"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemecatan Hendra
Sebelumnya, Darwis telah menghubungi Farhan untuk menemuinya disalah satu kafe. Namun, sudah lima belas menit menunggu, Farhan belum juga muncul
Hingga akhirnya, yang di tunggu-tunggu datang juga. Tapi sayang, Farhan datang masih dengan seragam pom bensin, tempat dia bekerja.
"Maaf Om telat, tadi teman kebelet, jadi gak ada yang ganti." ujar Farhan memberi alasan.
"Tak apa, sekarang pesan aja mau minum apa, karena Om gak tahu kamu suka apa." ujar Darwis melambai ke arah pelayan.
"Jadi, Om ingin memberitahukan, mungkin Pak Hendra, salah satu orang kepercayaan Om, melakukan tindakan korupsi. Jadi, setelah semuanya terbukti. Om memintamu untuk menjadi penggantinya." ujar Darwis, menyeruput minumannya.
"Tapi ..."
"Dengarkan dulu Farhan, Om akan memecat Hendra, serta meminta ganti rugi, sebesar kerugian perusahaan. Dan tentunya Om tidak memecat anaknya, Alvin. Jadi, setidaknya kamu bisa membuat Alvin dan Hendra sedikit menghormatimu." lanjut Darwis.
"Biar aku pikirkan dulu." ujar Farhan.
"Memangnya kamu tidak berniat membahagiakan istrimu, bukannya kata Mamamu, dia sudah termasuk seperti idamanmu?" tanya Darwis.
"Memang benar, tapi aku takut, jika nanti dia akan pergi meninggalkanku, kala tahu yang sebenarnya." Farhan menyandarkan tubuhnya.
"Tenang saja, Om jamin dia tidak meninggalkanmu, apalagi saat tahu kamu kaya raya." kekeh Darwis.
"Semoga saja." lirih Farhan kurang yakin.
Saat Farhan dan Darwis sedang mengobrol, Danu yang kebetulan berada di kafe yang sama melihat bingung, bagaimana keakraban antara atasan menantunya dengan Farhan.
Karena rasa penasaran yang membuncah, akhirnya Danu memberanikan diri untuk menghampiri keduanya.
"Farhan," sapa Danu.
Farhan langsung memperbaiki cara duduknya, kala melihat Danu berada tepat disamping mejanya.
"Paman."lirih Farhan menelan ludah.
" Kenapa kamu bisa bersama Pak Darwis?"tanya Danu.
Danu mengenali Darwis, disaat acara syukuran rumah baru Raya dan Alvin.
"Dia keponakan saya? Ada yang salah?" sayangnya Darwis tidak mengucapkannya secara langsung.
"Tadi, kebetulan ketemu. Jadi, Pak Darwis ini, memanggil saya untuk minum." ujar Farhan berbohong.
Danu menatap tidak percaya pada ucapan Farhan.
"Emangnya salah, aku ngajak dia untuk menemaniku? Toh, dia aja mau." seru Darwis menatap balik Danu.
Danu langsung gelagapan, "Gak kok, gak ada yang salah." kekeh Danu.
Farhan langsung pamit undur diri, kala Danu meminta izin untuk bergabung. Dia berdalih, harus kembali masuk kerja.
Karena malas meladeni Danu, Darwis pun izin pamit. Tinggal lah, Danu disana seorang diri.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Sudah satu bulan, setelah Darwis menghubungi kenalannya, sekarang Hendra dan beberapa orang lainnya sedang menghadap di ruangan Darwis.
Semua dari mereka berkeringat dingin, apalagi saat melihat wajah datar dan menyeramkan dari atasannya.
Bahkan pasok oksigen yang berada di ruangan tersebut langsung menipis.
"Siapa yang mau bercerita duluan." ujar Darwis, melempar semua bukti yang telah di dapatkannya.
Masing-masing dari mereka langsung gemetar, tak kecuali dengan Hendra. Dia bahkan berkali-kali melap keringatnya.
"Pak Hendra?" tekan Darwis.
"Maafkan saya Pak, saya di paksa oleh mereka." ujar Hendra langsung berlutut.
"Pak Hendra, bukan kah, anda sendiri yang mengajak kami untuk menggelapkan uang ini? Dan kenapa sekarang anda mengkambing hitamkan kami." ujar manager di bagian administrasi.
"Benar Pak, kami semua di ajak oleh Pak Hendra. Dia mengatakan akan melindungi kami semua, jika terjadi apa-apa." sahut project manager.
"Benarkan? Dengan cara apa kamu lindungi mereka?" tanya Darwis sinis.
"Maafkan saya Pak, saya minta ampun." mohon Darwis.
"Baiklah, karena tidak ingin basa-basi, aku maafkan kalian semua. Akan tetapi, kalian harus membayar semua uang yang telah kalian ambil, dan juga kalian aku pecat tanpa pesangon apapun, serta tidak terhormat.
"Ampun Pak, maafkan kami, dan kami mohon jangan pecat kami." pinta mereka semua. Kecuali Hendra, dia masih mematung tidak percaya.
"Bukankah, kata kalian, Pak Hendra akan melindungi kalian semua? Jadi, mintalah, perlindungan dari dia." cibir Darwis. "Sekarang, kalian bereskan semua barang-barang kalian, dan jangan lupa, tentang hutang kalian semua. Atau tidak, siap-siap lah, berada di balik jeruji besi." lanjut Darwis.
Semua dari mereka langsung keluar dari ruangan Darwis, kecuali Hendra. Dia masih tidak percaya, bagaimana bisa Darwis mengetahui semuanya. Bukankah, selama ini dia sudah bermain secara halus?
Hai, semuanya ...
Maaf, malam ini update-nya kependekan, karena tadi habis dari perjalanan jauh, yang lumayan membuat author hilang tenaga.
Semoga, besok, bisa update dua bab. Sekalian, mau mengantikan bab yang kependekan hari ini.
Selamat membaca, semoga kalian semua sehat dan sejahtera ❤️
tp klo crta romantis2 ga ada konflik jg mls bacanya.
berti othor berhasil klo bs menciptakan emosi pembaca kaya aku ini.. gemeshh kali sama org yg ga tau diri dan ga ngaca kaya jalan raya ini.