NovelToon NovelToon
Cinta Sejati Sang Pewaris

Cinta Sejati Sang Pewaris

Status: tamat
Genre:Tamat / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:474.5k
Nilai: 4.1
Nama Author: Hernn Khrnsa

Nadira Ghautiah hanyalah seorang gadis berhijab yang kesehariannya bekerja sebagai akuntan. Ia tak menyangka hidupnya akan berubah 180 derajat saat bertemu seorang pria yang dikejar-kejar pembunuh.

Situasi itu membawanya pada posisi rumit nan mencekam. Kejadian demi kejadian yang berbahaya terus mengikutinya. Demi keselamatan hidupnya, ia terjebak dalam pernikahan paksa dengan Arsenio Harrington, Sang Pewaris tunggal kerajaan bisnis Harrington.

Mampukah Nadira menerima kenyataan pernikahan yang jauh dari bayangannya dan menerima fakta bahwa suaminya adalah seorang pewaris yang dingin dengan masa lalu kelam.

Bagaimana kisah selanjutnya? Nantikan hanya di novel Cinta Sejati Sang Pewaris.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CSSP Ep. 29

Suasana kantor begitu sibuk, seperti biasanya, staff Harrington Group dituntut untuk tidak lalai dalam pekerjaannya. Begitu juga Nadira, pukul 9 pagi, ia sudah berada dalam ruangan meeting bersama para stakeholders.

Suasana begitu senyap saat Arsenio Harrington berbicara. Tak ada yang berani menyela saat Presdir kenamaan Harrington itu berorasi. "Jadi, apakah ada yang keberatan dengan keputusanku kali ini?" Arsenio bertanya. Tampaknya ia berniat untuk menutup sesi rapat kali ini.

Semua pemangku kepentingan itu tampak berbisik-bisik satu sama lain, tapi kemudian semuanya mengangguk.

"Ya, jika begitu, kami rasa kami bisa tenang. Kami hanya ingin memastikan bahwa insiden kecelakaan waktu itu tidak akan terulang kembali. Karena jika hal tersebut sampai terulang, kami benar-benar bisa meragukan kinerja Anda, Tuan Harrington," ucap salah satu investor mewakili yang lain.

Arsen tampak tersenyum simpul. "Tidak perlu khawatir, kalian semua yang berada di sini bisa memegang janjiku. Aku sendiri yang akan bertanggung jawab langsung jika ada insiden kecelakaan lagi," balas Arsen serius.

Lalu ia benar-benar mengakhiri sesi rapat dadakan pagi itu. Para pemangku kepentingan itu pun beranjak dari ruang rapat satu persatu. Setelah semuanya keluar, Arsenio bersandar pada kursinya.

Nadira memandangnya dari sudut meja tempat di mana ia duduk dan mendengarkan rapat. Arsen tampak kelelahan dan memangku banyak tanggung jawab. Nadira bisa melihatnya dengan jelas di raut wajah laki-laki itu. Keningnya berkerut. "Benar-benar tidak mudah," gumam Nadira pelan.

Luna yang bekerja sebagai sekretaris langsung kembali ke ruangannya untuk menulis laporan rapat hari ini. Sedangkan Galen sudah pergi ke luar untuk suatu urusan. Kini tinggallah mereka berdua di sana.

"Kamu tidak kembali bekerja?" tanya Arsen yang sedari tadi menyadari Nadira memerhatikannya dalam diam. Ia masih tetap bersandar pada kursinya. Kepalanya benar-benar pening sekarang.

"Saya ingin meminta maaf," jawab Nadira seraya berjalan ke arah tempat Arsen berada, tangannya menyodorkan sebotol minuman yang ia ambil dari meja kepada Arsen.

"Maaf karena saya Pak Arsen harus menghadapi hal seperti ini," katanya lagi. Dengan inisiatif ia membantu Arsen memijat kepalanya.

'Heh, sudah belajar jadi istri yang baik? Semalam dia bahkan tidak membiarkanku tidur di kamarnya! Tapi, begini juga cukup baik' batin Arsen. Kepalanya terasa sedikit ringan setelah dipijat Nadira.

Ia menerima botol minuman itu lalu langsung meminumnya hingga tinggal setengah. "Untuk apa kamu meminta maaf? Insiden waktu itu adalah murni kecelakaan. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri untuk sesuatu yang bahkan di luar kuasamu."

Arsen bangkit dari duduknya lalu membenarkan dasinya. Nadira masih terdiam, entah mengapa ia merasa bersalah akan hal itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Arsen lagi, kini memandang Nadira yang tampak tertunduk sambil memilin hijabnya.

"Tidak, saya hanya merasa, semua ini ada kaitannya dengan saya. Bagaimana pun saya yang bertanggung jawab untuk vendor dan yang lainnya," ungkap Nadira. Arsen mengernyit.

"Jika kamu cukup yakin atas kinerjamu untuk apa merasa bersalah? Percayalah pada dirimu sendiri, untuk hal lainnya, yang berada di luar kendalimu, jangan turut campur. Ini dunia kerja, Sayang, jangan buat dirimu tertekan oleh masalah lain. Fokus pada pekerjaanmu, dapatkan uang, selesai."

"Masalah ini adalah masalah perusahaan, sudah sering terjadi. Jangan khawatir terlalu berlebihan," ucap Arsen lagi sambil mengusap pucuk kepala Nadira yang tertutup hijab. Nadira tertegun untuk sesaat. Kenapa sejak kemarin Arsen suka sekali membuat jantungnya berdetak lebih cepat?

"Pak! Ini di kantor!" sentak Nadira pelan, matanya mengintai ke sekeliling. Syukur tak ada yang melihat interaksi keduanya. Arsen hanya mengedikkan bahu ringan. Berusaha acuh tak acuh. Menurutnya, Nadira itu terlalu berlebihan. Jika orang-orang tahu hubungan mereka, memangnya kenapa? Bukankah itu bagus untuk Nadira?

"Ya, baiklah. Saya tidak akan melakukannya kecuali di rumah. Sekarang ikut saya ke proyek, kita harus cek langsung," ajak Arsen berlalu lebih dulu.

Nadira berjingkat. Laki-laki ini selalu semaunya! Sembrono dan sangat bossy! maki Nadira dalam hati, lalu ikut menyusul Arsen. "Tapi ... Di lain sisi ia bijaksana juga," puji Nadira, sedikit senyumnya mengembang.

***

Sesampainya di sana, Nadira langsung mengambil banyak sekali foto untuk ia jadikan sebagai laporan tersendiri. Proyek itu sudah berjalan, pondasi bangunan sudah berdiri. Debu proyek berterbangan, besi-besi berdiri menancap, batu-batu disusun, pasak dipasang. Debu melambai-lambai di udara lalu terbang bersama angin. Keringat pekerja bercucuran ditimpa panas, namun tak menyurutkan usaha mereka.

Arsen mengenakan kacamata hitam dan helm keselamatannya. Hal yang sama ia lakukan kepada Nadira. "Cuaca panas dan berdebu, jangan sampai merusak wajahmu," katanya sambil memakaikan helm keselamatan itu pada Nadira.

Untuk sesaat Nadira tertegun. Lelaki di sampingnya ini sangat sulit ditebak. Sekejap dingin dan bossy, sekejap perhatian, kadang suka marah-marah dan cerewet, kadang-kadang usil dan suka menggodanya.

"Semuanya tampak baik, Pak. Para pekerja juga sangat serius saat bekerja," ungkap Nadira. Matanya memerhatikan para ratusan pekerja yang sedang membangun pondasi awal bangunan itu. Arsen mengangguk.

"Hari ini sepertinya cukup, kamu buat laporannya nanti. Sisanya biarkan Galen dan departemen pembangunan yang mengurusnya." Nadira mengangguk. Lalu keduanya kembali ke mobil. Arsen hendak mengajak Nadira ke suatu tempat.

"Pak, ini bukan arah ke kantor, kan?" Nadira bertanya heran, karena Arsen mengambil jalan berbeda dengan arah yang sebelumnya.

"Ya, kita ke suatu tempat dulu sebelum kembali ke kantor." Arsen melajukan mobilnya menuju sebuah pusat perbelanjaan elit. Setelah memarkir mobilnya Arsen mengajak Nadira untuk turun.

"Kenapa kita ke sini, Pak? I-Ini bukannya pusat perbelanjaan yang itu?" Nadira membelalak kaget begitu menyadari mereka berada di tempat para konglomerat menghabiskan uangnya.

"Apa lagi? Ya belanja, memanjakan istri," jawab Arsen santai lalu menggandeng Nadira untuk masuk. Keduanya langsung disambut hangat oleh satpam yang tampak kekar. Mereka sedikit menunduk hormat saat Arsen lewat.

Nadira berdecak kagum saat memasuki pusat perbelanjaan yang mewah itu. Tak pernah membayangkan bahwa ia bisa berada di sini.

"Pilihlah set pakaian atau apapun yang kamu suka," kata Arsen mendorong Nadira untuk memasuki sebuah brand store ternama. Nadira membelalak tak percaya.

"Pak Arsen?! Kenapa dorong saya masuk? Saya gak mau belanja di sini," bisik Nadira.

"Pilihlah sesuatu, Sayang, jangan malu-malu. Tenang saja, suamimu yang bayar," bisik Arsen lalu duduk di sebuah sofa. Ia meminta beberapa pramuniaga untuk memilihkan beberapa set pakaian yang cocok untuk Nadira.

Siang itu, Nadira benar-benar kewalahan. Arsen terus memintanya mencoba berbagai macam model pakaian set hijab. Mencoba satu pakaian, tidak cocok, ganti lagi dengan yang lain. Begitu terus hingga Nadira merasa lelah sendiri. "Cukup! Saya gak mau coba lagi, ini udah kelima belas kalinya, Pak!" maki Nadira.

Arsen tampak santai. "Oke, cukup, tidak usah mencoba lagi. And then, which one do you like, hm? Pilihlah salah satu, setelah itu baru kita kembali," kata Arsen menunjuk deretan pakaian yang sebelumnya dicoba Nadira.

Gadis itu tampak menimbang, "benar, ya, setelah pilih kita kembali ke kantor?" Arsen mengangguk. Berikutnya Nadira memandangi set pakaian-pakaian yang ada di depannya.

"Semuanya tampak bagus," gumam Nadira pelan. Kedua pramuniaga itu masih setia menunggu Nadira. Arsen melirik arlojinya sekilas. Dering ponselnya mengalihkan fokusnya dari Nadira.

"Kakek?" katanya pelan. Jarinya menekan tombol hijau lalu meletakkan ponselnya ke telinga. Ia beralih menatap Nadira.

"Nadira, tidak usah memilih, bayar saja semuanya!" kata Arsen sambil memberikan sebuah credit card miliknya kepada pramuniaga store itu. "Kirim semuanya ke Vila," ucapnya sambil mengangkat teleponnya.

"Ya, halo, Kakek! Aku sudah melakukannya, jangan khawatir. Iya, iya, sesuai yang Kakek minta." Arsenio berjalan menjauh, sebelumnya ia melirik pramuniaga itu dan Nadira bergantian.

Pramuniaga itu tampak mengangguk. "Baik, Tuan." Ia memberikan kembali credit card itu kepada Nadira sebab Arsen sudah pergi menjauh dari store.

"Eh, tapi ...," Nadira sedikit gemetar saat menerima credit card yang ia tahu sangat limited itu. Pramuniaga itu tersenyum ramah dan sedikit membungkuk kepada Nadira.

"Nyonya, terima kasih. Senang bisa melayani Anda. Bisa kami minta tanda terimanya?" tanyanya ramah. Awalnya Nadira bingung namun pada akhirnya ia mengangguk dan membubuhkan tanda tangannya di sebuah kertas. Setelah itu ia segera menyusul Arsen yang sudah pergi lebih dulu.

••••

Stakeholders > Pemangku kepentingan

1
Achie Asmara
Iya Mbak Author kan ceritanya Nadira berhijab tapi perasaan selalu kesiangan gak pernah ada cerita ibadah..Bukan sok agamis tapi biar sinkron aja dan cerita makin bagus
girlcant
Buruk
girlcant
Kecewa
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Uni 🤎: Duh, kasihan yak numpang tenar. Tahu Yang namanya berkaca gak? Ngaca dulu, udah bener belum tulisannya. Baru satu baris baca karyanya, udah ada salah. Nah ini sok-sokan bilangin karyanya orang buruk, sebelum memberikan penilaian pada orang lain, lebih baik anda menilai diri anda diri sendiri dulu. Sampai sini paham, enggak?
moon: auucchh sungguh annu, ternyata cuma numpang tenar... /Smile/

perbaiki dulu tulisanmu, baru boleh diadu sama tulisan orang.

aku baru baca 2 baris aja, udah nemu 3 kesalahan...

tidak elegan sekali caranya 🤣🤣🤣
total 3 replies
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
bagus Nadira 👍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Betul 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Telat ya 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
betul tuh 😏
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
kacau hidup kalo ada pengganggu, eh tapi bisa juga nanti justru jatuh cinta wkwkwk
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
ponselnya
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
1 🌹 untukmu
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
dag dig dug bacanya kayak ngalamin sendiri, penjelasannya rinci sekali thor suka ❤️❤️
Tina El faza
suka part/alenia ini
Siti Bingatun
thor tdk semua yg bc paham ber bahasa inggris termasuk saya..critanya bgs tp bahasanya byk yg ga paham😭🙏🏻
ᴹˢ᭄𝕯𝖆𝖗𝖐𝐒𝐢𝐬𝐭𝐞𝖒☢︎٭⃟👾⃟
mampir...
Wina Kusuma
setiap ganti bab iklan mllu
didi herawan
ceritanya seru dan menarik
didi herawan
coba mampir dulu ahh
salam kenal untuk author nya
Rari
Bahasa Inggrisnya lucu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!