dia menjadi seorang yatim piatu setelah ayahnya tiada.
dan meninggalkan dirinya yang sakit sakitan bersama sang ibu tiri.
perhatian orang baru dalam kegersangan dan kesendiriannya membuatnya sedikit terlena dan lupa.
setitik bahagia coba ia rajut bersamanya.
namun...
dia adalah kakak tirinya.
mampukah ia menata kembali hidupnya saat ia tahu siapa sebenarnya laki laki yang di perkenalkan sang ibu tiri sebagai kakak tirinya itu ?!
sementara sesuatu yang berharga miliknya telah di renggut oleh seseorang itu.
simak cerita baru aku ya....
cinta dalam bara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11 semakin resah
Kring.....
Kring.....
Kring.....
Sebuah ponsel yang berada di atas nakas nampak bergetar dan mengeluarkan suara nyaring yang cukup memekakkan telinga
Mengganggu sepasang anak manusia yang tengah tertidur pulas dengan posisi saling berpelukan tanpa sehelai benangpun di bawah selimut.
" ehmmm.....
Berisik...suara apa sich....?! " Calista menggeliat membuat selimut yang menutupi tubuhnya melorot kebawah hingga memamerkan dua bukit kembarnya yang banyak jejak jejak kemerahan bekas bibir Leon semalam di sana.
Leon pun segera meraih duduk dan meraih ponsel itu.
" tidak ada apa apa, hanya alarm " jawab Leon sambil mematikan alarm di ponsel itu.
" alarm ?! Kau membunyikan alarm ?! Untuk apa ?! " tanya Calista sambil ikut duduk dan menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
" mengantar Raha ke sekolah " jawab Leon cepat.
Calista mengerutkan keningnya dan menatap Leon dalam.
" hanya untuk mengantar Raha ke sekolah kau memasang pengingat ?!
Kau berlebihan Leon " cibir Calista dengan raut wajah masam.
" ayolah Calista...
Kau yang memintaku melakukan ini "
" iya...
Tapi juga tidak berlebihan begini "
" lalu bagaimana lagi caraku mendekatinya untuk melakukan seperti yang kau inginkan ?! "
" baiklah baiklah....
Aku tidak akan mempermasalahkan itu lagi. Tapi ku mohon lakukan dengan cepat.
Buat dia segera menandatangani kertas kertas pengalihan harta itu.
Kemudian kau tidak perlu lagi pura pura perduli padanya.
Kau tahu....
Aku cemburu setiap kali melihat kau bersamanya " omel Calista lagi sambil turun dari tempat tidur dan segera memakai kembali pakaiannya semalam.
" dia hanya anak kecil..." jawab Leon dengan nada sedikit ragu.
" dia hanya anak kecil ?!
Tapi tatapan matamu berbeda kepadanya..." jawab Calista menyangkal ucapan laki laki yang telah memberinya kepuasan semalam itu.
" kau mau kemana ?! " tanya Leon ketika melihat Calista telah memakai kembali lingeri nya, namun kini wanita itu membalut lingeri nya dengan jubah tidur.
" kembali ke kamarku....aku masih ngantuk..." jawab wanita itu sedikit ketus sambil melangkah menuju pintu.
Kamarnya dan kamar Leon memang bersisihan.
Itu sengaja ia lakukan untuk memudahkan dirinya menemui Leon di malam hari.
Saat tak ada Tuan Prayoga dulu juga saat saat seperti ini.
Sepeninggal Calista,
Laki laki itu sejenak menarik nafas panjang. Tatapan matanya menatap ke langit langit kamar itu.
" Raha....." desisnya pelan.
Ada sesuatu yang seolah berdesir di hatinya kala ia menyebut nama itu.
Leon memejamkan matanya sejenak, bayang bayang wajah cantik dan kalem seorang Raha Anggraeni kembali membayangi pelupuk matanya.
" apa yang sudah terjadi padaku....kenapa aku selalu membayangkannya bahkan saat aku menyentuh Calista semalam...?!
Apa aku sudan gila ?!
Atau...aku ada bibit pedofil ?!
Tidak tidak.....ini tidak benar, aku mencintai Calista. Sebentar lagi aku akan menjadi ayah " oceh laki laki itu pada sendirinya sendiri.
Tak lama Leon pun segera bangkit dan masuk ke kamar mandi setelah sebelumnya ia menoleh kearah jam yang menempel di dinding kamarnya.
Laki laki itu membersihkan tubuhnya dari sisa sisa percintaannya semalam dengan Calista.
Tak lama, pemuda dengan tingkat ketampanan pari purna itu nampak keluar dari kamar dan melangkah menuju meja makan.
Entahlah...
Rasanya sudah lama sekali ia tak sarapan di meja makan bersama Raha.
Namun...
beberapa menit telah berlalu, tapi ia tk kunjung melihat Raha turun dari kamarnya.
" bik Mira....
Tolong panggil Raha, katakan padanya aku sudah menunggu "
Kata Leon pada bik Mira yang kebetulan lewat di ruangan itu.
Bik Mira menghentikan langkahnya.
" nona sudah berangkat sejak setengah jam yang lalu mas Leon " jawab bik Mira dan sontak membuat Leon menghentikan suapannyanya dan menoleh menatap wanita setengah baya itu.
" apa ?! "
" iya mas...nona sudah berangkat sejak tadi, dokter Zani yang menjemputnya "
Jelas bik Mira.
Mendengar nama dokter Zani raut wajah Leon seketika berubah.
" dokter Zani ?! " cicit Leon,
Entah kenapa tiba tiba hatinya memanas mendengar itu.
Dokter Zani....
Dokter Zani.... Dia lagi dia lagi....
Rutuk Leon di dalam hati tanpa sadar.
" kenapa pagi pagi sekali dia sudah berangkat ?! apa dia tidak sarapan lebih dulu ?! " tanyanya kemudian dengan raut wajah yang sulit untuk di artikan.
Leon pun tanpa sadar meraup wajahnya sendiri.
" katanya nona mau sarapan di jalan bersama dokter Zani mas...." terang bik Mira lagi.
Leon kemudian bangkit dan meninggalkan tempat itu begitu saja tanpa sepatah kata.
Bahkan ia tak melanjutkan sarapannya.
Meninggalkan bik Mira yang menatapnya aneh dan penuh tanya melihat sikapnya.
Leon berdiri di sisi jendela kamarnya dan menatap lurus ke arah luar jendela.
Hari masih pagi,
Suara kicauan burung terdengar bersahutan.
Tangan pemuda itu tanpa sadar meremas realling besi jendela dengan kuat ketika ia mengingat saat ini Raha tengah bersama laki laki lain.
" apa yang sebenarnya sudah terjadi padaku ?! Apa aku benar benar sudah gila ?! " desisnya pelan.
Sementara itu di tempat lain,
Nampak dua orang sedang duduk bersisihan dengan menikmati semangkuk bubur ayam panas di tangan masing masing.
" kau suka...?! " tanya seseorang yang tak lain adalah Zani.
" ya...
Aku suka, rasanya sangat cocok dengan lidahku.
Dokter tahu saja seleraku " jawab Raha sambil terus menyuap bubur ayam di mangkoknya.
" apa yang tidak ku tahu tentang seleramu Raha...
Aku tahu semua seleramu.
Aku tahu kau akan lebih memilih makanan berkuah di bandingkan makanan berlauk kering " jawab dokter Zani sambil mengusap pucuk kepala gadis itu.
Raha mendongak dan tersenyum manis pada dokter muda yang merawatnya itu.
" terimakasih...
Aku berasa seperti punya kakak kalau di perhatikan dokter seperti ini. Andai aku punya kakak seperti dokter Zani....
Mungkin aku tidak akan kesepian seperti sekarang " jawab Raha kemudian dengan raut wajah sedikit sedih.
Dokter Zani sedikit mengangkat alisnya dan menatap gadis itu dalam dalam.
" kakak....?! " cicit dokter Zani kemudian.
Ya kata kakak yang terlontar dari bibir Raha yang justru menarik perhatian dokter muda itu.
" emm....
Tidak boleh ya... ?! " cicit Raha dengan raut wajah sedikit malu.
" kenapa tidak boleh....tentu saja boleh, anggap apa saja aku sesuka hatimu " jawab Zani kemudian.
( Kakak....
Aku bahkan ingin lebih kau anggap sebagai kakak, andai kau tahu perasaanku yang sebenarnya padamu )
Bisik dokter Zani di dalam hati masih dengan menatap dalam dalam wajah cantik di sisinya.
Tangannya terulur mengusap sisa bubur di sudut bibir Raha,
Raha lagi lagi tersenyum malu pada laki laki itu.
" aku kalau makan jorok ya dokter....?! Ish...aku jadi malu " cicit Raha.
" tidak usah malu, jadilah dirimu sendiri saat bersamaku.
Aku akan menjadi tameng untukmu " jawab dokter Zani kemudian penuh arti.
Tapi sepertinya Raha sama sekali tak memahami pesan yang tersirat dalam kata kata dokter muda itu.
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya.
Tak lama keduanya telah menyelesaikan sarapan mereka dan kini telah berada di dalam mobil dokter Zani.
Mobil itu melaju menuju sekolah Raha.
" dokter terimakasih sarapannya pagi ini " kata Raha setelah turun dari mobil.
" tidak masalah, setiap pagi pun aku akan mengajakmu sarapan jika kau mau "
" aku mau..."
" kalau begitu deal...sejak hari ini dan selanjutnya, setiap pagi aku akan menjemputmu untuk sarapan bersama...
Ok ?! " kata dokter Zani dengan raut wajah senang.
" ok...." jawab Raha dengan cepat.
Senyum renyah tersungging di bibirnya.
kemudian gadis itu melambaikan tangannya dan masuk ke dalam gerbang sekolah.
Pemandangan itu di saksikan oleh seseorang yang berada di dalam mobil sejak tadi.
Mobil yang bahkan sudah terparkir di sana sebelum mobil dokter Zani juga berada di sana.
Seseorang itu menatap interaksi antara Raha dan dokter Zani dengan tatapan mata tajam dan penuh amarah.
Kedua tangannya mencengkeram dengan kuat setir bundar di hadapannya.
kok gak hubungi dokter xani..
penjahat kelamin sekelaa leon tak akan mudah mati...
😀😀😀❤❤❤❤