NovelToon NovelToon
Kisah Cinta Ketua OSIS Dingin Dan Si Gadis Bar-bar'

Kisah Cinta Ketua OSIS Dingin Dan Si Gadis Bar-bar'

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / ketos / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Rosma Sri Dewi

Arkana Rafandra Pramana, seorang ketua OSIS di sebuah sekolah bonafit. Ia memiliki wajah yang sangat tampan dan banyak diidolakan oleh kaum hawa. Di samping itu, ia adalah putra dari Arsenio Raymond Pramana, pemilik perusahaan nomor satu di Indonesia. Di saat hidupnya merasa damai, tiba-tiba dikacaukan oleh seorang gadis yang sangat bar-bar. Senja ... ya nama wanita itu adalah Senja. Seorang gadis manis yang merupakan adik kelas Arkana. Senja memiliki pribadi yang ceria dan mampu menarik perhatian seorang Arkana. Namun, sayangnya perjalanan cinta mereka tidak bisa mulus, karena Arkana dijodohkan dengan gadis bernama Hanna, putri dari sahabat papa dan mamanya. Arkana dengan sangat terpaksa menerima perjodohan, karena hutang budi, dimana mamanya Hanna pernah menyelamatkan nyawa mamanya Arkana. Arkana benar-benar dilema, terjebak di antara dua pilihan. Antara cintanya atau balas budi.Apakah, Arkana bisa bersatu dengan Senja? ataukah dia memang ditakdirkan berjodoh dengan Hanna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perih yang mendatangkan tawa

"Kak Nara! Kenapa Kakak masih ada di sini? Bukannya tadi Kakak, sudah aku suruh pergi?" cecar Senja, beruntun dengan mata memicing.

Nara tampak cengengesan memamerkan deretan giginya yang putih. "Aku balik lagi, karena kepikiran sama kamu. Aku nggak tega buat ninggalin kamu. Tapi, ternyata kamu hebat. Pantas saja kamu keukeh minta aku pergi," tutur Nara panjang lebar tanpa jeda.

Senja tersenyum dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Dia merasa kalau Nara pantas bicara seperti itu mengingat dia tidak pernah bercerita kalau dirinya memang bisa bela diri. Hanya saja gadis berusia 16 tahun itu merasa terharu, karena selain Adelia, dia juga akhirnya menemukan teman yang tulus seperti Nara.

"Eh, bagai dengan orang yang kamu tolong tadi?" celetuk Nara, membuat Senja terkesiap kaget.

"Eh, iya. Aku hampir lupa!" Senja sontak berbalik dan melihat ke arah Arkan yang menekan-nekan lengannya yang berdarah.

"Kak, lukanya sakit ya?" tanya Senja. Benar-benar pernyataan yang tidak memerlukan jawaban, karena sudah dipastikan kalau yang namanya luka pasti rasanya sakit.

Arkan tidak menjawab sama sekali. Pemuda itu hanya menatap Senja dengan tatapan datar, tanpa ekspresi.

"Eh, iya. Rasanya pasti sakit. Kok aku tanya lagi ya?" celetuk Senja, cengengesan.

"Ayo kamu obati dia, Sen. Kasihan dia!" Nara meringis ngeri melihat luka di lengan Arkan yang lumayan lebar.

"Tunggu! Bukannya kamu pelayan di Brave Cafe tadi kan?" mata Arkan menyipit saat menyebutkan nama Cafe tempat Senja dan Nara bekerja.

Nara tidak menjawab sama sekali. Namun, gadis itu tetap menganggukkan kepalanya.

"Jadi, itu berarti kamu yang pertama datang dan mencatat semua pesanan kami. Benar kan?" kini tatapan Arkan beralih ke arah Senja.

Senja meringis dan menganggukkan kepalanya.

"Sudah kuduga kalau itu pasti kamu. Tapi Sabiru, Kevin dan Aldo tidak percaya, malah meledekku. Benar-benar menyebalkan!" umpat Arkan disusul dengan dengkusan kesal.

"Sudahlah, Kak, jangan pikirin masalah itu. Sekarang kita obati dulu luka Kakak, keburu infeksi kalau kelamaan diobati," Senja mengalihkan pembicaraan.

"Mau diobati pakai apa? Di sini tidak ada sama sekali yang bisa digunakan kan?" Arkan menautkan alisnya.

"Aku punya di dalam tasku. Tapi, hanya alkohol, betadine dan kapas. Aku punya perban juga kok," sahut Senja, membuat Arkana mengernyitkan keningnya.

"Kamu kenapa bisa punya semua itu di dalam tasmu? Apa kamu sering luka makanya sudah menyiapkan itu dari awal?" tanya Arkana, curiga.

Senja berdecak kesal. Pemuda di depannya itu tenyata tidak sedingin yang dia kira. Baginya laki-laki berusia 18 tahun itu cukup cerewet.

"Kakak, bisa tidak jangan banyak tanya? Aku siapin ini bukan karena sering luka, tapi buat jaga-jaga! Tidak salah kan? Sini, tanganmu, aku obatin!" cetus Senja sembari duduk di samping kakak kelasnya itu.

Kemudian, ia mengeluarkan benda-benda yang dia sebutkan tadi, dan bersiap membersihkan luka kakak kelasnya itu menggunakan alkohol.

"Pelan-pelan obatinnya!" ucap Arkan, mengingatkan.

"Iya," sahut Senja, sabar.

"Itu tidak perih kan?" Arkan tiba-tiba menarik tangannya ke arahnya, ketika kapas yang sudah basah oleh alkohol hampir menyentuh lukanya.

Senja menggeram tapi masih berusaha menahan diri untuk tidak marah-marah menghadapi sikap Arkan.

"Yang namanya alkohol kalau kena luka ya pasti perih, Kak. Tapi, sakitnya hanya sebentar saja. Kakak tahan sebentar ya!" Senja melembutkan suaranya, berusaha untuk sabar.

"Baiklah kalau begitu. Awas jangan keras-keras ngobatinnya!" ancam Arkan.

"Iya, Kak, iya!" Senja mengembuskan napasnya, masih berusaha untuk sabar. Sementara Nara, terlihat menahan tawa melihat interaksi dua insan berbeda jenis kelamin itu. Baginya, pemandangan di depannya itu cukup lucu.

"Arghhh, Kak Arkan! Mau diobati nggak sih?" kesabaran Senja akhirnya habis. Ia pun memekik dengan suara tinggi saat Arkan lagi-lagi menarik tangannya. Lengkingan suara gadis itu tentu saja membuat Arkan dan Nara terjengkit kaget.

"Hufffff, sabar, sabar!" Senja mengembuskan napasnya dengan pelan dan panjang seraya mengelus-elus dadanya.

"Maaf, suaraku membuat kalian kaget," ucap Senja, sembari melemparkan senyum. Senyum yang lebih mirip dengan ringisan.

"Kalau tidak ikhlas mau ngobatin, nggak perlu teriak-teriak!" ucap Arkan, dingin.

"Ihhh, bukan nggak ikhlas, Kak. Kakak dari tadi tarik ulur tangannya. Siapa yang tidak kesal coba?" cetus Senja.

"Ini sudah semakin larut, Kak. Kalau Kakak masih seperti tadi, kita kapan pulangnya?

Kakak tahu sendiri, kalau aku menumpang ke Kak Nara. Dia lebih dulu mengantarkanku pulang, baru dia pulang ke rumahnya," lanjut Senja dengan nada kesal.

"Iya udah, maaf! Kalau begitu, kamu pulang duluan saja. Nanti biar aku yang mengantarkan Senja pulang," tatapan Arkana kini sudah mengarah ke arah Nara.

"Tapi, Kak, apa tidak merepotkan? Tangan Kakak juga lagi terluka, bagaimana bisa bawa motor?" sahut Nara sembari menatap ngeri ke arah lengan Arkana.

"Yang terluka lenganku, bukan telapak tanganku. Aku masih bisa kok bawa motornya. Jadi kamu tidak perlu khawatir,"

"Iya, Kak. Kakak pulang saja. Takutnya makin kemalaman. Orang tua Kakak nanti kecarian," Senja juga ikut buka suara, menimpali ucapan Arkana.

"Oh, oke deh kalau begitu. Aku pulang dulu ya!" Nara akhirnya beranjak pergi meninggalkan dua insan itu.

"Eh, tunggu dulu!" cegah Arkan tiba-tiba, membuat langkah Nara terhenti.

"Aku hubungi temanku dulu. Rumahnya tidak terlalu jauh dari sini. Biar dia yang kawal kamu pulang," Arkan berusaha merogoh saku menggunakan tangan kirinya. Namun, hasilnya nihil karena kebetulan ponselnya dia masukkan di dalam saku celana sebelah kanan. Sementara kalau dia menggunakan tangan kanannya, rasa sakit di lengannya akan terasa semakin sakit.

"Ehem, ehem, Senja tolong ambilkan ponselku!" pinta Arkan dengan raut wajah memerah.

"Ambil pelan-pelan, jangan sampai menyentuh apapun!" sambungnya lagi, membuat Nara terkikik.

Senja mendengkus kesal mendengar ucapan Arkan. "Kamu kira aku perempuan apaan? Kalaupun tersentuh yang aneh-aneh, itu pasti tanpa kesengajaan," ucap Senja.

Tangan gadis itu terulur hendak masuk ke saku celana Arkan. Tampak jelas kalau tangan gadis itu bergetar saking gugupnya. Wajah gadis itu juga tampak sudah memerah bak kepiting rebus.

"Dapat!" seru Senja dengan raut wajah berbinar ketika sudah berhasil mendapatkan ponsel Arkan tanpa menyentuh benda sensitif milik pemuda itu.

Arkan kemudian meraih ponselnya dari tangan adik kelasnya itu, lalu menghubungi nomor Kevin.

Setelah berbicara sebentar dengan sahabatnya, Arkan kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya sebelah kiri.

"Kamu tunggu saja, sebentar lagi temanku akan datang. Rumahnya tidak terlalu jauh kok dari tempat ini. Takutnya nanti ada yang mau menjahatimu di jalan pulang," ucap Arkan.

"Sekarang kamu obati aku lagi!" Arkan kembali menatap ke arah Senja.

"Iya, nih aku obatin," tiba-tiba Senja menempelkan kapas yang sudah dia basahi kembali dengan alkohol ke luka Arkan, tanpa bisa pria itu hindari.

"Ahhh, perih Senja!" teriak Arkan, sambil meniup-niup lukanya. Saking perihnya pemuda itu sampai melompat-lompat. Sementara Senja dan Nara hanya bisa tertawa kencang.

Tbc

1
Bang Ipul
oh adel adik nya bang arka ya
bhunshin
senja😭
Gagas Permadi
waaahhhh jadi inget waktu MOS SMA dulu ketua osisnya sepupu njiiirrrr aku di kerjain disuruh bawa sambel jengkol gegara salah warna topi bola 🤣🤣🤣🤣
Pipit Aprilianti
Luar biasa
Ulfatulhasanah Hasanah
𝙨𝙖𝙗𝙖𝙧 𝙖𝙪𝙩𝙝𝙤𝙧 𝙢𝙚𝙨𝙠𝙞𝙥𝙪𝙣 𝙜𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙗𝙚𝙧𝙖𝙥𝙖 𝙫𝙪𝙡𝙜𝙖𝙧 𝙨𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙗𝙖𝙜𝙪𝙨 𝙠𝙤𝙠 𝙠𝙧𝙮𝙖 𝙖𝙪𝙩𝙝𝙤𝙧/Drool//Drool/
rere
Luar biasa
N
adui kcianya c senja
Febby Fadila
Astaga aku jg ikut panik
Febby Fadila
yeeee
selamat ya senja arkan..
Febby Fadila
semoga senja hamil.. Amin
Febby Fadila
selamat ya buat senJa dan arkan.. semoga bahagia...😍😍😍
Febby Fadila
lihat tu hanna suaami kamu tu baik banget
Febby Fadila
Sabar ya hanna.. pasti ad jalan ko
Febby Fadila
Senang banget hatiku
Febby Fadila
banyak banget si pengganggu
Febby Fadila
Akhirnya... senang deee liatnya..
Febby Fadila
Akhirnya selsai juga kesalapahamannya...
Febby Fadila
astaga bikin aku kesal aja ni
Febby Fadila
Astaga bagas.. berNi jg kamu
Febby Fadila
aiiiissss

ada ada saja.. pusing juga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!