Enggak dapet anaknya, Ayahnya pun jadi.
Begitu pula Isvara Kinandari Heksatama, gadis cantik patah hati karena pujaan hatinya menikah dengan wanita lain. Isvara atau yang kerap disapa Isva melakukan hal yang diluar nalar yaitu menikahi Ayah dari pria yang cintai yaitu Javas Daviandra Bimantara.
Keputusan terburu-buru yang diambil Isva tentu saja, membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali sang adik yaitu Ineisha Nafthania Heksatama, bagaimana tidak. Pria yang dinikai oleh Kakaknya adalah Ayah mertuanya sendiri, Ayah dari Archio Davion Bimantara.
Pria yang Isvara cintai memang menikah dengan adiknya sendiri, tentu hal itu membuatnya sangat sakit hati karena yang dekat dengan Archio adalah dirinya. Namun, Archio secara tiba-tiba malah menikahi Ineisha bukannya Isvara.
Demi menghancurkan pernikahan Ineisha dan Archio, Isvara harus tinggal bersama mereka. Salah satu caranya yaitu menikah dengan salah satu keluarga Archio, sedangkan yang bisa ia nikahi hanyalah Javas seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 | Chilla
"Isvara," panggilnya lembut, ketika pasangan suami istri pura-pura sudah sudah berada di dalam kamar. Bahkan sekarang Isvara tengah mengobati luka-luka di wajah dan tubuh Javas karena ulah sang Papa, karena itu ia merasa perlu mengobati suami pura-puranya itu. Jika tidak, mana mungkin Isvara sudi melakukannya.
"Iya," jawabnya sedikit malas.
"Saya minta maaf karena rencana Mama saya, kamu jadi diperlakukan seperti itu sama keluarga kamu. Semuanya diluar dugaan, saya sendiri enggak nyangka begini jadinya," ujar Javas dengan tulus.
"Enggak perlu minta maaf, saya tahu baik Om ataupun Oma Tiana juga tidak menyangka kejadiannya jadi seperti ini. Ini resiko saya, saya menerimanya. Karena dari awal saya memutuskan untuk ikut dalam rencana Oma Tiana, saya yakin pasti akan ada resiko yang harus saya tanggung. Saya sudah siap sejak awal."
Isvara dengan telaten mengobati luka-luka Javas, tidak terasa ia akhirnya selesai melakukannya. "Saya juga minta maaf, karena Papa saya, Om Javas jadi harus luka-luka gini."
"Saya laki-laki, Isvara. Masalah luka kayak gini nggak terlalu masalah buat saya, yang penting saya masih hidup aja." Mendengar perkataan terakhir Javas, sontak saja Isvara ingin tertawa tetapi ia menahannya.
Ponsel Javas berbunyi, ia langsung mengangkatnya apalagi dirinya tahu yang menghubunginya itu adalah mamanya sendiri. Javas dan Tiana hanya bicara sebentar, Isvara sudah bangkit dari kasur. Gadis itu mulai membersihkan make-upnya, tidak lupa juga melepaskan pernak-pernik yang terpasang di rambut serta tubuhnya.
"Isvara, Mama mau bicara sama kamu. Tapi bicara secara langsung enggak di telpon, apa kamu mau bicara?" tanya Javas ketika sudah mematikan telponnya.
"Boleh, aku nggak masalah kok buat bicara sama Oma Tiana. Tapi kalo boleh bicaranya di kamar ini aja, aku lagi nggak pengen keluar kamar sama sekali. Kalo Oma nggak mau, besok aja biar aku yang nyamperin Oma atau gimana nanti kita janjian," jawab Isvara. Melihat Isvara sedikit kesusahan, Javas memutuskan untuk membantu istri mudanya itu.
"Saya sudah mengatakannya sama Mama, kata Mama sebentar lagi beliau akan ke kamar. Sekarang kamu mending segera mandi dan berganti baju, enggak mungkin 'kan kamu terus pakai gaun pernikahan?"
"Yaudah."
Isvara baru teringat sesuatu, ia ingat dirinya tidak membawa baju untuk ganti. Bahkan gadis itu tidak membawa apapun dari rumahnya sejak semalam, karena memang sama sekali tidak ada persiapan. Sekarang Isvara bingung harus ganti pakai baju apa.
"Kenapa?" tanya Javas ketika melihat wajah bingung Isvara.
"Saya 'kan nggak bawa baju dari rumah, jadi sekarang saya nggak punya baju buat ganti. Terus saya ganti pake apa?"
Javas menggeleng pelan, tetapi ia tetap tenang karena ia langsung mendapatkan solusinya. "Kamu pakai kaos saya dulu sementara, setelah ini kamu bisa hubungi butik buat beli baju yang bisa langsung dikirim ke rumah."
"Kenapa aku harus pakai baju, Om? Baju Om pasti kebesaran buatku 'kan badan Om lebih besar dari aku."
"Memang kamu mau pakai baju siapa? Baju Mama saya? Baju Kalila? Atau Baju Ineisha, adik kamu?" tanyanya sengaja. Setelah berpikir, ternyata benar juga ucapan Javas. Hingga terpaksa ia akhirnya setuju. Dari pada ia harus memakai baju Tiana, Kalila terlebih baju Ineisha, jelas Isvara sangat tidak sudi memakai barang-barang adiknya itu.
Isvara teringat dengan kejadian tadi, Ineisha hanya diam saja menonton tidak ada membelanya. Padahal jika posisi dibalik, jelas ia akan berusaha membela Ineisha mati-matian. Karena itulah, Isvara semakin yakin untuk melakukan rencananya apalagi sudah terlanjur juga. Dirinya tidak bisa mundur lagi.
"Sekarang kamu mandi dulu, saya carikan baju saya yang bisa kamu pakai sementara," titah Javas yang langsung dituruti oleh istri mudahnya itu.
Tidak perlu waktu lama, Isvara sudah selesai mandi. Namun, gadis itu belum keluar dari kamar mandi. "Om Javas mana bajunya, aku mau ganti baju!" panggilnya dengan berteriak.
Javas yang sudah menyiapkan baju yang bisa digunakan oleh Isvara, langsung meminta gadis itu membuka pintu sedikit. Agar dirinya bisa memberikan bajunya.
"Terima kasih, Om," ujarnya dari dalam kamar mandi.
"Iya," jawab Javas dengan singkat. Di dalam kamar mandi, tanpa melihat dengan seksama bagaimana baju yang Javas berikan. Isvara langsung buru-buru memakainya lalu keluar dari kamar mandi.
Saat sudah keluar dari kamar mandi, baru Isvara sadar bahwa baju yang ia pakai bukanlah baju Javas karena warnanya pink. Tidak ingin penasaran, ia langsung bertanya pada Javas. "Ini bukan baju, Om'kan?"
"Itu benar baju saya kok, baju lama saya lebih tepatnya. Sudah lama tidak saya pakai kaosnya karena memang sudah kekecilan," jawabnya dengan jujur. Javas memang memberikan kaos lamanya yang berwarna pink pada Isvara, pink atau merah muda memang adalah warna untuk perempuan. Namun, tidak ada larangan jika laki-laki tidak boleh memakai warna itu.
"Kalo celananya memang bukan, ukuran celana saya sama kamu beda. Badanmu terlalu kecil, jadi saya putuskan untuk meminjamkan celana milik Chilla saja yang masih baru," lanjutnya.
"Chila?" Isvara jadi bertanya-tanya siapa itu Chilla, karena jujur ia baru pertama kali mendengar nama itu. Gadis itu malah menduga, bahwa Chila itu adalah pacar atau wanita simpanan Javas. Sebenarnya jika benar, Isvara tentu tidak mau memakai celananya. Namun, ia teringat dengan perkataan Javas yang mengatakan celananya masih baru. Jadi sepertinya tidak masalah.
"Putri saya, saudara kembar Chio," jawab Javas yang tahu Isvara pasti penasaran siapa itu Chilla. Tidak ingin istri mudanya berprasangka buruk, hingga akhirnya ia memilih untuk jujur saja.
"Chio punya saudara kembar? Kenapa aku nggak tau?" Javas tidak tahan untuk tertawa, menertawakan kebodohan Isvara lebih tepatnya. "Memang kamu siapanya Chio sampai harus tahu soal Chilla, bahkan Ineisha pun saya yakin tidak tahu siapa itu Chilla sebelumnya. Entah kalo sekarang."
Ucapan Javas sangat menyayat hati Isvara, padahal apa yang dikatakan pria itu tidaklah salah. Isvara memang bukan siapa-siapa Chio, ia hanya teman kampus saja tidak lebih sampai akhirnya Chio menjadi adik iparnya. "Terus di mana dia sekarang? Kenapa tadi tidak dikenalkan padaku dan Ineisha?"
"Chilla ada di luar kota, anak itu lebih suka hidup mandiri. Jadi memutuskan untuk kuliah diluar kota dan hidup mandiri di kota itu."
"Apa ia tidak pulang padahal saudara kembarnya menikah?" tanya Isvara penasaran, padahal ia ingin sekali bisa bertemu dengan saudara kembar Chio itu. Yang pasti gadis itu sangatlah cantik, Isvara yakin soal itu.
"Harusnya sih pulang kalo memang dia tahu, tapi sepertinya tahu makanya tidak pulang. Saya sendiri memang tidak berniat untuk memberitahunya."
Isvara memilih untuk tidak bertanya lagi, ia juga tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan keluarga suaminya. Suara ketukan pintu terdengar, Javas dan Isvara jelas bisa menebak bahwa yang mengetuk pintu kamar mereka adalah Tiana.
mampir juga dikaryaku yuk/Smile/