"Jika kamu ingin melihat pelangi, kamu harus belajar melihat hujan."
Pernikahan Mario dan Karina sudah berjalan selama delapan tahun, dikaruniai buah hati tentulah hal yang didambakan oleh Mario dan Karina.
Didalam penantian itu, Mario datang dengan membawa seorang anak perempuan bernama Aluna, yang dia adopsi, Karina yang sudah lama mendambakan buah hati menyayangi Aluna dengan setulus hatinya.
Tapi semua harus berubah, saat Karina menyadari ada sikap berbeda dari Mario ke anak angkat mereka, sampai akhirnya Karina mengetahui bahwa Aluna adalah anak haram Mario dengan wanita lain, akankah pernikahan delapan tahun itu kandas karena hubungan gelap Mario dibelakang Karina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Empat
Zoya meminta Ani menemuinya di sebuah kafe. Dia ingin meminta pertolongan pada sahabatnya itu.
Zoya dan Ani duduk di sudut kafe yang sepi, menatap satu sama lain dengan mata curiga. Beberapa kali Ani terlihat menarik napas dalam. Sebenarnya dia enggan menemui Zoya, tapi akan menjadi kecurigaan nantinya.
"Apa yang kamu inginkan, Zoya?" tanya Ani, suaranya pelan.
Zoya tersenyum misterius. "Aku memiliki rencana untuk membalas dendam pada Mario dan Karina."
Ani terkejut. "Apa rencananya?"
Zoya menghela napas dalam-dalam. "Aku ingin kamu membuat satu surat bukti hasil DNA yang menyatakan kalau Aluna benar anak kandungnya Mario."
Mendengar ucapan Zoya, tentu saja Ani menjadi terkejut. Yang dia tahu Mario lah ayah biologisnya.
Mata Ani tampak terbelalak. "Memangnya siapa ayah biologisnya?"
"Kamu tak perlu tau. Yang aku inginkan, kamu mencari dokter yang bisa diajak kerjasama untuk membuat hasil DNA palsu!"
Ani tampak berpikir. Rencana Zoya ini sedikit sulit dilakukan karena mencari dokter yang mau berkhianat itu bukanlah mudah.
"Tapi aku tak ada mengenal dokter!" seru Ani.
"Kamu bisa cari tau dari temanmu atau siapapun. Sementara itu aku juga akan mencari tau dari beberapa orang. Aku mau secepatnya!
"Baiklah, aku akan cari tau dokter mana yang bisa diajak kerjasama. Apa ada yang mau dibicarakan lagi? Aku takut nanti ada yang melihat kita bertemu," ujar Ani.
"Aku rasa cukup. Jangan lupa cari dokter atau petugas lab yang bisa di ajak kerjasama itu secepatnya. Jangan lama-lama. berapa pun biayanya akan saya bayar!" ucap Zoya.
"Baiklah. Kalau begitu aku pamit!" seru Ani. Dia lalu berdiri dari duduknya.
"Oke, ini uang transport buatmu. Semoga kau tak mengecewakan aku!" seru Zoya. Matanya menatap Ani dengan tajam seakan mengintimidasi.
Ani berjalan dengan memandang kiri kanan, takut bertemu dengan orang yang mereka mengenal.
***
Jam sembilan pagi sampailah Ani ke kantor. Dia langsung menuju meja kerjanya. Baru akan membuka laptop, dia melihat Karina berjalan menuju ruang kerja suaminya. Dia lalu memanggilnya.
"Bu Karina ...," teriak Ani.
Karina yang merasa namanya di panggil langsung menoleh dan tersenyum saat menyadari siapa yang telah menyebut namanya.
Ani berdiri dan menghampiri Karina. Dia meminta sedikit waktu wanita itu. Karina mengajaknya ke ruang kerja sang suami.
Ani lalu memasuki ruang kerja Mario. Saat ini pria itu sedang berada di luar kota, dan hanya didampingi asistennya tanpa Ani sang sekretaris, karena hanya meninjau lokasi pembangunan proyek barunya.
Karina meminta Ani duduk di sofa yang ada di ruang kerja. Dia penasaran kenapa wanita itu memanggil dan ingin bicara dengannya.
"Bu Karina, ada sesuatu hal yang ingin aku katakan. Sesuatu yang sangat penting!"
Kalina cukup terkejut dan menatap Ani dengan rasa penasaran. "Apa itu, Ani? Kamu terlihat sangat khawatir."
Ani menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Zoya memiliki rencana jahat, Bu Karina. Dia ingin memalsukan hasil DNA Aluna untuk membuktikan bahwa Aluna adalah anak kandung Pak Mario."
Kalina terkejut, matanya terbelalak. Tak mengerti dengan jalan pikiran wanita itu, ada saja yang dia rencana'kan, "Bagaimana kamu tahu? Apakah kamu yakin?"
Ani mengangguk. "Aku yakin, Bu Karina. Aku mendengarnya langsung dari Zoya ketika kami bertemu di kafe tadi pagi."
Karina menarik napas dalam, tak percaya jika wanita itu sangat licik. Dia yakin jika semua itu Zoya lakukan bukan hanya demi Aluna, tapi terutama untuk mempertahankan Mario agar dia tetap bisa menguasai pria itu dan hartanya.
"Bagaimana kalau kita ikuti saja permainannya?" tanya Karina.
"Apa maksudnya, Ibu?" Ani balik bertanya.
"Kamu tinggal katakan kalau kamu telah menemukan seorang dokter yang mau bekerjasama dengan memalsukan hasil DNA. Bawa dia ke dokter kenalanku. Sebelumnya aku akan menemui dokter itu dan aku akan katakan pada dokter itu untuk berpura-pura menerima semua ide darinya. Bagaimana menurutmu, Ani?" Kembali Karina bertanya.
"Aku sangat setuju, Bu. Kalau memang Ibu memiliki dokter yang mau bekerja sama dan melancarkan semua ide darimu itu!" seru Ani.
"Aku akan menemui dokter itu dulu. Setelah dua setuju baru aku kabari denganmu."
"Baiklah, Bu. Kalau begitu aku pamit."
"Ingat, Ani. Jangan pernah berubah dan menjadi pengkhianat bagiku!" seru Karina mencoba mengancam dan mengingatkan Ani.
"Jangan takut, Bu. Aku sudah sadar jika apa yang aku lakukan selama ini salah," ucap Ani dengan menunduk. Menyesali apa yang dia lakukan dulu.
"Kalau begitu, besok aku temui dokter kenalanku itu dan mengajaknya bekerja sama. Jika dia telah setuju baru aku katakan padamu. Kau bisa langsung bertemu Zoya. Ingat Ani, jangan gugup dan salah bicara. Aku tak mau semuanya terbongkar. Kejahatannya Zoya harus dihentikan. Dia tak bisa seenaknya saja membohongi dan mempermainkan orang!" seru Karina dengan wajah geram.
Ani dan Karina lalu bicara tentang rencana mereka. Setelah merasa cukup, barulah Ani pamit untuk kembali bekerja. Dia juga takut jika di kantor ini ada mata-mata Zoya yang lain. Dan bisa membongkar kerjasama dirinya dengan Karina.
Karina langsung menghubungi dokter kenalannya dan mengajak bekerja sama. Beruntung dokter itu bersedia membantunya.
"Saatnya permainan di mulai Zoya. Kebohongan kamu harus segera di hentikan. Kamu tak bisa lagi meneruskan kejahatanmu. Kamu harus menerima semua ganjaran atas apa yang kamu lakukan selama ini. Jangan kau pikir, aku akan bisa kau permainkan lagi. Cukup waktu lima tahun aku menjadi wanita bodoh karena telah kau bohongi!' seru Karina dalam hatinya.