Seorang wanita muda, meminta seorang pria yang tak di kenal nya untuk menikahinya. Namun siapa sangka permintaan nya pun di kabulkan saat melihat wanita tersebut di paksa menikah oleh kedua orang tua nya demi melunasi sebuah hutang.
Adela Anggita dan Raiz Hafid Faisal, pernikahan kedua nya terikat di atas sebuah kontrak pernikahan.
Apakah pernikahan kontrak tersebut akan membawa mereka pada pernikahan yang sesungguhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Herliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Sebuah Cerita
"Ehm... Bang, boleh nanya nggak? "
"Tanya apa? "
"Sebenarnya Abang tuh cerita nggak sih tentang hubungan kita ini sama kedua orang tua Abang? "
Irfan hanya diam dan fokus terhadap kopi nya yang sedang di nikmati.
"Dengan bukti Abang begini, kamu nggak percaya ya kalau Abang nggak serius."
"Bukan begitu Bang, tapi kan orang tua Abang juga harus tahu kalau kita ini memang benar - benar balikan. "
"Dek, apapun yang terjadi Abang tetap bersama kamu. "
"Jadi benar kan? Kalau kedua orang tua Abang belum tahu tentang hubungan kita ini, katakan Bang benar kan? " Ucap Adela pada Irfan.
"Abang sudah cerita semua nya kok, memangnya kenapa? '
" Ayah seperti nya tidak suka sama saya Bang, saat berpapasan dia hanya diam saja. Saat itu dia ada di kantor Wabup. "Ucap Adela.
" Akh.. perasaan kami saja mungkin. " Ucap Irfan langsung merangkul pundak Adela.
"Mungkin saya harus katakan sekarang sama orang tua saya Bang, biar mereka tak kaget." Ucap Adela.
"Kalau itu baik untuk kamu. "
"Buat kita Bang, saya pun tidak mungkin kan harus pura - pura bahagia sama mereka."
"Kamu atur saja. "
*****
"Mamah Papah kok nggak bilang - bilang kalau mau pulang. " Ucap Anita sambil menata kue dan minuman di atas meja tamu.
"Kalau kami kasih tahu, apa kalian ada waktu? Pasti nggak ada kan. " Ucap Ibu Laila.
"Ya bagaimana juga pasti kami luangkan, ya kan Mas. " Ucap Anita.
"Iya benar. " Ucap Raiz.
"Raiz, Mamah kok nggak lihat Adela? Hanya ada Ajudan baru. Bukan nya itu Ajudan Pak Andi? " Tanya Ibu Laila.
"Ajudan nya di tukar Mah. " Ucap Raiz.
"Lebih baik Raiz punya Ajudan pria dari pada wanita. " Ucap Pak Kusumo.
"Kenapa memang nya? " Tanya Ibu Laila.
"Nggak pantas saja. " Jawab Pak Kusumo.
Raiz hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya, dengan pura - pura main ponsel.
*****
Adela seharian menunggu telepon dari Irfan namun tak ada kabar dari Irfan, padahal hari libur.
Berkali-kali Adela mencoba menghubungi namun tak kunjung di jawab. Adela pun memutuskan untuk keluar namun hujan tak. juga kunjung berhenti.
"Yah.. hujan, sudah perut lapar lagi. Katanya mau kirim makanan, tahu nggak kirim makanan dari tadi beli di luar.
Adela duduk sendiri di depan teras rumah, dan mencoba menghubungi food online namun semua off karena hujan tampak deras.
Dengan berbekal payung Adela mencoba keluar menerjang hujan yang deras. Berjalan sepanjang trotoar.
" Adela mau kemana? "
Adela menoleh saat sebuah mobil berhenti dan terlihat Sony tepat berhenti di depan nya.
"Mau cari makan Mas. " Ucap Adela.
"Naik, kita satu tujuan. "
"Makasih Mas, di ujung jalan sana ada penjual makanan di gerobak dorong. " Tolak Adela.
"Ayolah naik, hujan deras kamu baru sembuh nanti sakit lagi. "
Akhirnya Adela pun masuk kedalam mobil dan menerjang hujan bersama Sony mencari makan.
"Mau makan dimana? " Tanya Sony.
"Mas Sony aja mau kemana? " Ucap Adela kembali bertanya.
"Kita ke rumah makan biasa buat langganan kalau makan bersama para pejabat mau. " Ajak Sony.
"Boleh, sekali - kali makan bebas disana, jangan hanya bisa berjaga saja. " Ucap Adela.
"Iya benar. "
Sony pun membelokkan mobil nya kedalam halaman rumah makan. Mereka pun lalu turun dan mencari tempat kosong yang strategis.
"Del, kayaknya di gedung sebelah ada acara ya? " Tunjuk Sony.
"Iya Mas, kayaknya orang penting deh. Tuh lihat mobil nya dan tunggu dulu itu bukan nya mobil Patwal yang biasa mengawal Pak Wabup. " Ucap Adela.
"Bisa saja sedang di minta berjaga, emang nya mereka harus mengawal Pak Wabup saja nggak kan. "
"Benar juga sih. "
Setelah memilih menu, Adela dan Sony pun makan bersama dengan Adela. Terlihat Adela selalu melirik ke arah ponsel nya.
"Kamu sedang menunggu seseorang? " Tanya Sony.
"Iya." Jawab Adela singkat.
"Siapa? "
"Pacar saya. "
"Oh Ajudan Pak Walikota itu. "
"Iya."
"Seperti nya Raiz belum bisa move on, bagaimana cara dia berusaha melupakan kamu dia tetap hanya ada kamu. "
"Saya sudah nggak peduli, karena bagi saya dia bukan siapa - siapa saya lagi."
"Iya, lebih baik kamu yang harus menjauh.Lama - lama dia juga akan berhenti sendiri. "
*****
"Maaf sayang, tadi Abang ada acara. " Ucap. Irfan.
"Iya nggak apa - apa. " Ucap Adela sedikit kecewa.
"Ehm.. dek, barang kali Abang beberapa hari. nggak bisa di hubungi maaf ya. "
"Memang nya Abang mau kemana? "
"Ya ada perlu saja, ada tugas dadakan. "
"Iya, ehm... Bang nanti kita sama - sama saja ya bertemu kedua orang tua saya. "
"Iya, nanti kita sama - sama kesana. " Ucap Irfan sambil mengusap pucuk kepala Adela.
****
Bu, benar ini alamat nya? " Ucap Mia.
"Benar, ini rumah dinas nya. Kan lihat di sosmed benar ini. " Ucap Ibu Laila.
"Tapi kita bisa masuk tidak bu, kita kemari nggak bilang Adela. " Ucap Pak Syarif.
"Kalau kasih tahu tuh anak, yang ada malah nggak boleh. Paling kirim uang saja ya, kalau kesini kan nanti bertemu sama Raiz pasti di kasih uang ongkos pulang yang besar. " Ucap Ibu Sukma.
"Tapi Bu, ini jam kerja. Terus lihat penjaga nya gede - gede tubuh nya. " Ucap Pak Syarif.
"Ayah ini bagaimana sih, jelas mereka aparat ya besar - besar tubuh nya sama tinggi. Bagaimana sih, yuk akh kita masuk. Kita ini kan besan. "
"Maaf mau kemana? " Tanya Petugas di pos penjagaan.
"Kami.ingin bertemu anak sama menantu kami. " Jawab Ibu Laila.
"Maaf, siapa yang di maksud? "
"Siapa lagi kalau bukan Raiz, dia menantu kami. "
"Maaf, lebih baik kalian pergi. Kalau tidak pergi kami akan panggil kan Polisi. "
"Kamu nggak sopan banget ya, awas saja saya laporkan kamu pada Raiz agar kamu di mutasi yang jauh. "
"Ibu dan bapak sama adek nya lebih baik pergi jangan bikin ucapan bohong."
"Pak, kami tidak bohong. Kami ini orang tua Adela dan Raiz itu menantu kami."
"Menantu Pak Kusumo dan Ibu Laila bukan. Ibu Adela, tapi Ibu Anita. Ibu Adela itu mantan Ajudan nya, kini jadi Ajudan Bupati. "
"Kalau tidak percaya, kami ada bukti photo pernikahan nya mereka. " Ucap Pak Syarif lalu merogok saku celana nya dan memperlihatkan photo pernikahan Adela dan Raiz.
Petugas pos penjagaan pun melihat photo tersebut, dan datang lah teman satu nya lagi dan melihat photo tersebut. Mata kedua nya saling memandang.
"Aman kan mereka dulu. "
.
.
.
.