NovelToon NovelToon
META

META

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Keluarga / Persahabatan / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: hytrrahmi

Hidup dalam takdir yang sulit membuat Meta menyimpan tiga rahasia besar terhadap dunia. Rasa sakit yang ia terima sejak lahir ke dunia membuatnya sekokoh baja. Perlakuan tidak adil dunia padanya, diterima Meta dengan sukarela. Kehilangan sosok yang ia harap mampu melindunginya, membuat hati Meta kian mati rasa.

Berbagai upaya telah Meta lakukan untuk bertahan. Dia menahan diri untuk tak lagi jatuh cinta. Ia juga menahan hatinya untuk tidak menjerit dan terbunuh sia-sia. Namun kehadiran Aksel merubah segalanya. Merubah pandangan Meta terhadap semesta dan seisinya.

Jika sudah dibuat terlena, apakah Meta bisa bertahan dalam dunianya, atau justru membiarkan Aksel masuk lebih jauh untuk membuatnya bernyawa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hytrrahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Gravitasi (b)

Pulang sekolah, Meta berjalan beriringan bersama ketiga sahabatnya. Tidak ada semangat sejak cewek itu masuk ke kelas sampai jam pulang sekolah berbunyi. Sahabatnya tidak tahu apa yang membuat Meta seperti itu, tapi mereka yakin ada kaitannya dengan gosip-gosip yang masih hangat di sekolah.

Kayla merangkul pundak Meta, membuat cewek itu terkejut. "Ta, mau nongkrong dulu, nggak, sebelum pulang?" tanyanya, diikuti anggukan setuju oleh Renata dan Wulan.

"Atau mau ke rumah gue aja? Mama Tika pasti seneng banget kalau kalian bertiga main ke rumah," timpal Renata.

Wulan tersenyum senang, sudah lama juga tidak berkunjung ke rumah Renata. "Udah lama kita nggak ngumpul bareng. Mau, ya, Ta?" bujuk Wulan.

"Maaf, ya, kayaknya gue nggak bisa. Hari ini gue pengen pulang lebih awal." Meta menjawab dengan lesu, lalu matanya membulat menemukan sosok Beni di gerbang sekolah. Sedang mengobrol dengan satpam. "Dan kayaknya, gue dapat masalah baru."

Ketiga sahabat Meta langsung mengikuti ke mana arah pandangnya, hingga kemudian menemukan sosok Beni yang memakai jaket hitam. Dipadukan dengan celana jeans pendek.

"Bapak lo serem banget, Ta," gumam Wulan tanpa berkedip. "Mau dianterin ke sana?"

Meta menggeleng pelan, kemudian tersenyum untuk meredakan ketegangan teman-temannya. "Kalian pulang aja, gue nggak apa-apa, kok. Mungkin Bapak mau jemput gue," hiburnya, padahal kenyataannya, Meta sedang ketakutan setengah mati.

"Ayo, gue anterin ke bapak lo. Gue tandain itu mukanya, biar gampang dicari kalau udah buron," canda Kayla bercampur emosi.

Gue pun berharap hal yang sama, Kay. Gue mau dia dipenjara seumur hidupnya, atau kalau bisa, dihukum mati. Atas semua rasa sakit gue sama ibu.

...***...

Pak, tangan aku sakit!

Meta meringis, menahan kesakitan di lengannya yang dicengkeram kuat oleh Beni sesampainya mereka tiba di rumah. Meta diseret ke dalam, dan seperti biasa, Meta tidak bersuara dalam rasa sakitnya. Dia hanya meneteskan air mata, disambut oleh tangisan khawatir Risa. Meta yakin sudah terjadi sesuatu di rumah, yang membuat laki-laki itu sangat marah.

"Saya sudah bilang jangan berteman dengan anak itu, kenapa kamu nggak dengerin saya?!"

"Mas, pelan-pelan, Meta kesakitan! Tenang dulu, malu dilihat orang." Risa menyambut tubuh Meta, wajahnya yang basah semakin terlihat pucat. "Kamu nggak apa-apa, kan, Sayang?"

Kedua mata cewek itu terpejam saat merasakan sentuhan hangat Risa di wajahnya. Meta tidak bersuara selain hanya menangis dalam pelukan Risa.

Mata Beni melotot pada keduanya, seolah perbuatan mereka fatal dan tidak bisa dimaafkan. "Kamu juga ketemu sama Vina, kan? Dia nanya ke saya luka di wajah kamu kenapa, kamu mau ngadu?" tanyanya.

Meta menarik ingusnya, ia berhasil mengumpulkan sedikit kekuatan untuk menatap Beni.

"Aku nggak bicara soal apapun ke mama, Bapak nggak usah khawatir."

"Terus kamu nggak ijin sama saya ketemu dia? Kamu pergi sama anak itu juga, kan?"

Kening Meta berkerut, ia bingung dengan apa yang Beni katakan. Dan hal yang saat ini membuatnya begitu marah.

"Aku nggak ngerti apa yang Bapak omongin. Siapa anak yang Bapak maksud?"

"Anak laki-laki yang saya pukul dan saya usir waktu itu. Dia sudah membuat kesalahan besar, jadi dia akan berurusan dengan saya."

"Pak! Aku udah nggak berteman lagi sama dia."

Beni menyunggingkan senyumnya, menatap Meta penuh peringatan. "Dia sudah mengusik saya, dengan memberitahu semua orang kalau saya sudah mukul kamu," jelas Beni. "Kamu ingat saya bodoh, saya nggak tau apa saja yang sudah terjadi?"

"Ini peringatan terakhir dari saya, jauhi anak itu kalau nggak mau dia kenapa-napa. Dan satu lagi, jangan pernah mengatakan apapun pada Vina, jangan menemuinya lagi tanpa izin dari saya."

Tak ada yang bisa Risa lakukan selain memeluk Meta dengan erat, air matanya jatuh ke dalam melihat tetesan bening meluncur di wajah Meta. Sementara Beni tak memiliki sedikit pun rasa peduli, bahkan langsung berlalu ke kamar untuk beristirahat. Mungkin dia akan lebih sering di rumah untuk memantau situasi.

Risa mengusap wajah Meta, menatapnya penuh kasih. "Ini yang Ibu takutkan kalau kamu nggak segera pergi dari sini, Ta. Bapak akan semakin menyakiti kamu untuk kepentingannya sendiri," bisiknya pelan.

"Aku mau di sini sama Ibu, sesakit apapun rasanya. Aku akan coba untuk nyadarin Bapak."

Meskipun aku tau, orang seperti dia nggak akan pernah bisa berubah.

...***...

Chocosweet Kafe.

Kafe yang berada tidak jauh dari SMA Gemilang dengan harga yang terjangkau dan menu yang disajikan beragam, membuat kafe ini sering didatangi oleh para pelajar. Terutama sekolah yayasan Gemilang yang letaknya berdekatan dengan kafe. Sehingga didominasi oleh pelajar yang berasal dari yayasan Gemilang.

Dari salah satu meja, terdapat tiga orang perempuan yang sedang menikmati es krim. Salah satu menu yang digemari oleh perempuan. Selain itu disediakan makanan seperti burger, sandwich, spaghetti, ayam goreng dan berbagai macam makanan yang sedang trend saat ini.

"Nggak suka banget sama bokapnya Meta, kita ngomong aja enggak disahutin. Minta ditonjok banget," gemas Kayla sambil mengepalkan tangan dan mengangkatnya ke udara.

Wulan ikut cemberut di tempatnya. "Gue sampai nggak berani lihat mukanya, serem banget. Lebih serem dari ayahnya Bens," beritahunya pada Kayla dan Renata.

"Kalau Meta sampai kenapa-napa, gue bersumpah bakalan ikut balas dendam!"

Mendengar pernyataan Renata, Kayla dan Wulan tersedak es krim sampai terbatuk-batuk. Keduanya serempak menepuk dada dan melihat Renata saat batuknya mereda.

"Menurut lo Meta dipukul lagi?"

"Nggak tau, Kay. Firasat gue nggak enak banget dari tadi. Meta nggak pernah dijemput sebelumnya, gue yakin bokap Meta lagi mantau sesuatu di sekolah ini."

Wulan mencerna perkataan Renata yang ada benarnya, spekulasi yang cewek itu utarakan membuatnya mengerti mengapa Beni datang dan menjemput langsung Meta ke sekolah.

"Apa jangan-jangan Aksel?" Wulan menatap kedua temannya bergantian. Tetapi Renata dan Wulan justru melihat ke arah pintu masuk kafe, dua orang baru saja masuk. Entah mereka pasangan atau bukan, yang jelas hal itu membuat Wulan ikut marah dan kesal.

"Aksel! Lo pacaran sama dia?!"

Cowok yang diteriaki itu sedang menelepon rupanya, tangannya yang lain menggenggam jemari gadis manis yang berada di belakangnya.

"Tante Vina, makasih udah mau bantu saya. Saya akan jagain Meta semampu saya, terimakasih."

Panggilan itu terputus, Aksel mengantarkan pandangannya pada ketiga sahabat Meta. Cowok itu hanya menyunggingkan senyum seolah apa yang ia lakukan tidaklah salah.

"Anjing! Kita dicuekin!" histeris Kayla.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!