NovelToon NovelToon
Love Is Never Boastful

Love Is Never Boastful

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Beda Usia
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yuliastro

Mengisahkan tentang kehidupan pasangan yang berbeda latar belakang,antara keluarga elit dengan seorang gadis dari kalangan keluarga biasa dan sederhana.Kayyisa Virly Putri(Kay) terpaksa menikah secara diam-diam di usianya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.Awalnya Kay tidak setuju untuk menikah,tapi keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan dan terlilit banyak hutang.Memaksa Kay harus menyetujui pernikahan secara ikhlas untuk memperbaiki keuangan keluarganya.Namun,pernikahan rahasia yang ia jalani tidaklah mudah.Karena ia harus berjuang menyesuaikan diri dengan kehidupan mewah kelas atas dari keluargabarunya,dan mengharuskannya terus belajar berbagai banyak hal sambil terus berusaha beradaptasi dengan suami yang tidak menyenangkan,yang memiliki hati dingin dan angkuh yang bernama Ben Nathan Hartanto(Ben).Seorang CEO muda ternama sekaligus pewaris tunggal dari keluarga Hartanto.Keduanya saling tak menyukai,tapi tetap menjalankan pernikahan tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuliastro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menerima ajakan.

Di kediaman Ben dan Kay, keduanya sedang makan berdua di meja makan.Para pelayan membantu melayani mereka berdua.

Kay memandangi makanan dengan menu western yang sudah tersaji di atas meja makan.

"Apakah kita harus selalu makan menu barat seperti ini,tiap kali kita makan?"tanya Kay dengan wajah tidak berselera makan.

"Aku rindu sekali menu makanan Indonesia.Masakan rumahan yang rasanya jauh lebih enak seperti sayur asem dengan ikan asin dan sambal.Membayangkannya saja sudah membuat air liur ku ingin menetes"imbuh Kay.

"Diam dan makanlah!.Kau harus bersyukur masih bisa makan disini"sahut Ben ketus.

Kay memandangi wajah Ben dengan kesal.

"Semuanya tergantung Mama.Dia yang mengatur menu makanan di rumah ini.Jadi mama yang menentukan untuk memilih makanan yang berbeda atau tidak.Termasuk minuman yang kita minum"imbuh Ben.

Kay terlihat kecewa mendengarnya sembari menghela nafas pendek.

"Tidak perlu menunjukkan wajah sedihmu itu.Kau terlihat semakin jelek jika murung"goda Ben.

Kay memandang Ben dengan sorot mata tajam.

"Tidak perlu seperti itu menatapku!.Kau terlihat semakin mengerikan seperti nenek sihir." Ben tidak berhenti menggoda Kay.

"Andai benar aku seorang nenek sihir.Maka akan langsung kuubah kau menjadi batu,supaya kau diam dan berhenti meledekku!"kata kata Kay kesal.

Mata Ben membulat dengan ekspresi kesal.

"Bagaimana bisa kau ingin menyihirku menjadi batu?Istri macam apa dirimu?."

Kay tersenyum meremehkan.

"Kata-katamu seolah aku ini istri yang kejam.Padahal kau yang tidak berhati!."

Lalu Kay buru-buru menghabiskan makanannya dengan terpaksa dan beranjak pergi ke ruang belajar.

"Hei bebek buruk rupa! Jangan lupa hari ini kita akan menonton film"pekik Ben sambil memandangi Kay yang berlalu pergi 

Kay hanya menoleh sekilas ke arah Ben dengan mata terbuka lebar.

Sebaliknya Ben tersenyum senang melihat ekspresi kesal Kay.

Di ruang belajar,Kay sedang belajar pelatihan penampilan dan etika.

Pelajaran yang membosankan untuknya tapi harus ia ikuti dengan terpaksa.

Kay tidak bisa bersantai meskipun hanya sejenak,karena Bu Warsi bersama asisten pribadinya terus mengawasinya dengan ketat.

Mama Ben akan sangat marah pada keduanya,jika Kay tidak mengalami progres besar dalam pendidikan penampilan dan etikanya.

"Kenapa penampilan begitu penting bagi Mama Ben?tapi sudahlah setelah pelajaran ini berakhir,aku akan segera mengikuti kelas kursus pastry dan melakukan hal yang kusenangi"gumam Kay sambil berlatih berjalan dengan anggun layaknya seorang putri.

Sementara itu,Ben sedang sibuk dengan laptop di ruang kerjanya.

Karena bosan,dia berhenti sebentar dengan pekerjaannya.Lalu meraih ponsel yang tergeletak di dekatnya.

Ben berusaha menghubungi Kay.

Entah kenapa dia ingin sekali mendengar suara gadis itu.Padahal satu jam yang lalu mereka bertemu dan bertengkar di meja makan.

Ben seakan tidak sabar menunggu Kay mengangkat teleponnya.

Tapi saat Kay hendak mengangkatnya.

Ben langsung mematikannya.

Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang.

Sebaliknya Kay merasa kesal karena sikap Ben yang seolah mempermainkannya.

Dan sekali lagi Ben menelpon Kay.

Namun saat Kay akan mengangkatnya,Bu Warsi membentaknya.

"Nona Kay harus fokus belajar dan tidak boleh bermain handphone saat sedang belajar.Saya harap Nona Kay paham dan bersikap disiplin!."

Ponsel Kay terus berdering.

"Tapi Bu Warsi,aku tidak sedang bermain handphone.Ben...eh,maksudku Mas Ben sedang menelpon ku"kata Kay.

Mendengar kata-kata Kay.

Bu Warsi meminta maaf pada Kay karena salah paham.Lalu Bu Warsi mengizinkan Kay untuk mengangkat telepon dari Ben.

Tentu saja Kay senang mendengarnya,karena dia bisa beristirahat sejenak dari pelajaran etika yang sangat membosankan dan melelahkan untuknya.

"Kenapa kau meneleponku?"tanya Kay dari balik telepon.

"Hei gadis aneh! Bisakah kau bicara yang lembut pada suamimu!"bentak Ben.

Kay mendengus dengan kasar.

"Cepat katakan apa ingin kau katakan.Aku harus cepat kembali belajar."

"Jangan lupa jika setelah kelas kursus  pastry,kita akan menonton film"balas Ben sinis.

"Hanya itu saja yang ingin kau katakan!."

"Iya.Kenapa?aku tidak ingin kau lupa"balas Ben dengan datar.

"Mana mungkin aku lupa,jika kau terus berbicara tentang menonton film sejak aku pulang sekolah hingga sekarang." Kay menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

"Kau membuang-buang waktuku saja"imbuh Kay lalu menutup telepon Ben.

"Dia memang pria yang aneh.Menelpon  hanya untuk mengingatkan menonton film." Kay menggerutu sambil berjalan masuk ke ruang belajarnya lagi.

Sementara itu,Ben terlihat sangat kesal karena Kay langsung mematikan teleponnya.

***

Di kelas kursus pastry.

Kay sudah bersiap mengenakan seragam koki lengkap dengan apron,topi koki dan masker.Begitu pula dengan teman-teman Kay yang lain.Termasuk Zidan yang berada di dekat Kay.

Mereka semua antusias mendengar penjelasan dari pastry chef profesional yang mengajar.

Setelah mengetahui dasar-dasar pastry dan teknik pembuatan kue.

Lalu Kay bersama teman-temannya belajar

membuat kue-kue tidak manis seperti; quiche lorraine, quiche sayuran dan savory tart.

Pastry chef langsung mendemonstrasikan, untuk mempraktekan resep dan teknik pembuatan di ruang dapur kelas kursus yang  terlihat canggih dan super lengkap.

Sesekali Zidan melirik ke arah Kay dan tersenyum.Sebaliknya Kay hanya fokus pada instruksi sang pastry chef,tanpa menyadari jika Zidan diam-diam memandanginya.

Kelas kursus pastry berakhir lebih cepat dari jam.

Tentu saja Kay merasa senang karena mempunyai waktu untuk beristirahat sejenak.

Merehatkan pikiran dan batinnya menghadapi kepribadian Ben yang membuatnya kesal setiap waktu.

Kay berada di kafetaria menikmati kue buatannya bersama asisten pribadi dan dua pengawal perempuannya.

"Bagaimana rasanya?Enak kan?"tanya Kay.

Mbak Rani mengangguk mengiyakan,diikuti gerakan yang sama dari dua pengawal pribadi Kay.

Kay tersenyum senang melihatnya.

Tiba-tiba Zidan menghampirinya.

"Hai Kay!"sapa Zidan.

"Apa aku boleh bergabung dengan kalian?"tanya Zidan.

Kay menoleh dan memandang Zidan dengan tatapan kaget.

"Mas Zidan! Eh... silahkan Mas...silahkan duduk"jawab Kay terbata.

Zidan tersenyum kecil lalu duduk berhadapan dengan Kay.

Mbak Rina dan dua pengawal pribadi Kay ingin beranjak dari duduk.Tapi Kay melarang  dan meminta mereka untuk tetap duduk di dekatnya.

"Mas Zidan terima kasih untuk hadiahnya"ucap Kay tiba-tiba.

"Hadiah?" Zidan mengernyit bingung.

"Iya hadiah cokelat dan karangan bunga.Sebelumnya aku tidak mengenal Mas.Tapi Ben memberitahuku,jika Mas Zidan adalah sahabatnya." Kay tersenyum kecil.

Sebaliknya Zidan terlihat kebingungan mendengar kata-kata Kay.

"Terima kasih banyak untuk hadiahnya Mas.Aku menyukainya"imbuh Kay.

Zidan berusaha menjelaskan pada Kay,jika bukan dia yang memberikan hadiah cokelat dan karangan bunga.

Tapi Kay lebih dulu mengalihkan topik pembicaraan sehingga Zidan lupa untuk menjelaskan perihal hadiah itu pada Kay.

"Aku tidak menyangka jika Mas Zidan adalah sahabat baik Ben.Dan yang lebih mengejutkan lagi Mas Zidan juga seorang CEO." Kay memandang sejenak ke arah Zidan lalu tersenyum.

"Tapi kalian sangat terlihat berbeda"imbuh Kay.

"Berbeda? maksud nya?"tanya Zidan bingung.

"Ben sangat kasar dan angkuh sedangkan Mas Zidan lembut dan caring.Bahkan penampilan kalian pun sangat berbeda"jawab Kay.

"Benarkah itu?"ucap Zidan tersenyum kecil.

Kay mengangguk mengiyakan.

"Ku rasa Mas Zidan juga sangat berbeda dari teman-teman Ben yang lain.Mmm..kurasa teman Ben juga teman Mas Zidan juga.Maaf,aku tidak bermaksud untuk membandingkan.Ini hanya ekspresi dari diriku menggambarkan perbedaan karakter kalian"ucap Kay pelan.

"Tidak apa-apa Kay.Aku justru senang jika ada seseorang yang berterus terang menyampaikan apa yang ada di pikirannya.Aku tipe orang yang santai dan tidak mudah tersinggung,jadi jangan sungkan atau takut padaku."Zidan tersenyum memandang Kay.

Kay tersenyum tipis atas respon dari kata-kata Zidan.

"Oh,ya..jika aku boleh tahu.Kenapa Mas Zidan mengikuti kelas kursus pastry?bukankah Mas Zidan sudah memiliki pekerjaan mapan menjadi seorang CEO."

"Kau satu-satunya orang yang bertanya seperti itu padaku"ucap Zidan.

"Benarkah?"tanya Kay.

"Iya"angguk Zidan dengan senyuman tipis.

"Sebenarnya cita-citaku sejak kecil ingin menjadi seorang pastry chef,tapi karena desakan mama dan juga keadaan keluarga yang tidak mungkin untuk menggapai impianku.Sehingga aku harus mengubur cita-citaku." Zidan diam sejenak mengingat kenangan di masa lalunya saat papanya meninggal dunia dan membuatnya harus menekuni dunia bisnis atas desakan sang mama.

Kay memperhatikan Zidan dengan seksama.

"Tapi rasa cinta dan suka ku pada dunia pastry,tidak menyurutkan keinginan untuk terus belajar pastry.Jadi aku selalu mengikuti kelas kursus pastry untuk menyalurkan cita-cita ku yang kandas dan kini menjelma menjadi hobiku"imbuh Zidan.

Kay diam mendengarkan kata-kata Zidan.

Dia membayangkan keadaannya seperti Zidan.Merelakan cita-citanya demi menyelamatkan ekonomi keluarganya.

Kay merasakan seolah mimpinya menjadi pastry chef kandas seperti Zidan.

"Ada apa Kay?kenapa kau tiba-tiba murung?"tanya Zidan.

Kay menghela nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

"Kisah kita sama"jawab Kay.

"Maksudnya?"tanya Zidan lagi dengan wajah bingung.

"Dari sejak kecil aku juga bercita-cita untuk menjadi seorang pastry chef terkenal seperti Mas Zidan."

Zidan tersentak mendengar kata-kata Kay.

"Benarkah?"tanya Zidan.

Kay mengangguk mengiyakan sambil berkata,"Tapi aku harus mengubur mimpiku karena pernikahan ini."

Asisten dan dua pengawal pribadi Kay terlihat ikut sedih mendengar kata-kata Kay.Begitu juga dengan Zidan.

"Melepaskan sesuatu yang kita impikan itu sangat menyakitkan.Tapi terkadang kita harus melakukannya,demi membuat orang yang sangat kita sayangi dapat tersenyum bahagia"imbuh Kay sembari menghela nafas pendek.

Ucapan Kay seakan mewakili perasaan yang Zidan alami di dalam hidupnya.

Zidan tersenyum kecil memandang Kay.

Dia merasa jika pertemuannya dengan Kay bukanlah sebuah kebetulan tapi sebuah takdir.

"Kau benar Kay.Aku tahu perasaanmu karena aku juga merasakannya.Kurasa kita berjodoh"kata Zidan.

Tentu saja Kay kaget mendengar kata-kata Zidan.

"Maksud Mas apa?."

"Kisah hidup kita sama.Kurasa kita bisa menjadi teman baik yang saling mengisi dan melengkapi.Aku senang dapat bertemu denganmu, Kay"ucap Zidan pelan sembari memandang wajah Kay dengan penuh arti.

Kay tersenyum tipis merespon kata-kata Zidan.Tiba-tiba dia teringat janji menonton film dengan Ben.

Bersamaan dengan itu ponsel Kay pun berdering.

Ternyata Ben menelpon.

Kay permisi pada Zidan untuk mengangkat telepon dari Ben.

Zidan pun mempersilahkan sambil sesekali memandang lekat paras Kay.

"Hei gadis aneh! Cepatlah keluar,aku sudah menunggumu di mobil"bentak Ben dengan kasar.

"Iya tunggu sebentar"jawab Kay dengan wajah kesal.

Kay buru-buru menutup telepon dari Ben dan pamit pada Zidan.Tapi Zidan mengajak Kay untuk berjalan bersama menuju tempat parkir,karna Zidan juga akan pulang.

Kay mengangguk setuju.

Zidan pun tersenyum senang.

Sesampainya di area parkir mobil.

Tiba-tiba Ben berteriak menyuruh Kay untuk segera masuk ke mobil.

Kay memandang wajah Ben dengan tajam.

Lalu berpamitan pada Zidan dan langsung masuk ke mobil dengan perasaan kesal.

Zidan menghampiri Ben yang duduk di dalam mobil lalu menyapanya.Tapi Ben hanya tersenyum simpul.

Kay bergumam di dalam hati melihat sikap dingin Ben dengan Zidan.

"Bahkan dengan sahabatnya sendiri dia sangat dingin dan angkuh."

"Kenapa kau menatapku seperti itu!"bentak Ben.

"Aku tidak menatap mu,aku melihat Mas Zidan."Kay menjawab pertanyaan Ben dengan sinis lalu memalingkan wajahnya ke arah Zidan.

"Aku pulang duluan Mas Zidan.Sampai jumpa lagi di kelas pastry berikutnya"ucap Kay dengan tersenyum senang sambil melambaikan tangannya.

Zidan tersenyum kecil mendengar ucapan Kay dan membalas lambaian tangan Kay. Sebaliknya Ben merasa kesal dan marah melihat sikap Kay yang ramah pada Zidan.

"Jangan banyak bicara cepat pakai seat belt mu!." Ben buru-buru menutup kaca jendela dan memerintahkan sopir pribadinya untuk segera pergi dari tempat itu.

Mobil pun melaju menjauh.

Sementara Zidan masih termenung sendirian.Dia memandang sedih kepergian Kay dan Ben.

"Tempatmu akan segera menjadi milikku Ben.Kau harus merasakan rasa sakit ku dan penderitaan mamaku!"kata Zidan dengan pedih.

Setibanya di kediaman keluarga Hartanto, Kay langsung bergegas menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

Sementara itu,Ben sedang duduk di ruang tamu sambil menikmati kue buatan Kay di kelas kursus pastry.

Senyuman tipis mengembang dari wajah dinginnya,saat menikmati kelezatan kue buatan Kay.

"Gadis aneh itu semakin pandai membuat kue.Dia memang berbakat"puji Ben.

Dua  pengawal dan asisten pribadi Kay tersenyum kecil mendengar perkataan Ben dan berpura-pura acuh saat Ben menoleh ke arah mereka.

"Apa kalian mendengar yang ku katakan?"tanya Ben.

Asisten dan dua pengawal pribadi Kay menggeleng bersamaan.

Ben merasa lega karena dia tidak ingin Kay tahu,jika dia memuji Kay dan sangat menyukai kue buatannya.

Tidak lama kemudian,Kay keluar dari kamarnya dan menghampiri Ben.

Mengetahui hal itu Ben buru-buru meminta asisten pribadi Kay untuk membawa kue buatan Kay ke meja makan.

Ben dengan tergesa-gesa mengusap mulutnya dengan tisu dan berlagak sibuk dengan ponselnya.

Kedua pengawal pribadi Kay tersenyum melihat sikap konyol Ben.

"Ayo,katamu kita akan menonton film!"ajak Kay penuh semangat.

Ben berpura-pura seolah tidak mendengar Kay.Dia sengaja melakukannya agar Kay mendekatinya.

Kay mengulang lagi ajakannya,tapi Ben tidak bergeming.

Tentu saja Kay menjadi kesal dengan sikap Ben.

Kay mendengus kasar lalu beranjak meninggalkan Ben.

Mengetahui hal itu,Ben buru-buru memasukan ponsel ke saku kemeja dan mengejar Kay.

Ben menarik tangan Kay,lalu melingkarkan tangannya di pinggang Kay.

Netra Kay membulat dengan wajah menegang,begitu mengetahui Ben sudah begitu dekat dengan dirinya.

1
Yuni Andrianih
annyeong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!