NovelToon NovelToon
Takdir Mentari

Takdir Mentari

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putri Pena

Namaku Mentari Intania Putri. Seorang anak yang tumbuh di sebuah kampung kecil yang bernama Kampung Karet. Kehidupanku tidak seindah anak-anak lain. Hidup yang sederhana dengan didikan keras oleh kedua orang tuaku. Hidup dengan banyak orang di rumah.

Dengan backround pendidikanku yang hanya tamatan SMA aku mulai bekerja di usiaku yang baru menginjak 17 tahun. Mulai hidup mandiri di usia yang sangat muda.

Seperti wanita lain di luar sana aku juga memiliki kisah cinta yang menarik. Yang menyedihkan dan menegangkan. Aku juga merasakan yang namanya cinta pertama, aku juga merasakan yang namanya patah hati. Aku juga merasakan dicintai dan mencintai.

Hingga akhirnya takdir membawaku pada pernikahan di usia muda, aku menikah di usiaku yang belum genap 20 tahun. Aku yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu. Aku yang berusaha menjadi wanita yang sempurna untuk suamiku. Aku juga menjadi seorang ibu, ibu muda yang harus berjuang dengan untuk membuat hidupnya sempurna dimata semua orang.

Takdir yang terus mempermainkanku dari masa kecil hingga dewasa. Aku tidak tahu dimana letak kesalahanku, aku bahkan tidak menyadari hal buruk apa yang telah aku lakukan sampai aku merasa takdirku adalah hukuman, akankah aku mendapatkan kebahagiaan yang aku dambakan. Inilah ceritaku ......

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29. Mentari bersedih

Hati merasa penuh beban.

Ketika banyak pertanyaan belum mendapat jawaban.

-Takdir Mentari-

...****************...

Mentari menceburkan dirinya di sungai, sungai kampung karet tampak sepi hari ini. Gerimis yang tiba-tiba datang seolah ikut menangisi hari buruknya. Tubuhnya mengapung di air, rambut panjang dan lebat terurai, tangannya telentang, matanya tertutup. Tubuh kurus itu menghadap langit, seolah dibiarkan dijatuhi butiran-butiran air hujan.

Matanya yang tertutup, namun air mata mengalir di wajahnya. Tidak ada yang tau dia menangis, basah air hujan dan air sungai serta air mata ada di wajahnya.

Satu persatu penghuni sungai kembali ke rumah, hanya dia sendiri masih meratapi nasibnya. Langit mulai mematikan cahayanya. Segelap hati Mentari saat ini, suasana hatinya seperti mendung hari ini.

"Tari sudah mandinya" suara yang tidak asing mengagetkannya. Matanya terbuka dan melihat Ibu Murni sudah duduk di bebatuan sambil mencuci pakaian yang tadi dikenakannya.

Mentari tidak menghiraukan, dia berenang menjauh ke hulu sungai, supaya ibunya tidak melihatnya menangis.

Merentangkan tubuhnya mengapung menghadap langit, air matanya mengalir, hatinya sakit. Mentari tidak bisa berkata pada siapapun. Dia juga tidak mau bercerita pada ibunya.

"Fokus sekolah belajar, biar nggak sia-sia bapak nyekolahin kamu."Mentari teringat pesan dari bapaknya. Ketika dia bercerita pada Senja ada teman sekelasnya yang nembak Mentari di sekolah. Waktu itu bapaknya mendengar pembicaraan mereka.

"Masih kecil jangan pacaran."kata-kata ibunya juga trus terngiang di telinganya.

Karena itulah Mentari mau menunggu sampai dia lulus SMA. Dia berencana menceritakan perasaannya kepada Bumi ke orang tuanya. Tapi sayang semua sudah terlambat sekarang.

Mentari masih memejamkan matanya. Namun air matanya trus mengalir begitu saja ketika dia mengingat kenangannya bersama Bumi.

Dia bahkan belum sempat menyatakan perasaannya secara langsung.

Dan dia juga belum mendengar jawaban Bumi atas perasaannya secara langsung.

"Tari kamu kenapa?" tanya Ibunya yang melihat anaknya tidur di atas air.

Tari membalikkan badannya dan berenang mendekati sang ibu.

"Nggak kenapa bu, cuma capek aja tadi di sekolah." Jawabnya sambil menolong ibunya membilas cucian. Dia mengusap wajahnya berkali-kali. Menghapus sisa air mata dan berusaha mengobrol dengan ibunya.

"Ujiannya sudah dekat ya?" Tanya ibunya lagi.

"Ya sekitar 2 bulan lagi."jawab Tari singkat.

Ibu Murni tidak membahas masalah Bumi. Karena itu bukan hal yang cocok untuk diceritakan apalagi ke anaknya yang masih sekolah.

Setelah selesai mencuci, Mentari dan Ibunya langsung pulang.

Dalam perjalanan pulang Mentari memperlambat langkahnya. Rasanya sangat berat untuk bertemu Bumi saat ini.

"Tari percepat langkahmu, hari sudah mulai gelap" kata Bu Murni memanggil anaknya yang tertinggal jauh.

Tari tidak menjawab hanya mempercepat langkahnya supaya ibunya tidak marah-marah.

Motor matic biru itu sudah tidak ada di halaman rumahnya. Mentari langsung menuju kamarnya, mengeringkan tubuh dan rambutnya. Memakai pakaian dan langsung menghangatkan tubuhnya di bawah selimut.

Dia bahkan sudah lupa dengan brosur dari universitas yang ingin dia perlihatkan ke orang tuanya. Mentari masih tetap menangis di bawah selimut, dia tidak tau kenapa air matanya tidak mau berhenti.

Setiap kali dia mengingat apa yang di lihat dari lubang bambu itu, dan apa yang dia dengar. Hatinya seperti tertusuk.

Inikah alasanmu menghilang tanpa kabar selama sebulan ini?" Mentari menangis lagi, menutup mulutnya supaya tidak bersuara.

Malam semakin gelap dan larut. Seperti Mentari yang larut dalam tangisnya. Sepertinya malam ini dia sangat kelelahan sampai tertidur dengan wajah yang basah dan mengering seiring lelap tidurnya.

"Semoga ini hanya mimpi, dan ketika aku terbangun besok semua akan kembali seperti semula" pikirnya dalam lelap mimpinya.

...Dear Diary......

...Apakah ini mimpi?...

...Baru kemarin rasanya aku bilang padamu ...

...Aku jatuh cinta.......

...Tapi hari ini aku ingin bercerita padamu ...

...Aku patah hati.......

...Aku belum menemukan jawaban atas pertanyaanku. ...

...Apakah dia menyukaiku?...

...Apakah dia mencintaiku?...

...Sepertinya aku harus mengubur pertanyaan itu ...

...Tanpa perlu menggali jawabannya. ...

...****************...

Mentari bangun seperti biasa, dia bersiap untuk sekolah. Di lihat seragam sekolahnya belum di setrika. Mentari langsung menuju dapur, mengambil batok kelapa dan duduk dekat tungku api. Memasukkan satu persatu potongan batok kelapa ke dalam tungku.

Dia duduk sambil kedua tangannya dilipatkan ke kedua lututnya. Dagunya menempel di lututnya sambil memandangi batok kelapa yang sedikit demi sedikit dibakar api. Sebuah setrika dengan pembuka berbentuk ayam itu ada di sampingnya. Mentari sedang menunggu bara bara api untuk menyetrika seragam putih abu-abu itu.

"Tari, kamu tau Bumi akan menikah?" Nenek mengejutkannya sambil mengupas kulit bawang merah.

"Emang kak Bumi akan menikah Nek?" Tari pura-pura tidak tau. Dia memang tidak mau ada yang tau perasaannya pada Bumi.

"Iya, sekitar 2 bulan lagi, katanya pacarnya sudah hamil"

Dug!

"Oh ya, cepat sekali Kak Bumi ketemu jodohnya." Jawab Mentari sambil membolak balikkan tempurung kelapa yang sudah terbakar itu.

Jantung Mentari seolah mau copot, air matanya tiba-tiba tak terkendali lagi. Dia segera memasukkan bara api ke dalam setrika dengan tutup kepala ayam itu dan segera menuju kamarnya.

Neneknya kebingungan melihat gelagat Mentari. "Apa Tari menangis gara-gara kupasan bawang ini?" Pikir Nenek Mentari sambil melanjutkan mengupas bawang.

Dia segeran menyetrika bajunya sebelum bara api itu habis. Jika bara api sudah hilang dan menjadi abu dia harus mengulang membuat bara lagi.

Mentari segera berangkat ke sekolah, nafsu makannya seolah hilang. Dia berjalan menyisir jalanan kampung karet sampai di halte tempat menunggu angkot.

Dia duduk menunggu angkot yang datang, Putu berhenti di depannya.

"Tari ikut?" Putu mengagetkannya.

Tari mengangguk dan langsung duduk di belakang Putu.

Motor itu melaju menuju sekolah. Sambil beberapa kali Mentari mengusap air matanya.

Semalam dalam tulisan tangan Mentari di buku diarynya

Kenapa kamu tega kak, aku butuh penjelasan darimu.

Memang tidak pantas untuk mendengarkan alasan tapi aku ingin kamu memberi tahuku langsung. Mendengar kabar sendiri dengan diam-diam rasanya sangat menyakitkan. Sangat sulit kah bagimu untuk memberitahuku?

Padahal selama ini aku selalu bercerita tentang masalahku padamu.

Walaupun aku memang tidak pantas menjadi pacarmu.

Jadikan aku adik mu yang bisa menjadi tempatmu bercerita.

Mentari bersedih

2006

1
Sweetmommy
😪😪😪
Sweetmommy
Wkwkkw oke kk ☺️🙏
Komang Arianti
puisi bahasa baliinya isiin terjemahan😂😂
Sweetmommy
Jangan lupa komentarnya ya teman-teman ☺️🙏
Sweetmommy
Semangat semangat update
Sweetmommy
🤣🤣🤣
Komang Arianti
sriningsih versi kampung karet😩😩
Sweetmommy
🥹🥹🥹
Sweetmommy
🙏🙏☺️☺️
Sweetmommy
Ikutin terus ya
Sweetmommy
Jangan menangis 😁
Komang Arianti
kasihan sekali mentarii . ini kapan dy bahagiaanya thor... kasi bahagia dlu biar ga menderita ajaa hidupnya
Komang Arianti
baperrrr akuhhh thor😭😭😭😭
Sweetmommy: Jangan nangis ya 🥰
total 1 replies
Komang Arianti
😂😂kerennnlahhh
Komang Arianti
😭😭😭😭syedihhh akuu thor.. kenapa hidup mentarii se merana itu🤔🤔
Komang Arianti
😢😢😢😥😥
Komang Arianti
kereennnnnnn😍😍😍😍😍mantapp poll thor
Komang Arianti
🥰🥰🥰seruuuu
Komang Arianti
😭😭😭😭syedihh akuu thor...
Komang Arianti
baperr bacanya..... 😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!