"Ingat posisimu, kau kujadikan istri hanya untuk menebus semua hutang Ayahmu!" satu fakta yang teramat menyakiti hati hati Anyelir. Dia menjadi istri kedua, demi untuk melunasi hutang.
Hal-hal mulai terjadi, setelah Anyelir menjadi istri Devan pun, demi melunasi hutang Ayahnya dan menyelamatkan keluarganya dari kemiskinan. Anyelir masih mendapatkan perlakuan buruk dari saudara tirinya serta Rose yang tidak lain ibu kandungnya sendiri. Lantas, bagaimana dengan Devan, lelaki yang penuh mistery dan rahasia, membuat Anyelir seolah sulit menembus tembok Devan. Hidup seolah tidak berpihak pada Anyelir, dengan keadaannya yang memaksa untuk menjadi kedua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ny.prast, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan
Devan mencoba mengingat semua momentum bersama Anyelir, awalnya dia sudah memagari dirinya sendiri untuk tidak jatuh cinta pada Anyelir, karena dia takut akan kembali dikecewakan, apalagi dia tahu pernikahan ini bisa dibilang pernikahan terpaksa yang dijalani oleh Anyelir. Jadi Devan berpikir, kemungkinan Anyelir jatuh cinta padanya sangatlah mustahil, bisa saja Anyelir bertahan dengan Devan bukan karena cinta, melainkan karena perjanjian yang berkaitan dengan perusahaan Agam, ayah Anyelir.
“Anda masih belum tahu perasaan anda sendiri Tuan?” seolah tahu kebimbangan yang tengah dirasakan oleh Devan, Felix kembali bertanya.
“Entahlah, aku masih belum bisa memutuskan, karena aku merasa ini masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa ini adalah cinta,” jawab Devan bimbang.
“Memang bagaimana perasaan anda ketika anda bersama nona Anyelir?” tanya Felix lagi, mendengar pertanyaan Felix, Dean pun kembali menerawang jauh, sesekali dia tersenyum dan tersipu malu.
“Rasanya berbeda, aku merasa nyaman dan bahagia saat didekatnya, entah kenapa saat aku bersama dengan Anyelir, aku merasakan perasaan bahagia yang membuncah, sangat sulit untuk aku jelaskan. Yang pasti, saat bersamanya, aku merasakan hidupku begitu mudah, dan aku merasa semuanya akan baik –baik saja saat aku bersama Anyelir,” jelas Devan sembari tersenyum, membuat perasaan untuk segera bertemu dengan Anyelir semakin besar.
“Anda sudah jatuh cinta Tuan,” ucap Felix tiba-tiba, membuat Devan mengernyit.
“Dari mana kamu tahu? Kamu sendiri masih sendiri, dan belum merasakan cinta kan?” ledek Devan, membuat Felix memutar bola matanya malas, karena lagi-lagi dia yang kena jahil oleh Devan.
“Saya akan mulai mencari cinta sejati saya, saat saya sudah yakin bahwa anda sudah bahagia Tuan,” ucap Felix, membuat senyum Devan luntur, sebegitu setianya Felix mengabdi kepada Devan, sampai-sampai dia lebih dulu memikirkan kebahagiaan Devan dibanding dirinya sendiri.
“Kenapa harus menunggu ku bahagia?” tanya Devan dengan raut wajah serius.
“Saya sudah berjanji, akan memastikan anda hidup bersama dengan orang yang tepat, dan saya berjanji akan selalu mendampingi anda. Saya berharap semoga semua permasalahan ini segera berakhir, agar anda bisa fokus pada kebahagiaan anda Tuan,” jawab Felix dengan tulus. Mendengar perkataan Felix, membuat Devan tersenyu, dia berterimakasih kepada mendiang ayahnya, yang sudah mencarikannya orang yang bisa dipercaya.
“Ayahku dan paman pasti bangga melihatmu kan?” ujar Devan seraya menatap keluar jendela mobil.
“Mendiang tuan besar dan ayah saya, pasti sudah tenang di sana, namun tugas belum sepenuhnya selesai Tuan, sampai anda benar-benar bisa mendapatkan kebahagiaan anda,” lagi dan lagi Felix mengatakan seputar kebahagiaan. Devan begitu salut dengan Felix, masih sangat teringat dalam ingatan Devan, disaat kabar kecelakaan yang menimpa ayahnya dan juga ayah dari Felix, bukannya Felix pergi untuk melihat kondisi ayahnya, namun Felix lebih dulu menyelesaikan urusan seputar Devan, memastikan tidak aka nada kabar yang simpang siur. Dan pada hari yang sama, Felix lah yang mengurus jenazah ayah Devan dan juga ayahnya.
Devan sempat merasa aneh dengan sikap Felix yang nampak sangat tegar, bahkan saat pemakaman pun, tidak terlihat Felix menangis, namun Devan tahu bahwa asisten pribadinya yang sudah dia anggap sebagai saudara, juga pasti merasakan duka yang mendalam, namun Felix tidak mau terlihat lemah, apalagi di hadapan banyak orang, karena Felix harus menjadi tameng Devan, jadi dia harus selalu kuat untuk bisa melindungi Devan dan juga Mayang.
“Tidak terasa, minggu depan adalah ketiga tahun meninggalnya ayah dan juga paman,” ucap Devan mengingatkan Felix.
“Benar Tuan, dan sampai detik ini, saya masih belum bisa mengatasi semua masalah yang terjadi,” sesal Felix, dia merasa gagal menjadi asisten pribadi Devan.
“Jangan pernah berpikir begitu, kau harus tahu, aku tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi padaku, kalau tidak ada kau di sampingku,” Devan dan Felix selayaknya saudara yang saling melengkapi satu sama lain. Devan merupakan alasan Felix agar selalu kuat dan selalu berusaha menjadi yang lebih baik setiap harinya, sedangkan Devan menganggap Felix, sebagai panutannya, Felix bisa bersikap begitu tegar dan tenang disaat dia kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya, bahkan pada saat itu Felix hanya memiliki ayahnya, karena Felix sudah ditinggal oleh ibunya sedari kecil.
Nampaknya, pembicaraan berat diantara keduanya harus segera berakhir, karena ternyata mereka sudah sampai di kantor. Felix meminta anak buah untuk memarkirkan kendaraan, sedangkan dia dan Devan melangkah memasuki gedung pencakar langit. Semua orang yang berpapasan dengan mereka, menundukkan kepalanya. Namun, baik Devan maupun Felix terus melangkah dengan gagah, membuat mata para karyawan memuji ketampanan yang paripurna dari mereka berdua.
“Kenapa aku tidak melihat Anyelir?” bisik Devan saat mereka sudah berada dalam lift.
“Mungkin nona sudah berada di ruangannya Tuan,” jawab Felix dengan sabar.
“Kalau begitu ayo kita ke sana.” Ajak Devan, membuat Felix menatap tidak percaya.
“Ta-tapi Tuan,” Felix hendak menolak, karena rasanya akan aneh jika Felix tiba-tiba datang ke ruang divisi pemasaran. Namun, Devan tetaplah Devan, lelaki yang teguh pada pendiriannya, dan akhirnya pilihan Felix hanya satu, melakukan apa yang diperintahkan oleh Devan.
Mereka berdua benar-benar melangkah menuju ruang divisi pemasaran, sepanjang jalan semua mata karyawan menatap kearah mereka berdua dengan bingung, karena tidak biasanya Devan menginjakkan kakinya di sini.
“Selamat pagi semua,” Devan menayapa tim divisi pemasaran, membuat semua mata menatap Devan dengan terkejut, setelah sadar siapa yang ada di hadapan mereka, mereka semua pun membalas sapaan Devan dengan hormat.
“Sepertinya kalian sibuk,” ucap Devan, sesekali dia melirik Anyelir yang tengah berbincang dengan Mike.
“Kami sedang membahas project yang baru Pak Devan,” jawab Anjani dengan hati-hati.
“Baiklah, Anjani suruh anak magang kemarin yang bersamaku untuk menghadap ya? karena ada yang ingin aku bicarakan,” ujar Devan kepada Anjani, dia sengaja tidak menyebut nama Anyelir, karena tidak mau mereka semua curiga.
“Baik Pak,” jawab Anjani paham. Setelah itu Devan dan Felix pun meninggalkan ruang divisi pemasaran dan meihat-lihat sekitaran, sebelum akhirnya melangkah menuju lift. Sepanjang jalan, Devan terus memikirkan apa yang Anyelir tengah bicarakan dengan Mike. Melihat raut wajah Devan, sudah bisa ditebak oleh Felix, kalau Devan tengah cemburu.
“Jangan berpikir terlalu jauh Tuan, pasti nona Anyelir tengah membahas pekerjaan,” ujar Felix yang seolah tahu apa yang tengah dipikirkan oleh atasannya. Saat didepan meja sekretaris, Felix berpesan bahwa nanti aka nada salah satu tim divisi pemasaran yang datang.
“Tapi mereka sangat dekat, dan aku curiga,” ujar Devan, sepertinya dia tengah menyiapkan ultimatum yang akan dikatakan pada Anyelir.
“Anda sedang cemburu?” tanya Felix sembari senyum meledek, melihat senyuman Felix, mambuat Devan salah tingkah. Dia yakin, saat ini Felix pasti tengah menertawakan kebodohan sikapnya.
Hai ... author tambah semangat buat up, karena ppembaca dan pendukung di cerita ini semakin banyak, jadi author bakalan double bab ... horeeeeee..... jadi jangan bosen ya buat dukung cerita author dan jangan lupa kasih like dan komennya juga, terimakasih ....
rose sama kaya Anye
Erma sama kaya si Gita licik nya wkwkm