“Namamu ada di daftar eksekusi,” suara berat Carter menggema di saluran komunikasi.
Aiden membeku, matanya terpaku pada layar yang menampilkan foto dirinya dengan tulisan besar: TARGET: TERMINATE.
“Ini lelucon, kan?” Aiden berbisik, tapi tangannya sudah menggenggam pistol di pinggangnya.
“Bukan, Aiden. Mereka tahu segalanya. Operasi ini… ini dirancang untuk menghabisimu.”
“Siapa dalangnya?” Aiden bertanya, napasnya berat.
Carter terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Seseorang yang kau percaya. Lebih baik kau lari sekarang.”
Aiden mendengar suara langkah mendekat dari lorong. Ia segera mematikan komunikasi, melangkah mundur ke bayangan, dan mengarahkan pistolnya ke pintu.
Siapa pengkhianat itu, dan apa yang akan Aiden lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Mulai Menjalankan Rencana
“Aku akan baik-baik saja,” ujar Tasya meyakinkan Aksara sebelum melangkah keluar dari tempat persembunyian mereka. “Kau sudah mengajarkanku banyak hal. Aku siap.”
Aksara memandangi Tasya dengan ekspresi penuh kehati-hatian. “Ingat, jangan mencolok. Mereka mungkin sudah curiga dengan hilangnya aku. Jika ada yang aneh, langsung cari alasan untuk keluar dari situ.”
Tasya mengangguk mantap sebelum akhirnya pergi. Perannya sebagai mata-mata di markas organisasi kini menjadi langkah penting dalam mencari kebenaran. Aksara tahu betapa berbahayanya ini, tetapi mereka tidak punya pilihan lain.
***
Setelah beberapa jam perjalanan, Tasya akhirnya tiba di markas utama. Bangunan besar dengan penjagaan ketat itu terlihat seperti biasa, namun ia tahu bahwa setiap langkahnya kini sedang diawasi. Ia harus bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi selama ia pergi.
“Tasya, liburanmu menyenangkan?” suara seorang rekan kerjanya menyapa.
“Ya, lumayan,” jawab Tasya dengan senyum tipis. “Aku butuh istirahat sejenak setelah semua tekanan kerja.”
“Benar juga, tapi tugasmu jadi menumpuk pastinya kan Tasya,” timpal kembali rekan kerjanya.
“Itu adalah sebagian resiko aku yabg mengambil cuti untuk berlibur, tapi intinya aku sudah siap kembali dengan segudang pekerjaaan,” senyum Tasya saat menjawab kembali pertanyaan yang lumayan menyudutkannya.
Percakapan ringan itu berlangsung beberapa menit sebelum akhirnya Tasya menuju ruang kerjanya. Begitu sampai di sana, ia segera mengaktifkan laptopnya dan mulai memeriksa file lama yang disimpan di server internal organisasi. Sesuai instruksi Aksara, ia harus menemukan jejak keberadaan Miska dan memahami apa hubungan antara Miska dan Aksara yang membuat keduanya menjadi target organisasi.
Beberapa menit berlalu, jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard, membuka berbagai folder terenkripsi. “Ayo… pasti ada sesuatu di sini…” gumamnya pelan.
Namun tiba-tiba, layar laptopnya menampilkan peringatan keamanan. Ada seseorang yang mencoba mengakses file yang sama dari lokasi berbeda. Tasya langsung menutup aksesnya dan berpura-pura bekerja seperti biasa.
***
Di tempat persembunyian, Aksara yang memantau sistem dari jarak jauh melihat sinyal aneh itu. “Mereka sedang memperhatikan. Tasya harus lebih berhati-hati,” gumamnya sambil terus mengamati aktivitas di markas.
Beberapa saat kemudian, Tasya mengirimkan pesan singkat yang disandikan, memberitahu bahwa dia telah menemukan sebuah petunjuk.
“Ada koneksi lama antara Miska dan salah satu petinggi. Namanya Vikra.”
Aksara membacanya dengan cepat. Nama itu langsung membangkitkan ingatannya akan seseorang dari masa lalunya. Vikra adalah salah satu orang yang dulu sering mengawasi pergerakannya di organisasi.
“Kalau Vikra terlibat, maka ini lebih besar dari yang kita duga,” kata Aksara pelan.
***
Sementara itu, Tasya terus mencari informasi lebih lanjut. Ia tahu waktu tidak banyak, karena semakin lama ia menggali, semakin besar kemungkinan dirinya dicurigai. Hingga akhirnya ia menemukan sesuatu yang mencurigakan—sebuah file tua yang diberi nama sandi ‘Proyek Perseus.’
“Proyek Perseus? Apa ini?” Tasya mencoba membuka file itu, tetapi ia butuh kode akses tingkat tinggi.
Dengan cepat, ia mengirimkan detail file tersebut kepada Aksara. “Aku perlu kode untuk membukanya. Aku tidak punya akses penuh,” tulisnya.
Aksara langsung membalas, “Keluar dari sana sekarang. Aku akan cari cara membuka file itu dari sini.”
Namun, sebelum Tasya sempat menutup pesannya, pintu ruangannya terbuka. Seorang pria dengan wajah dingin berdiri di ambang pintu.
“Tasya, ada yang ingin kami tanyakan. Bisa ikut sebentar?”
Tasya menahan napas, berusaha tetap tenang meski jantungnya berdetak kencang. “Tentu, ada apa?” tanyanya sambil tersenyum palsu.
Tanpa menunggu jawaban, pria itu berjalan lebih dulu. Tasya melirik laptopnya sejenak sebelum akhirnya mengikuti pria tersebut. Dalam hati, ia berdoa semoga Aksara sudah menerima semua informasi yang ia kirimkan.
***
Di tempat persembunyian, Aksara terus bekerja keras membobol sistem keamanan file yang dikirim Tasya. Setelah beberapa menit penuh ketegangan, akhirnya ia berhasil membuka file ‘Proyek Perseus.’ Apa yang ia temukan di dalamnya membuat darahnya berdesir.
“Jadi ini alasan mereka memburuku…” gumam Aksara. Di layar terlihat nama-nama agen yang terlibat dalam proyek rahasia itu, termasuk Miska dan… Vikra.
Namun yang paling mengejutkan, di bagian akhir file terdapat sebuah perintah eksekusi. Target utamanya bukan hanya Aksara, tetapi juga semua orang yang memiliki informasi tentang proyek tersebut—termasuk Tasya.
“Aku harus segera menjemputnya sebelum semuanya terlambat.”
Tanpa membuang waktu, Aksara mengambil peralatan yang ia butuhkan. Bersama Aliyah, mereka bersiap meninggalkan tempat persembunyian menuju markas utama untuk menyelamatkan Tasya sebelum semuanya menjadi mimpi buruk.
***
Aksara yang sudah bersiap dengan segala perlengkapan mendadak menghentikan langkahnya ketika sebuah pesan masuk dari Tasya. Ia segera membukanya dan membaca dengan seksama.
“Aku bukan target, tapi mereka sedang menyusun rencana besar. Aku baru saja keluar dari meeting organisasi, dan ini lebih serius dari yang kita duga. Mereka mempersiapkan tim elit untuk mengejar seseorang yang dicurigai telah membocorkan informasi penting ke pihak luar. Dan nama Miska disebut berkali-kali dalam rapat itu.”
Aksara menarik napas panjang, mencoba mencerna informasi baru itu. Jika Tasya bukan target, maka mereka masih punya waktu untuk bergerak lebih leluasa. Namun, rencana besar yang disebutkan Tasya membuatnya semakin yakin bahwa ini adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih dalam.
“Baik, tetap waspada. Jangan mencurigakan diri. Aku akan mencari tahu lebih lanjut soal Miska dan tim elit itu, jangan sampai mereka curiga padamu,” balas Aksara cepat.
***
Tasya yang masih berada di ruang kerjanya diam-diam mengirimkan detail tambahan terkait meeting tadi. Dalam pesan itu, ia menyebutkan bahwa organisasi mulai mencurigai adanya pengkhianat di dalam tim mereka sendiri.
“Mereka membicarakan soal penghianatan internal. Tapi belum ada nama pasti. Aku akan terus mengawasi. Sejauh ini hanya Miska yang jadi perhatian utama mereka.”
Pesan itu membuat Aksara semakin yakin bahwa Miska memiliki peran kunci dalam semua ini. “Jika mereka sudah curiga ada penghianat, kita harus bergerak lebih cepat,” gumamnya sambil mengaktifkan laptop dan mulai menyusun rencana baru.
“Aliyah, kita perlu tempat lebih aman lagi. Tasya sudah memberi informasi penting. Ini berarti waktu kita semakin sempit,” kata Aksara sambil menyiapkan peta dan perlengkapan mereka.
Aliyah mengangguk tanpa banyak bicara, tahu bahwa situasinya semakin genting. Mereka harus bergerak cepat sebelum organisasi mulai menyusun langkah selanjutnya.
Malam itu, Aksara kembali menghubungi Tasya. “Tetap awasi mereka. Jika ada perkembangan baru, segera kabari aku. Kita akan segera menjalankan rencana begitu semua siap.”
“Siap,” jawab Tasya singkat namun penuh keyakinan. Kini mereka bertiga berada dalam permainan yang penuh risiko, tetapi tidak ada jalan lain selain maju dan mencari kebenaran.
Bersambung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hi semuanya, jangan lupa like dan komentarnya ya.
Terima kasih.