" Menikah dengan siapa?! om pamungkas?!!" suara Ratih meninggi, di tatapnya semua anggota keluarganya dengan rasa tak percaya.
" Pamungkas adalah pilihan terbaik untukmu nduk.." suara papanya penuh keyakinan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kesal
Hujan turun sejak pagi, derasnya tidak main main, langit benar benar tidak ad cerah cerahnya, seperti hati Ratih yang di obrak abrik oleh Pamungkas.
Perempuan itu benar benar tidak bisa memahami maksud dan keinginan omnya.
Kadang acuh, kadang perduli, kadang seperti seorang kekasih yang sedang cemburu.
Ratih tak kemana mana, ini hari sabtu, namun ia sedang tak bersemangat membuka cafenya.
Iwang juga sudah menelfon sedari tadi, menawarkan diri untuk menjemput Ratih,
namun Ratih bersikukuh akan menunggu hujan sedikit reda dan berangkat sendiri.
Tepatnya jam empat sore, hujan mulai reda,
Ratih sudah berdandan cantik dan siap untuk berangkat.
Ia menggunakan dress berwarna cream, membuat kulitnya yang kuning langsat terlihat lebih menonjol dan segar.
Rambut panjangnya pun di urai sehingga menutupi pinggang rampingnya.
" Tidak di jemput temanmu?" tanya mamanya saat Ratih sedang sibuk memilih sepatu,
" tidak ma, murid muridnya belum pulang.. tidak mungkin di tinggal, di bisa sih jemput.. tapi Ratih kasihan?" jawab Ratih.
" Jangan naik mobil lho Rat, kau kan tidak fasih menyetir jarak jauh?"
" Ratih naik taksi online saja ma," sahut Ratih mengambil satu sepatu yang berwarna khaki.
Saat Ratih berjalan keluar dari rumah dan mencapai teras, mobil Hendra masuk ke garasi,
terlihat Hendra dan Pamungkas turun, kelelahan terlihat jelas di wajah keduanya karena belanja alat alat mulai pagi.
" Kemana?" tanya Hendra melihat adiknya yang cantik itu dari atas ke bawah.
" Mau ke sekolah tari," jawab Ratih sembari memakai maskernya.
" Di jemput pangeran Arjuna mu?" ejek Hendra,
" naik taksi online," jawab Ratih acuh,
" gerimis begini?" tanya Hendra terlihat khawatir ada adiknya.
" Biar kuantar," suara Pamungkas terdengar,
Ratih melirik Pamungkas,
" tidak usah om," jawab Ratih lalu berjalan,
" Eh! om sudah beritikad baik, bukannya menerima malah begitu.. sudah patuh saja?!" Hendra menarik tangan adiknya.
" Nih om kuncinya," Hendra menyerahkan kunci dengan cepat ada Pamungkas.
Di sepanjang jalan Pamungkas tidak nyaman melihat dress Ratih yang cantik itu.
" Mau menari?" tanya Pamungkas dengan wajah sedikit muram.
" Iya om," jawab Ratih tenang, matanya mengawasi jalanan di depannya.
" Pendek sekali, memangnya aman menari dengan rok begitu?"
" pendek bagaimana? di pakai duduk saja masih di bawah lutut kok?" Ratih menjawab.
Pamungkas membisu, rasanya kesal sekali, melihat Ratih akan menemui laki laki lain dengan tampilan secantik itu.
" Seharusnya kau memakai celana panjang," Pamungkas masih tidak ikhlas membiarkan kaki Ratih bebas di lihat orang.
" Biasanya pakai celana kok,"
" lalu kenapa sekarang tidak?"
" om kenapa ya? baru tadi malam lho om bicara seperti itu? kenapa sekarang om begini lagi?" Ratih heran.
Pamungkas diam mendengar pertanyaan Ratih.
" Katanya mau menikah juga?" imbuh Ratih membuat ekspresi Pamungkas semakin tidak enak.
" Sepertinya kau senang mendengar om mu ini akan mengakhiri masa lajangnya?"
sekarang giliran Ratih yang diam,
" Kita ke toko pakaian sebentar," ujar Pamungkas,
" mau beli apa?" Ratih mengerutkan dahinya heran.
" Beli celana untukmu,"
" om??!!" Ratih menatap Pamungkas kesal.
" Om selalu saja memantik emosiku?!" ujarnya,
" aku sudah di sediakan jarik disana, akan ada kain panjang yang menutupi kakiku, jadi jangan berlebihan om?!" lanjut Ratih dengan nada meninggi.
" Mana mungkin berlebihan?" jawab Pamungkas fokus pada kemudinya.
" Urusi saja calon istri om, heran..?!"
" pernikahanku masih wacana, jadi aku belum boleh mengurusinya,"
" karena itu om mengangguku?"
Pamungkas tak menjawab.
Sesampainya di bangunan yang mirip aula besar itu Ratih menyuruh Pamungkas untuk segera pulang,
namun bukan Pamungkas namanya jika dia menyerah dan langsung pulang.
Dia berniat menunggu Ratih sampai selesai.
" Hai, sudah datang..?!" sapa Iwang turun dari tempat yang biasa di gunakan untuk latihan dan pementasan.
Belasan anak murid iwang berlalu lalang, bersiap untuk pulang karena hari sudah mulai sore.
" Apa kau tidak lelah?" tanya Ratih mendekat,
Iwang mengulas senyum cerianya, ia malah senang melihat kedatangan Ratih, semua rasa lelahnya seperti lenyap.
Senyum Iwang hilang melihat laki laki bertubuh tinggi yang berdiri jauh di belakang Ratih, tangannya terlipat di dada dan tatapannya selidik.
" Itu siapa?" tanya Iwang,
" om ku," jawab Ratih malas tanpa menoleh,
" Om? ah.. masa? kenalanmu?" Iwang tak percaya karena Pamungkas terlihat masih muda, dan tidak layak di panggil om.
" Sudah di bilang omku?!" Ratih mengambil jarik yang sudah di persiapkan Iwang,
dan seperti biasa, Iwang dengan sigap membantu Ratih memakainya beserta selendangnya.
Seketika Iwang merasakan tatapan tidak menyenangkan dari Pamungkas.
" Om mu melotot terus.." bisik Iwang,
" itu benar om mu? kok lebih mirip kekasihmu yang sedang menjagamu?",
" Plakk..?!" Ratih memukul lengan Iwang,
" Kau ini! dia adik papaku?!" kata Ratih,
" lha, papamu setua itu kok adiknya masih muda?" Iwang penasaran,
" beda usia mereka jauh, karena itu papa sudah tua dan om masih muda," jelas Ratih.
" begitu ya.." Iwang mengangguk,
lalu tak lama kemudian keduanya mulai menari, gerakan tari Rama Sinta seperti biasanya.
Pamungkas mencari tempat duduk, ia duduk dengan tenang, ia memperhatikan dengan seksama pula.
Namun saat mulai banyak gerakan yang menuntut Iwang dan Ratih bersentuhan dan saling memandang lekat,
Pamungkas mulai tidak tenang,
laki laki itu memutuskan untuk bangkit dan berjalan keluar dari gedung.
Sesampainya di luar dekat parkiran laki laki itu membakar sebatang rokok,
" Bisa bisanya.." gumamnya kesal,
melihat gerakan seperti itu saja hatinya sudah kesal setengah mati.
emang kamu pikir si ratih itu ga punya hati apa.....
luka karna dikhianati sama org terdekat itu susah sembuhnya, kamu malah ngerecokin si ratih mulu
slading online juga nih
istri rasa ponakan itu perlu pemahaman yang besar 😆😆