasa semakin cemas dan bingung. Mengapa Saka begitu tertutup soal pernikahan mereka? Mengapa tidak ada yang memberitahunya tentang hubungan mereka, meskipun jelas terlihat kedekatan antara Saka dan Jian An?

Akhirnya, Radja memutuskan untuk mendekati Saka di ruang kerjanya. Ketika dia masuk, Saka sedang sibuk dengan beberapa berkas di mejanya. Namun, ekspresi Saka yang sedikit tegang membuat Radja semakin curiga. "Saka, ada apa dengan Jian An? Kenapa dia tidak datang hari ini?" tanya Radja dengan hati-hati, berharap mendapatkan jawaban yang jelas.

Saka mengangkat pandangannya, namun hanya memberikan senyum tipis. "Jian An… dia ada urusan pribadi. Tidak perlu khawatir," jawab Saka dengan nada datar. Radja merasa ada yang tidak beres, tapi dia tidak ingin memaksa lebih jauh. Saka sudah jelas tidak ingin membahas hal itu.

Radja meninggalkan ruang kerja Saka dengan perasaan yang lebih berat. Ada banyak hal yang belum dia ketahui, dan semakin dia mencoba untuk menggali lebih dalam, semakin sulit untuk mengungkap kebenaran. Namun, satu hal yang pasti dia harus menemukan jawabannya, terutama jika itu berkaitan dengan Jian An yang sudah lama dikenalnya.

Benar saja malam sepulang bekerja Radja segera menuju rumah Jian an tinggali, Radja berdiri di depan pintu rumah Jian An, memencet bel berkali-kali, namun tidak ada jawaban. Pintu itu tampak tertutup rapat, seolah tak ada kehidupan di dalamnya. Kekhawatiran mulai merayapi pikirannya, membuatnya semakin penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Jian An. Sejak pagi tadi dia tidak muncul di kantor, dan kini rumah ini pun tampak sunyi tanpa jejak kehidupan.

Radja mencoba memeriksa sekeliling rumah, berharap ada petunjuk lain. Pintu garasi tertutup, jendela di samping rumah juga gelap. Dia berpikir sejenak, apakah mungkin Jian An sedang keluar atau ada sesuatu yang membuatnya terjebak di dalam rumah? Namun, mengingat hubungan mereka yang terjalin cukup lama, Radja merasa seharusnya dia bisa mengetahui jika ada yang salah.

Akhirnya, dia memutuskan untuk menghubungi Saka, berharap bisa mendapatkan informasi lebih lanjut. Namun, ketika Radja mencoba menghubungi Saka, teleponnya tidak dijawab. Semakin tak menentu keadaan ini, Radja mulai merasa ada yang aneh dalam situasi ini. Mengapa Saka tidak memberi tahu tentang kondisi Jian An? Apa yang terjadi pada wanita itu?

Setelah beberapa saat berputar-putar di sekitar rumah, Radja memutuskan untuk meninggalkan tempat itu, meskipun perasaan gelisah semakin kuat. Dia tahu, entah bagaimana, dia harus mendapatkan penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Jian An, dan mengapa semuanya tampak begitu kabur dan penuh misteri.

1
yanah~
Mampir kak, tulisannya rapi, enak dibaca 🤗
¶•~″♪♪♪″~•¶
semangat kk/Determined//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!