Plakk
suara tamparan terdengar menggema di ruangan tersebut.
"Amelia"
"Diamm"
Teriak wanita dengan nama Amelia itu ketika melihat suaminya ingin membela adiknya.
"Ini urusan antara kakak dan adiknya, dan kau tidak berhak untuk ikut campur"
Amelia menunjuk wajah pria itu, menatapnya dengan dingin, tidak ada lagi tatapan cinta untuk suaminya seperti dulu, kini tatapan itu hanya memancarkan sakit, kecewa, dan benci yang menjadi satu.
"Kakak"
"Jangan panggil aku Kakk"
Amelia kembali berteriak dengan keras, wanita itu seolah kehilangan kendalinya.
"Kau ingat? dengan tangan ini aku membesarkanmu, membesarkan adikku dengan penuh cinta dan air mata"
Amelia menatap kedua tangannya dengan berkaca kaca.
"Tapi siapa sangka jika selama ini yang ku anggap adik ternyata seekor landak yang menusuk orang yang memeluknya"
Pandangannya kembali jatuh pada Liliana adiknya.
"Kau adik yang ku besarkan dengan segala perjuanganku, ternyata menusukku tanpa ampun"
"Kau bermain dengan suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian Reyhan
Pelukan mereka berlangsung cukup lama, hingga Reyhan memilih untuk melepaskan pelukan mereka.
Tatapan mereka beradu beberapa saat, Reyhan mengembangkan senyumnya.
"Mungkin kita tidak akan bertemu cukup lama"
Ucap pria yang membuat Amelia mengerutkan keningnya.
"Kamu akan pergi?"
Reyhan menganggukkan kepalanya.
"Tapi kemana?"
Tanya gadis itu kembali.
"Aku akan pergi ke Prancis, Papa menginginkan aku mengurus cabang perusahaan yang ada di sana"
Jelas Reyhan kemudian.
"Kamu akan kembali?"
Ada keresahan di dalam hati Amelia mengatakannya
"Tentu saja, Aku tidak mungkin meninggalkanmu"
Jawab Reyhan dengan mengedipkan matanya.
"Lalu kapan kamu akan kembali?"
Amelia kembali meluncurkan pertanyaannya, mungkin jika pria itu pergi, ini pertama kalinya dia akan berpisah dengan Reyhan.
"Jika suamimu menyakitimu"
Amelia mendelik dengan kesal, memberikan hadiah cubitan di perut pria itu yang membuat Reyhan terkekeh.
"Kalau begitu aku pergi"
"Secepat ini?"
Tanya Amelia dengan tidak rela, dia masih ingin menatap wajah sahabatnya.
"Aku akan berangkat ke bandara"
Dan pada akhirnya Amelia melepaskan sahabatnya itu.
Kini Reyhan bergerak ke arah Noah, menjabat tangan pria itu dengan gaya cool khasnya.
"Selamat atas pernikahanmu"
"Terima kasih"
Noah menjawab dengan bahagia.
"Ku harap kau tidak menyakitinya, karna jika itu sampai terjadi, aku akan membawa istrimu sampai kau tidak akan mampu mendapatkannya kembali"
Ucap Reyhan dingin, dengan nada yang cukup rendah agar Amelia tidak mendengarnya.
Noah seketika menjadi tidak senang mendengar perkataan pria itu, ada rasa takut yang menjalar di dalam hatinya. Melihat bagaimana Reyhan menatap istrinya dengan penuh cinta dia bisa menebak bagaimana rasa yang dimiliki pria itu untuk Amelia.
Puk
Puk
Puk
Reyhan menepuk punggung Noah cukup keras.
"Aku pergi, semoga kalian bahagia"
Ucap Reyhan yang kemudian segera pergi meninggalkan pesta pernikahan sahabatnya.
Amelia menatap kepergian Reyhan dengan perasaan campur aduk, namun gadis itu berusaha melebarkan senyumnya untuk menutupi perasaannya.
Pernikahan Amelia dan Noah berlangsung hingga malam, dan pada pukul sepuluh malam akhirnya pesta itu selesai.
Amelia memilih berisitirahat di kamar hotel yang telah di sediakan oleh orang tua dari Reyhan, gadis itu segera membuka gaun pengantinnya di bantu oleh Liliana.
Malam ini dia memutuskan untuk tidur bersama adiknya, mungkin di hari esok mereka akan tidak tidur bersama lagi karna statusnya dia telah memiliki suami.
Noah tidak keberatan dengan hal itu, lagi pula dia mengerti jika Amelia masih sulit untuk menerima pernikahan mereka.
Gadis itu lantas berlalu ke kamar mandi, lalu menggunakan piyama yang di siapkan oleh sebelumnya.
"Kakak semoga kau bahagia"
Ucap Liliana, saat ini mereka tengah berbaring di tempat tidur dengan posisi yang saling berhadapan.
"Tentu, aku akan berusaha untuk menjadi orang yang lebih bahagia kedepannya"
Jawab Amelia dengan senyum yang mengembang.
"Kemarilah, biarkan kakak memelukmu malam ini"
Liliana bergerak mendekati kakaknya, masuk kedalam pelukan hangat yang sangat menenangkan untuknya.
Jika bagi orang lain pelukan ibu adalah tempat untuk mendapatkan ketenangan, maka bagi Liliana pelukan Amelia lah tempat yang membuatnya merasa tenang.
"Adikku sudah besar"
Gumam Amelia pelan yang mengelus rambut adiknya, masih teringat beberapa tahun yang lalu gadis itu masih begitu kecil dalam pelukannya.
"Mmm, aku ingin tidur"
Ucap Liliana pelan.
Dia sedikit terisak dalam pelukan kakaknya, membiarkan lelehan bening itu mengucur di pipi putihnya.
Malam itu tidak ada malam pengantin bagi Amelia dan Noah, Noah tidur di kamar terpisah seorang diri, sedangkan Amelia memilih tidur bersama adiknya malam ini.
Keesokan paginya Amelia dan Liliana terbangun karna suara ketukan di pintu hotel, dimana Noah terlihat berjalan masuk menghampiri mereka.
Amelia bangun dari posisinya.
"Masih ingin tidur?"
Tanyanya pada gadis itu. Amelia menggelengkan kepalanya, akan sulit baginya untuk tidur lagi jika dirinya sudah terbangun.
"Tetaplah di sini tunggu sarapanmu, semua keluarga telah kembali ke mansion lebih dulu"
Meilan kembali menganggukkan kepalanya.
"terima kasih"
Hanya sebaris kalimat yang bisa di ucapkan gadis itu, semenjak kejadian pada malam itu membuat Amelia sedikit menjaga jarak dengan Noah.
"Bukan masalah, setelah sarapan bersiap siaplah, kita akan berangkat ke dokter kandungan hari ini"
Ucap Noah kembali
"Apa secepat itu?"
Tanya Amelia dengan sedikit ragu.
"Tentu saja, usia kandunganmu sudah memasuki 3 bulan, dan kamu belum pernah memeriksanya ke dokter"
Dan pada akhirnya Amelia setuju dengan apa yang dikatakan oleh Noah.
Dan hingga beberapa bulan kemudian, Amelia yang dulunya cukup ragu dengan pernikahannya ternyata semuanya berjalan dengan baik baik saja.
Seluruh keluarga besar Noah begitu menyayangi dan mencintainya, tidak hanya dirinya tapi Liliana juga di perlakukan dengan sama, lalu bagaimana dengan Noah? Pria itu tentu saja memperlakukan Amelia layaknya seorang ratu.
Bahkan pria itu menyewa seorang gadis muda bernama anisa untuk menemani istrinya, Namun perihal masakan Amelia turun tangan langsung, tentu saja karna Noah tidak bisa memakan makanan lain selain masakan istrinya.
Seperti saat ini Amelia tengah sibuk di dapur bersama Anisa yang selalu siap membantunya.
Hingga sebuah suara terdengar membuat gadis itu menghentikan aktifitasnya.
"Amelia sayang"
Seorang wanita paruh baya terlihat berteriak dan menghampiri Amelia dengan semangat.
"Ohh astaga bukankah mama sudah mengatakan jika kau lebih baik berhenti memasak, kau harus banyak istirahat"
Pekik Mama Lena ketika melihat menantunya tengah sibuk berkutat dengan perlatan memasaknya.
"Kemarilah, berhenti ada Anisa yang akan melakukannya"
Mama Lena menarik tangan Amelia dengan hati hati.
Dengan terpaksa gadis itu mengikuti mama mertuanya, meninggalkan Anisa yang kini melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
"Lihatlah mama membeli banyak baju untukmu, dan untuk cucu mama nanti"
Mama Lena tampak antusias ketika memperlihatkan banyak paper bag di depannya.
"Mama, bahkan baju yang mama belikan untukku bulan lalu belum aku pakai dan mama membeli banyak lagi"
Keluh Amelia yang menatap ada sepuluh paper bag di depannya.
"Tidak masalah sayang, kau bisa memakainya nanti"
Mama Lena tampak tidak peduli, dia mencubit pipi Amelia yang terlihat begitu mengemaskan semenjak hamil.
Amelia hanya pasrah, Namun dalam hatinya dia sangat bersyukur memiliki keluarga dari pihak suaminya yang begitu menyayanginya.
Bahkan keluarga Noah terlihat begitu mencintai Amelia, Noah kadang mengeluh seolah merasa dirinya tersisihkan semenjak kedatangan istrinya.
"Tuhan, apa ini kebahagiaan yang kau janjikan untukku"
Batin gadis itu yang menatap mama Lena yang tampak begitu antusias memperlihatkan baju baju bayi yang di belinya dari Canada.
"Noah belum pulang?"
Tanya mama Lena yang tidak melihat keberadaan putranya itu.
"Dia akan pulang terlambat mama, Dia sudah mengabariku tadi siang"
Jawab Amelia kemudian.
"Bukankah mama sudah mengingatkan dirinya untuk menghabiskan banyak waktu di rumah, tidak baik meninggalkan dirimu di hamil besar seperti ini, Bagaimana jika kau tiba tiba ingin melahirkan dan Noah tidak ada di sampingmu"
Timpal Mama Lena dengan kesal.
"Ada Anisa yang menemaniku, lagi pula mama dan papa sudah kembali dari Canada bukan? Jadi aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi"
Jawab gadis itu kemudian.