++ Iwan seorang pemuda usia 19 tahun, setelah ia menemukan sebuah cincin ajaib saat memancing disungai. Iwan mendapatkan kesaktian yang dipergunakan untuk memijat.
Seiring waktu banyak pasien yang telah disembuhkan, sehingga menjadi masalah karena banyak wanita yang menginginkan dia. Sehingga membuat ia terlena akan kenikmatan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jamal Nurcahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Iwan dan Dewi semakin sering bertukar pesan dan bertelepon ria, dan Iwan bersepakat untuk kerumah Dewi siang ini.
Iwan melajukan motornya dengan santai dan berdendang kecil, lagu lagu cinta yang ia, hafal mulai kecil ia nyanyikan.
Andai ada yang merekam, mungkin memori hpnya bisa penuh.
Dewi yang sedari tadi menunggu, sudah berdandan dengan sapuan make up tipis, setipis rasa rindunya pada Iwan.
Pertemuan dramatis dan penuh kepahlawanan, membuat benih benih mulai tumbuh dihati mereka.
Ia berhilir mudik sampai kehulu dan berenang renang kembali keteras, membuatnya sedikit gelisah.
Dewi kembali memandangi layar hp berharap Iwan mengirim pesan." Lama sekali, apa mungkin dia jalan kaki atau masih nunggu ojol?" batinnya.
Reengg.... Sebuah motor bebek berhenti, sambil tersenyum pengendara motor melepas helmnya.
Sontak Dewi terpesona yang membuatnya terdiam, tampak orang yang dari tadi ditunggunya telah datang.
" Hei..., maaf sudah nunggu!" Kata Iwan
" Aku kira jalan kaki mas?" sapa sambil tersenyum simpul.
" Pinginnya sih! Biar pulangnya diantar kamu" goda Iwan, Dewi pun tersipu.
" Ayo masuk mas!" Kata Dewi masuk kedalam dan Iwan segera mengikutinya.
Mereka berdua saling bercerita dan bercanda, hingga tanpa sadar tangan mereka saling berpegangan dan mata pun saling beradu. Iwan semakin menggeser duduknya mendekati Dewi, hasratnya kian bangkit dan membiarkan apa yang tidak boleh terjadi akhirnya terjadi. Mata Dewi terpejam, menunggu detik detik serangan Iwan mengguncang dirinya.
Dikecupnya pipi itu, dan segera dilumatnya bibir yang indah merekah bagai bunga membawa hasrat kian merambah. Iwan pun semakin berani menelusuri gunung gunung yang menjulang, desahan desahan hembusan angin menerpa menambah gairah suasana. Iwan menyusuri leher jenjang hingga kebelakang pendengaran, hisapan dan kuluman ditambahi gigitan kecil menambah getar getar dawai asmara mengencang. Diatas puncak Iwan menari, kadang ia memutar, meremas dan memilin membuat sang pemilik menghembuskan desah yang menggema. Penjelajahan semakin brutal hingga saat saat menuruni lembah akan segera di lakukan tiba tiba teriakan penjual sate yang cetar membahana, membuat Iwan sontak melompat." Duh... Bikin kaget saja!"Gumam Iwan.
Dewi yang masih mengatur nafas tersenyum melihat Iwan.
Iwan yang kesal, segera memanggil penjual sate. "Sateee...!" Panggil Iwan, penjual sate berhenti dan memundurkan rombongnya." 2 porsi ya!" Seru Iwan. "Ngapain mas?" Tanya Dewi." Pingin sate!" Jawab Iwan tersenyum. "Oalaa... Aku ambilkan piring mas" kata Dewi segera masuk kedalam. Setelah makan sate, Iwan meminta ijin Dewi untuk merokok diteras. Kembali mereka bercengkrama hingga tak sadar waktu pun berlalu, Iwan segera berpamitan ke Dewi karena ada janji mijat dirumah.
Iwan segera memacu motor bebeknya, dan saat melewati jalan tempat Dewi dijambret, Iwan segera memelankan laju motornya.
Dipikirannya kalau ia melaju pelan, bila ada kawanan jambret atau begal pasti akan menghentikan dirinya.
Iwan berhenti untuk menyalakan rokoknya, berharap kawanan itu terlihat dan akan dihancurkannya.
Setelah beberapa menit tak ada tanda tanda, Iwan kembali melajukan motornya pulang.
"Ah... Hari yang membagongkan! ,tinggal sedikit saja bikin sate eh... tukang sate teriak teriak bikin kaget!" Gerutu Iwan.
Segera ia memasak air untuk membikin kopi, saat menunggu air masak Iwan segera mencuci mukanya untuk menghilangkan rasa mesum yang masih mengintip dibenaknya.
Dibawanya segelas kopi ke ruang tamu dan dinyalakan sebatang rokok untuk mengusir kejenuhan saat menunggu pelanggan pijat yang datang.
" Permisi.....!" Terdengar suara laki laki di depan pintu.
" Mari Pak silahkan masuk!, mau langsung pijat apa merokok dulu?"Tanya Iwan sambil menyodorkan sebungkus rokok.
"Langsung saja mas, biar nanti gak antri!" Kata lelaki itu.
" Ada keluhan? atau cuma pijat pegal Pak!" Tanya Iwan.
"Pijat pegal saja mas!" Kata lelaki itu.
Segera Iwan melakukan pijatan pijatan dan tekanan lembut di tubuh lelaki itu.
Tak lama sesi pijat berlangsung yang dapat membuat orang tertidur karena saking nyamannya pijatan Iwan.
Dari siang sampai malam, Iwan hanya memijat beberapa orang saja.
Dengan tehnik pemijatan istimewa namun tak membuat pelanggan berduyun duyun antri. Dia memang tak pernah mengeluh, tapi ia menginginkan untuk terus berkembang dan membantu menyembuhkan orang dengan apa yang dipunyainya.
" Sit... Siti!" Panggil Iwan.
"Malam tuan, apa tuan sudah rindu padaku?" Tanya Siti genit.
" Kamu itu bikin aku senewen saja! Awas nanti kalau tubuhmu sudah berwujud, akan aku habiskan kamu!" Kata Iwan geram.
"Sit... Apa ilmu yang kamu punya sudah kamu turunkan semua kepadaku?" Tanya Iwan.
" Ya belum tuan! Tuan saja malas malasan berlatih, sudah 2 minggu tingkat energi batin tuan saja masih ditingkat 3!" Kata Siti.
"Sampai berapa tingkat Sit?" Tanya Iwan kebingungan karena menurutnya saat memukul penjambret kemarin langsung ko.
"Semuanya ada 10 tingkat tuan!" Kata Siti.
"Ha..., berapa lama Sit sampai tingkat 10?" Tanya Iwan resah.
" Semua tergantung kemauan dan kemampuan tuan!" Jawab Siti.
Kembali Iwan berlatih dengan panduan Siti, tapi memang tak semudah angan angan dan membalikkan telapak tangan.
Setiap malam Iwan berlatih dan memang ada peningkatan dalam penglihatan dan kekuatan dalam tubuhnya, meskipun sedikit tapi sangat membantu dia dalam memijat.
" Priiiiit....!" Sebuah pesan chat dari Shinta masuk dihpnya, Iwan segera membaca dan membalas chat dengan gembira." He.... Cil! Besok kamu bisa mengunjungi kebun mamamu he.... he.... he.... " Gumam Iwan sambil mengelus badan si bocil.
Iwan memarkirkan motornya dan segera masuk ke dalam area kost Shinta, situasinya yang sepi karena seluruh penghuni kost ini para pekerja membuat benak Iwan travelling berkemah di hutan dan pegunungan.
Toook... Tooook..... Toook....
Kriet....
Shinta membuka pintu kostnya dan menyuruh Iwan masuk kedalam, Iwan yang dari kemarin menahan konak segera memeluk Shinta.
Dengan melontarkan kata kata mesra dan rayuan pulau kelapa sehingga semilir angin surga membuat mereka terlena.
Kecupan kecupan lembut mengawali perjumpaan, berlanjut dengan pangutan ular yang membelit menggeliat penuh pesona. Angin semakin menderu, penelusuran ke pegunungan berhenti sejenak karena kubah gunung belum sepenuhnya tersingkap. Tali tali sudah dilepaskan, puncak tertinggi tampak menawan. Awan awan bergerak mengelilingi gunung kadang ia merayap, kadang memutar dan kadang ia memilin.
Mendung gelap berusaha menggapai gunung gunung, dengan tangkas mendung gelap mulai mengikis pinggiran gunung dengan hembusan dan hisapan. Mendung gelap berpacu menuju puncak, dilahapnya puncak itu dengan kuluman dan hisapan yang membuat bumi semakin bergetar. Deru dan desah angin menambah suasana semakin panas, kain kain penutup segera dilepaskan. Sawah basah sudah siap untuk ditanami, dan Pak Tani kini mulai sibuk menggarap sawahnya.
Cangkul mulai dihujamkan dalam dalam hingga membuat bumi bergetar, desahan desahan angin semakin kencang. Dengan gerakan berirama Pak Tani semakin membuat bumi tak mampu menahan rasa, sebuah aliran air keluar dari sela sela tanah. Pak Tani menghentikan sejenak cangkulannya, ia tersenyum dan kembali mencangkul bumi. Pak Tani yang senang dengan pelepasan bumi, semakin mempercepat ayunan cangkulnya. Pak Tani terus mencangkul dengan berbagai cara dan gaya dan berkali kali pula bumi mengalirkan mata airnya. Pak Tani mulai diujung sawah, hingga ia semakin mempercepat cangkulannya. Dipenghujung sawah, Pak Tani membuka aliran air agar sawah tak kering dan tetap basah.
***
Bersambung....