TAMAT 02 NOVEMBER 2023
Ning Aisha menangis setelah King tak sengaja menciumnya. "Jangan dekati aku lagi!"
"Terus, gimana cara Gue jagain Lo, Cengeng?"
"Nggak perlu, aku bisa jaga diri baik-baik! Kita bukan mahram, jangan deket-deket! Setan pasti suka godain Kita, terutama kamu yang nggak kuat iman! Nggak mau shalat. Pasti jadi temen setan!"
"Lo mau dihalalin sama temen setan ini? Bilang! Besok Daddy sama Mom biar ngelamar Lo buat Gue!"
"Sinting..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB SEBELAS
King menatap Aisha yang tertidur di meja belajarnya. Cantik alami, cerah, dan King gemas melihat bibir Aisha yang terpelongo.
King ikut merebahkan kepala di depan Aisha, menatap wajah gadis itu dengan jarak yang sangat tipis. "Your mine, fierce baby!"
Mendengar suara King yang berat, seketika Aisha membuka matanya. Bibir King tersenyum di depannya saat itu juga.
"Kamu cantik kalo bobo," puji King. Untung Ummi tidak sedang membuat kue, Aisha saja meleleh apa lagi butter.
"Kamu ngapain liatin aku gitu?" Aisha harus kekeuh untuk tidak tergoda pada King. Atau, dia akan bernasib sama seperti Ummi.
Pernikahan dini, hamil di usia dini, yang rugi bukan laki-laki, melainkan wanita yang harus berjuang mengurus dan mendidik anaknya.
Suami bisa meneruskan kuliah, bisa memilih jenjang karir meski sudah punya anak. Tapi bagi wanita, memiliki karir dan anak secara bersamaan cukuplah susah.
Aisha beranjak dari meja belajarnya, lalu pindah ke ranjang untuk berlanjut tidur. Baru akan menarik selimut King sudah membantu Aisha menyelimutinya.
Aisha selalu dibuat meleleh oleh perlakuan manis suaminya. King juga naik ke atas ranjang yang sama, untuk berbaring miring sambil menatap punggung Aisha.
"Kamu ngapain ngadep ke situ?"
"Suka-suka aku!" Aisha hanya menggerakkan kedua bahunya yang terangkat.
King mendengus. "Aku mau tanya, Ning. Sekarang ngadep ke sini."
King menarik pundak Aisha yang akhirnya mau menghadap padanya. "Apa sih?"
Keduanya bersitatap, King meraih tangan Aisha untuk diletakkan di bawah pipinya.
"Kamu mau tanya apa?" tanya Aisha.
King menghela untuk bersiap diri. King tahu pertanyaan yang akan dia lontarkan ini sudah mengarah ke urusan keluarga Ummi.
"Kenapa Ummi mau khotbah sama orang lain? Bukannya Abi kamu keliatan baik?"
"Khitbah, King..." Aisha menghela napas panjang supaya lebih sabar lagi.
"Iya aku cuma pura-pura!" King memotong bicara Aisha. "Ngetes kamu doang!"
Aisha memutar maniknya malas. King selalu saja punya jawaban. Suka-suka King saja lah.
"Kenapa Ummi Ziva nggak balikan lagi ajah sama Abi Lukman. Aku liat dia sangat baik."
Aisha mendengus pelan. Aisha paling malas jika membahas soal perceraian orang tuanya yang cukup pelik.
"Yang tahu urusan itu cuma Abi dan Ummi. Aku mana tahu soal rumah tangga mereka. Udah ah, tidur. Besok libur, jadi kamu harus belajar shalat dimulai dari wudhu!" Aisha sengaja beralih topik daripada pusing.
King berdecak malas. "Iya, gampang itu mah!"
Aisha menaikan ujung bibirnya.
Melihat bibir manis Aisha, King tersenyum lalu mendekati wajah Aisha. "Kiss sebelum tidur," pintanya.
Aisha mendengus. Tapi, dia tidak lupa kalau subuhnya bisa saja dilaknat jika menolak kemauan suaminya. "Tapi janji nggak boleh lebih ya! Kita masih kecil, aku belum siap!"
"Iya, bawel!"
King yang sudah tidak sabar, segera melahap bibir Aisha dengan dominan. Aisha sampai tak bisa bernapas saking lamanya.
"Udah King!" Aisha bernapas kasar seperti orang yang baru saja menahan napas di dalam air.
King kembali mengecup pipi Aisha bahkan menggigit ujung bibirnya sekilas. "Uuuhhh! Aku gemes Aishaaaa!" geramnya.
"Apaan sih!" Aisha berpaling untuk tidur dengan membelakangi suaminya.
Tak lama Aisha benar-benar pulas sampai tak sengaja beralih kembali menghadap King yang belum juga bisa tertidur.
Lagi-lagi, King menjadi enggan memejamkan matanya, dia lebih memilih menatap dan terus menatap wajah cantik istrinya. Jika tidur begini, Aisha lebih terlihat polos dan tidak menyebalkan.
Sampai adzan subuh berkumandang, Aisha terbangun untuk shalat lebih dulu. Kemudian membangunkan King setelah dia rapi dengan pakaiannya.
"King..."
"Hmm..." King hanya menggeliat kecil.
"Bangun!"
"Pegang ajah!"
Aisha mengerut kening, King memang sering mengigau random. "Apa sih! Bangun, King!" ulangnya.
"Udah dibilangin pegang kalo bangun!" King menarik tangan Aisha untuk diarahkan ke miliknya yang kekar.
"Kiiiing!" Aisha menepis dan memukuli dada King dengan bantal guling.
King terkikik geli, melihat ekspresi geli seorang Aisha. "Kenapa? Takut bayangin rasanya?"
"Astaghfirullah." Bahu Aisha bergidik geli membayangkan ukuran King. "Sekarang bangun, wudhu dulu!"
King ngorok kembali, dan Aisha berteriak lebih kencang lagi. "Aku baru tidur sebentar. Semalam nggak bisa bobo gara-gara kamu."
"Kok gara-gara aku?!" sanggah Aisha.
King membuka mata, lalu menatap Aisha yang menatapnya bingung. "Kamu tahu istriku Humaira, kamu terlalu cantik, makanya sepanjang malam aku cuma liatin kamu terus."
Aisha tersenyum senyum, tentunya gadis itu meleyot seperti kaleng bekas minuman dingin yang dileburkan. "Gombal! Ayok cepetan bangun!"
Meski masih mengantuk, King menurut untuk bangun. Kemudian mengikuti langkah Aisha keluar dari kamar tersebut. Mereka akan mengambil wudhu yang terletak di sisi ruang pesolatan.
Tiba di tempat, King bersih-bersih seperti biasanya di kamar mandi. Lalu mendatangi Aisha yang bersiap mengajarinya di tempat khusus wudhu.
King sudah bisa bacaannya. Bagaimana pun ayah ibunya juga pernah mengajarinya shalat meski tidak begitu intens.
Aisha mengernyit melihat tata cara King melakukan gerakan wudhu yang cukup serampangan, bahkan menendang air yang mengucur bak Lionel Messi.
"Kamu ngapain? Futsal?" sindir Aisha.
"Wudhu lah!" sanggah King ketus.
Aisha menghela napas. "Dibasuh dari ujung kuku sampai ke mata kaki, pastikan bagian itu wajib basah!" katanya.
"Iya-iya!" King malas sekali mendengar suara Aisha yang mirip pak Taka. King jadi curiga kalau Aisha tertukar di rumah sakit dengan anak perempuan pak Taka.
Wudhu selesai meski sedikit drama. King ingin memegang Aisha saat melewati pintu menuju ruang shalat. Tapi Aisha lekas berteriak keras. "Jangan sentuhan lagi, nanti batal lagi!"
"Kita udah halal kan?" tukas King. "Yang penting kan megangnya nggak modus!"
Aisha menggeleng. "Menurut mazhab Syafi'i, asal bersentuh laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, mau modus kek enggak modus kek, wudhu batal," jelasnya.
"O..." King manggut-manggut. Kemudian ikut masuk ke dalam ruangan shalat bersama Aisha secara beruntun.
"Tapi ada pendapat lain juga. Menurut hadist riwayat Muslim dan at-Tirmidzi, Aisha Radhiallahu Anhu berkata, pada suatu malam beliau kehilangan Rasulullah dari tempat tidur, kemudian merabanya, lalu tangannya memegang dua telapak kaki Rasulullah yang sedang tegak karena beliau sedang sujud."
"Sweet banget." King membayangkan jika itu terjadi padanya, sayangnya Aisha istrinya tidak seromantis itu. Yang ada teriak-teriak kalau sampai dia tidak ada di sisinya.
"Jadi yang bener gimana hmm? Batal atau tidak?"
"Wallahu a'lam bish-shawab. Hanya Allah yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Udah cepetan shalat! Yang pasti mah untuk menjaga tidak batal ya udah nggak usah pegangan dulu!" ketus Aisha.
King menghela napas sabar. Boro boro romantis, yang ada jutek terus muka Aisha. Seumur hidup baru Aisha yang berani bentak seperti ini.
🖋️~
^^^🖋️~^^^
King dan Aisha menikmati waktu libur di hari Minggu bersama Ummi Zivanna. Ada ajakan balap motor yang terpaksa harus King tolak.
King tak mau membuat Aisha khawatir. Mungkin nanti, ada waktu yang tepat untuk kembali ke jalanan. Sekarang, King masih harus menemani Aisha di rumah mertuanya.
Sebelum makan siang, Ummi dan Aisha terbiasa mendahulukan shalat. Ya, setidaknya selama belum kelaparan saja.
Aisha baru menyelesaikan wudhu untuk shalat Dzuhur. Dan ketika ia berbalik, King dengan tidak sopannya mencium pipi Aisha.
"Kiiiiing!" Aisha sudah lima kali mengambil wudhu dan selalu dibatalkan oleh ciuman suaminya yang menyengir setelah itu.
"Aku mau shalat, kamu jangan gitu!"
King memainkan jarinya. "Et, orang mau shalat jangan suka marah loh. Nanti Allah nggak mau sambut baik kamu!"
"Ya gimana nggak kesel, kamu bikin aku bolak-balik wudhu! Ah, aku jadi nyesel kasih tahu kamu soal batalnya wudhu!" Aisha kesal hingga menghentakkan kakinya berkali-kali.
King jadi punya bahan untuk mengerjai dirinya dengan membuatnya bolak-balik mengambil wudhu sampai lima kali. Sedang King hanya tertawa bagai tak berdosa.
"Dicium suami kok marah?"
"Apa lagi Aisha, King..."Ummi kembali melerai pertikaian ke sekian kalinya anak anak nakal yang sudah menikah itu. "Nanti keburu ashar loh, kalo kalian cuma berantem terus di sini!"
"King tuh Ummi, batalin Aisha terus!" Aisha ingin sekali menangis. Dan King seolah puas dengan wajah menggemaskan istrinya.
"King..." Ummi menegur.
"Maaf Ummi." King menyengir.
Ummi Ziva menatap Aisha. "Kamu wudhu di kamar Ummi."
Lalu beralih menatap King. "Dan sekarang, King ambil wudhu sendiri di sini, Ummi tunggu di ruang pesolatan!"
"Iya, Ummi." Aisha keluar dari tempat wudhu, lantas King memulai wudhu seperti apa yang diperintahkan Ummi mertuanya.
Kemudian, berdoa seperti yang Aisha ajarkan, beruntung, King cukup pandai karena otaknya cepat menghapal.
King berjalan keluar, lalu sebuah ciuman tiba-tiba menempel di pipinya. King menoleh ke sisi kanan, rupanya Aisha yang mencium pipinya. "Aishaaaaaa!" geramnya.
"Baru lima satu! Kurang empat lagi biar seri!" Aisha berlari ke kamar Ummi untuk segera melakukan niatnya.
"Sialan tuh, anak!"
Jujur saja King senang dicium Aisha. Tapi kalau sudah dalam keadaan suci dengan air wudhu, rasanya dongkol juga ternyata, dan itu yang sedari tadi dia lakukan pada Aisha.