Qin Ruyue, seorang permaisuri yang setia dan penuh kasih, mengalami pengkhianatan paling menyakitkan. Kaisar yang pernah dia cintai dengan sepenuh hati, serta adik tirinya yang menjadi selir, bersekongkol untuk menjatuhkannya.
Setelah melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan, Qin Ruyue disiksa tanpa ampun dan akhirnya dibunuh dalam kesengsaraan yang mendalam.
Namun, takdir memberikan kesempatan kedua yang tak terduga. Qin Ruyue tiba-tiba terbangun, dan mendapati dirinya kembali ke masa tiga tahun yang lalu, Qin Ruyue bertekad untuk mengubah segalanya.
Tidak lagi menoleh ke arah suami yang pernah mengkhianatinya dan adik tirinya yang berkhianat, Qin Ruyue membuat keputusan yang mengejutkan seluruh istana.
Dia akan mengungkap rahasia gelap istana, membalikkan keadaan, dan merebut kembali nasibnya kali ini, dengan caranya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERTEMU PAMAN KEDUA
Saat Qin Ruyue baru saja akan terlelap, Afei muncul di balik jendela, dia mengetuk pelan agar tidak mengagetkan pemilik kamar tersebut.
Tok...
Tok...
Qin Ruyue kembali membuka mata, dia meraih jubahnya, kemudian berjalan perlahan ke arah jendela.
"Nona tertua!" terdengar suara Afei dari luar.
Qin Ruyue membuka jendela dan melihat sosok gelap yang bersembunyi di balik pepohonan besar.
"Kau mendapatkan informasi?" tanya Qin Ruyue.
Afei mengangguk, dia berjalan ke arah Qin Ruyue dan membisikkan sesuatu yang membuat wajah gadis itu langsung berkedut.
"Aku sudah menduga, dia sengaja mengatakan rencana pertemuannya dengan pangeran ketiga di depan Li Mei, agar gadis itu melaporkannya padaku. Apa kau memiliki informasi lain?" ucap Qin Ruyue.
Afei kembali menjawab, "Nona, nona kedua berniat untuk meracuni anda pada saat akan berangkat menuju istana. Anda harus lebih berhati-hati."
"Aku mengerti, Afei! Pergilah beristirahat! Kau tidak perlu menjagaku!" ucap Qin Ruyue, Afei mengangguk kemudian menghilang dengan cepat.
Pagi harinya Qin Ruyue pergi menuju pinggiran kota menggunakan kereta, dia membawa semua bawahannya tanpa kurang satu pun, bahkan gadis kecil berusia 5 tahun, Feng Yun, duduk dengan anggun sambil menikmati berbagai macam kudapan lezat.
"Nona!" panggil Li Mei.
Qin Ruyue melirik ke arahnya, "Ada apa Li Mei?"
"Sebenarnya Li Mei mendengar kabar bahwa nona kedua tidak pulang semalam, sepertinya dia menginap di tempat pangeran ketiga," ucap Li Mei sambil menunduk.
"Lalu apa masalahnya denganku? Yang mulia kaisar sudah memberikan izin untuk nya memasuki istana sebagai seorang selir." jawab Qin Ruyue dengan santai.
"Nona, Jika dia benar-benar menikah dengan pangeran ketiga, anda pasti akan mendapatkan kesulitan. Li Mei tahu bahwa Nona kedua sangat tidak menyukai anda, dia bahkan menggunakan berbagai macam cara untuk menyakiti dan menyingkirkan anda dari kediaman." ucap gadis pelayan itu.
"Li Mei, tentu saja dia akan melakukannya, lagi pula aku sudah merusak rencana besarnya untuk menjadikan selir Hong sebagai istri utama ayah. Tapi kau tidak perlu khawatir, aku tahu apa yang harus dilakukan, ini tidak terlalu sulit," ucap Qin Ruyue dengan santai.
Dia ingat bahwa di masa lalu, setelah beberapa saat memasuki istana, Qin Yanran terus saja memprovokasinya. Gadis itu bahkan berkali-kali mengadu domba dirinya dengan pangeran ketiga. Kali ini dia ingin melihat bagaimana cara Qin Yanran untuk membuat masalah, lagi pula dia tidak menikah dengan pangeran ketiga, melainkan pangeran ke-9 yang terkenal sangat tidak kompeten dan tidak disukai oleh kaisar.
Perjalanan menuju pinggiran kota hanya membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam, kereta yang di tumpangi oleh Qin Ruyue akhirnya sampai di sebuah kediaman besar.
"Ayo turun!" ajak Qin Ruyue, bawahan yang menggunakan kereta lain di belakangnya juga mulai satu persatu keluar dan melihat rumah megah yang berdiri di depan mereka.
"Rumah ini terlihat sangat nyaman, apalagi ada sungai besar yang membentang di depannya, sehingga memudahkan perjalanan menuju ke manapun." ucap salah seorang pengawal, dia menikmati suasana pinggiran kota yang sejuk dan tenang.
Qin Ruyue berjalan, dia bertemu dengan seorang pria tua berusia 50 tahun yang langsung mempersilahkannya untuk masuk.
Setelah menunggu dengan tenang, akhirnya mereka ketemu dengan seorang pria berusia 40 tahun yang mempergunakan pakaian sangat sederhana, namun aura yang dikeluarkan dari tubuhnya tidak bisa membohongi mata siapapun, dia merupakan salah seorang master bela diri terkuat yang pernah ada.
"Paman kedua!" panggil Qin Ruyue sambil berdiri, dia membungkuk di depan pria itu.
"Yue'er! Paman berpikir bahwa kau telah melupakan kami!" ucap pria itu sambil terkekeh.
"Itu tidak benar, selamanya paman akan selalu jadi keluargaku. Yue'er malah berpikir bahwa paman lah yang telah melupakan keponakannya." ucap Qin Ruyue sambil cemberut.
"Kau berani mencuri kata-kataku? Yue'er, ada masalah apa, sehingga kau mengirimkan orang-orang mu ke rumah paman?" tanya pria itu sambil duduk.
Qin Ruyue segera menceritakan apa yang terjadi saat berada di istana kekaisaran, sehingga membuat pria itu langsung menggelengkan kepala.
"Kakekmu terlalu gegabah membuat perjanjian pernikahan antara kau dengan salah seorang pangeran. Baiklah, mereka akan tinggal di sini, aku akan merawat dan mengajari mereka bela diri, tapi mungkin saja pelatihanku akan memakan waktu yang cukup lama, ditambah lagi dengan adanya cedera yang tidak bisa dihindari. Apakah mereka akan bersedia?" tanya pria itu lagi.
"Paman, anda tidak perlu khawatir, Yue'er sudah mengatakannya dengan jelas, mereka pasti akan bersedia untuk menanggungnya." ucap Qin Ruyue.
"Baiklah, mulai saat ini kalian bisa tinggal, tapi ingat, aku bukanlah orang yang baik dan paling tidak suka dengan pemalas. Kalian pasti tahu maksudku!" ucapnya sambil memanggil salah seorang pelayan kediaman, untuk membawa mereka menuju paviliun kecil yang terletak di belakang kediaman besar itu.
Setelah semua orang meninggalkan tempat itu, raut wajah Qin Ruyue yang awalnya terlihat manja dan sangat dekat dengan paman keduanya tiba-tiba saja langsung berubah menjadi serius.
"Paman, aku perlu membicarakan sesuatu hal yang sangat serius denganmu, ini tentang benda peninggalan ibuku." ucap Qin Ruyue.
Pria itu mengangguk, "Ikuti aku, kita tidak bisa membicarakannya dengan santai di sini!"
Qin Ruyue segera berjalan mengikuti langkah pria itu menuju ke ruang kerjanya, keduanya masuk, segera sebuah pintu rahasia muncul, begitu tangan pria itu menyentuh tombol yang terletak di dinding.
"Ruang yang cukup bagus," puji Qin Ruyue, dia berjalan sambil mengamati tata letak perabotan yang ada di sana.
"Duduklah," ucap pria itu sambil menuangkan teh ke dalam cangkir."
Qin Ruyue mengangguk, dia duduk berhadapan dengan pria itu sambil memutar cangkir di tangannya.
"Kau sudah menemukan bawahan ibumu?" tanya pria itu, Qin Ruyue mengangguk, dia juga menceritakan tentang kerja sama nya dengan pangeran kesembilan.
"Ini baik-baik saja, paman harap masalah ini tidak boleh di ketahui oleh siapa pun." ucapnya sambil mengeluarkan kalung giok berwarna putih.
"Paman, berdasarkan surat yang ditinggalkan oleh ibu seharusnya jimat itu berada di tangan anda, bukan?" tanya Qin Ruyue.
Pria itu mengangguk, "Untuk sementara, aku hanya bisa menyimpan benda itu hingga pangeran ke-9 sendiri yang memintanya. Yue'er, meskipun dia bersedia untuk bekerja sama, bukan berarti kalian berdua adalah pasangan. Jangan terlalu banyak menggunakan hatimu."
"Aku mengerti paman, hidupku di selamatkan oleh anda, bagaimana mungkin aku mati sebelum membalaskan dendam ibu? Tenanglah!" ucap Qin Ruyue sambil tersenyum tipis.
"Bagus jika anda menyadarinya, untuk sementara waktu, jangan memprovokasi pangeran ketiga, kau harus menyimpan seluruh kebencianmu di dalam hati. Ingatlah bahwa tujuanmu masuk istana saat ini bukanlah untuk bersenang-senang, melainkan mencari kebenaran." ucapnya.
Qin Ruyue mengangguk, "Aku akan mengingatnya dalam hati!"