Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.
Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.
"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.
"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.
"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"
Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 10
Pukul 8 malam, Alin baru pulang ke rumah Al. Dia terlihat heran saat melihat mobil Al ada di rumah. Tak biasanya pria itu ada di rumah jam segini.
Tak mau banyak berpikir, dia pun segera masuk ke dalam. Saat membuka pintu, Alin terkejut saat melihat Al dan Bella duduk di ruang tamu. Terlihat Bella sedang menangis di pelukan Al.
Melihat Alin yang berdiri di ambang pintu, Al segera berdiri dari duduknya, lalu memanggil Alin dengan penuh amarah.
"Alin, sini kamu!" Alin pun berjalan ke arah mereka dengan menunduk takut.
Plak!
Satu tamparan keras dari Al berhasil mendarat di pipi mulus Alin, hingga membuat tubuh kecilnya tersungkur ke lantai.
Alin terkejut, matanya langsung melebar mendapat perlakuan kasar itu tanpa ada alasan.
"Kenapa Pak Al nampar saya? Hiks ... salah saya apa, Pak?" tanya Alin yang menangis kesakitan sambil memegang pipinya yang terasa panas.
"Kamu jangan pura-pura bego, ya. Kamu, kan, yang udah nyuruh orang buat ngambil semua barang belanjaan Bella tadi siang. Iya, kan?" teriak Al marah.
Alin menggeleng. Dia tak tak mengerti apapun dan tak tau apapun tentang tuduhan Al terhadapnya. Lalu kenapa ia yang disalahkan?
"Nggak! Itu nggak benar, saya nggak mungkin lakuin itu sama Mbak Bella. Tolong Bapak percaya sama saya."
Bella langsung berdiri lalu dia langsung menjambak rambut Alin sehingga membuat gadis itu langsung menjerit kesakitan.
"Heh! Lo jangan bohong, ya, lebih baik lo ngaku aja. Lo, kan, yang udah nyuruh orang-orang itu, karena lo nggak terima gue suruh-suruh di mall tadi, kan?" tanya Bella yang memperkuat jambakannya.
Alin tak bisa menjawab, Jambakan Bella terasa sangat sakit baginya, ia merasakan semua rambutnya akan terlepas dari kepala.
"Ayo jawab, kenapa diam?" bentak Al.
"Kamu lihat, kan, Sayang, emang dia pelakunya. Buktinya dia nggak bisa ngomong," tuduh Bella semakin memperkuat jambakannya di rambut Alin.
"Lepas, sa---sakit," rintih Alin berusaha melepaskan tangan Bella dari rambutnya.
Setelah berusaha, akhirnya dia pun berhasil melepas jambakan Bella. Namun akibatnya, dia tak sengaja mendorong Bella hingga keningnya terbentur meja kaca dan mengeluarkan darah.
"Awhh" ringisnya.
"Bella!" Al langsung menghampiri Bella, tampak kekhawatiran terlihat jelas di wajah pemuda itu. Sementara Alin berdiri mematung dengan tangan yang menutupi mulut dan air mata yang mengalir, takut atas apa yang dia lakukan.
"Kamu nggak papa, kan?" tanya Al membantu Bella berdiri kembali.
"Sakit, Yank." Bella meringis manja.
Dengan amarahnya, Al menyeret Alin masuk ke dalam kamar mandi. Terlihat senyum kemenangan terukir dari bibir Bella.
"Pak, saya nggak bermaksud dorong Mbak Bella, saya mohon jangan sakitin saya," jerit Alin saat Al menghempaskan tubuhnya ke dinding kamar mandi cukup keras.
"Bohong! Kamu pasti sengaja, kan, lakuin itu?" bentak Al lalu menyumbat wastafel dan menyalakannya hingga penuh, lalu mendorong kapala Alin ke dalam wastafel berkali-kali, membuat Alin hampir kehabisan napas
Tak hanya sampai di situ, Al terus menyiksa Alin tanpa ampun. Kali ini, dia melepas ikat pinggangnya lalu di mencambuk punggung Alin dengan ikat pinggang tersebut. Tak lagi di pedulikannya jeritan dan tangis kesakitan dari mulut Alin.
Setelah puas memukuli Alin, Al pun keluar dari kamar mandi meninggalkan Alin yang sudah lemah karena sakit di seluruh tubuhnya.
"Hiks ... sakit," rintih Alin yang kini sudah tergeletak tak berdaya di lantai kamar mandi dengan tubuh yang penuh luka juga lebam.
***
Al kembali ke ruang tamu menemui Bella yang baru selesai mengobati keningnya.
"Kamu apain dia?" tanya Bella saat Al sudah duduk di sampingnya.
"Kamu dengar?" tanya Al lembut.
"Iya, teriakan dia kedengaran dari sini," jawab Bella.
"Aku cuman cambuk dia dikit," jawab Al seraya mengelus kening Bella yang sudah terbalut perban kecil dan sesekali mengecupnya.
Sementara kini, Bella termangu mendengar apa yang telah dilakukan Al pada Alin, badannya langsung bergidik ngeri. "Lama-lama Al nyeremin juga. Gue nggak bisa bayangin kalau gue yang ada di posisinya Alin nanti saat dia tau semua kebenaran gue," batinnya gelisah.
"Kamu nggak papa, kan?" tanya Al lagi membuyarkan lamunan Bella.
"Aku nggak papa kok, Sayang. Tapi apa kamu udah puas nyiksa dia?"
"Banget malah. Aku akan lakuin itu sampai dendam aku terbalas."
"Bagus deh," batin Bella lega.
"Ya Udah aku mau pulang sekarang, ya?" Bella mengambil tasnya dan kemudian berdiri.
Al juga ikut berdiri. "Biar aku antar, ya?"
"Nggak usah. Aku bisa pulang sendiri kok."
"Ya udah, tapi hati-hati, soalnya ini udah malam. Aku takut kamu kenapa-napa."
Bella memeluk Al mesra dan mencium pipi dan bibirnya. Al hanya diam menerima tanpa membalas hal yang sama. Setelah itu, Bella pun langsung keluar dari rumah Al dan langsung masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan gerbang. Ternyata di dalam mobil itu ada seorang pria tengah duduk di kursi kemudi.
"Gimana? Berhasil?" tanya pria tersebut.
"Pasti dong, Sayang," ucap Bella tersenyum sambil menyandarkan kepalanya di pundak pria tersebut.
"Bagus. Kamu harus terus lakuin itu sampai misi kita selesai."
"Tapi sampai kapan? Aku nggak mau Al tau kalau kita udah permainkan dia sampai sejauh ini. Bisa-bisa kita habis di bunuh sama dia." Bella berucap seraya membayangkan apa yang dilakukan Al pada Alin tadi di dalam rumah.
"Udah, kamu nggak usah khawatir. Al nggak akan tau, dia akan tau saat dia sudah mati dan misi kita berdua selesai."
"Maksud kamu?"
"Setelah kita dapat apa yang kita cari, aku akan langsung bunuh Al hari itu juga," sahut pria tersebut.
"Dan kita berdua akan hidup bahagia selamanya," imbuh Bella sambil mencium pipi si pria sedangkan pria itu membalasnya dengan menciumi bibir merah merona milik Bella.
Mereka berdua pun tertawa bersama. Lalu pria tersebut langsung melajukan mobilnya untuk pergi sebelum Al melihat mereka berdua.
***
Kini, Alin sudah berada di kamarnya. Ya, walaupun seluruh tubuhnya terasa sangat sakit, namun dengan tenaga yang tersisa, dia bisa sampai di kamarnya dengan cara merangkak. Karena cambukkan Al membuatnya tidak kuat berjalan.
"Hiks ... Ayah, Bunda, tolong aku, aku udah nggak kuat lagi. Rasanya sakit banget, Yah, Bun. Aku pengen ikut sama kalian. Hanya karena sebuah kesalahan yang belum tentu benar, dia tega ngelakuin ini sama aku hiks ... hiks," tangis Alin sambil memeluk foto ayah dan bundanya.
Kemudian dia menaruh kembali foto tersebut di bawah bantalnya dan mengambil selembar foto dari sana juga.
"Kamu orang pertama yang udah ninggalin aku. Cuma kamu harapan aku satu-satunya. Aku mohon, cepat kembali dan bawa aku pergi dari sini." Setelah itu, Alin pun terlelap sambil memeluk foto seseorang tersebut.
Tanpa dia sadari, ternyata Al sejak tadi ada di balik pintu dan sudah mendengar semuanya yang dia ucapkan.
"Apa gue udah keterlaluan nyiksa dia sampai kayak gitu?" Kenapa hati gue sakit saat dia nangis dan terluka?" batin Al marasa bersalah.
"Tapi siapa orang yang dia maksud? Apa itu pacarnya? Tapi, kata Andre, dia nggak punya pacar. Argh! Kenapa gue jadi gini, sih, kenapa gue harus peduli?" Al frustasi, lalu diapun pergi ke kamarnya karena malam sudah semakin larut.
*****
Pukul lima pagi, Alin sudah menyelesaikan pekerjannya. Dan kini dia sudah bersiap-siap untuk pergi ke kampus.
Luka bekas cambukan Al semalam terasa semakin sakit dan perih. Namun, dengan sekuat tenaganya, Alin berusaha menahan rasa sakitnya. Kini Alin menggunakan baju lengan panjang untuk menutupi luka di tubuhnya.
Karena masih terlalu pagi, dia sedikit lega, karena Al masih belum bangun. Setelah kejadian semalam membuatnya takut untuk bertemu pria itu.
Dengan langkah cepat, Alin segera keluar dari rumah. Namun, dia terkejut saat....
oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏