NovelToon NovelToon
Putriku, Ditawan Preman 1M

Putriku, Ditawan Preman 1M

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Pengasuh / Kontras Takdir / Slice of Life
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Bu Alisa

"Assalamualaikum, ini pak Ahmad. Bapak, anak anda sedang tidak baik-baik saja. Bila anda mau bertemu langsung, dengan anak anda... Serahkan kepada saya 1M secepatnya, jangan banyak alasan. Ketemu di depan gedung Serbaguna"

"Apa! Apa maksud mu! Siapa kau!! "

....

Ahmad Friko, pengusaha sukses setelah ia mengadopsi anak panti asuhan, yang diberi nama Rara, pak Ahmad bekerja dengan serius sampai terkadang lupa dengan kewajibannya untuk mengurus anak. Hingga saat ia bangkrut, ia mendapat pesan dari seseorang bahwa anaknya sedang di sekap, ditawan dan dimintai uang satu milliar, yang jumlahnya tak biasa. Apa yang akan dilakukan Ahmad setelah ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bu Alisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11-Putriku, ditawan preman satu milliar

Selamat membaca kawan-kawan.

"Maaf Pak saya tidak sadar, "

Shafira menutup wajah malu, mencepit tangan sendiri padahal niatnya ingin membalas budi Pak Ahmad kepadanya. Ahmad hanya menyikap Jaz hitam nya lalu berjalan masuk ke dalam, "Tidak apa, ayo acaranya sudah dimulai"

"Baik Pak.. " jawab Shafira langkahnya terbata-bata karena mengikuti Pak Ahmad masuk ke dalam hotel yang baru di bangun itu setelah adzan ashar dikumandangkan. Suara cek sound juga terdengar di telinga para tamu, termasuk beberapa yang sudah lama di sana akhirnya berdiri juga.

Santo, pemilik hotel baru ini menepuk tangan sendiri saat banyak tamu undangan yang ia datangkan semua nya hadir tak tersisa, tak luput juga dari matanya ada segelintir orang yang berpengaruh ikut hadir.

Santo mengambil mic dari MC, sang pembawa acara. "Maaf, gue ambil dulu ya. "

"Tentu Pak... Tentu silakan... " ucap si MC, mempersilakan pria itu sedikit memberikan salam pembuka, Santo tersenyum membenarkan dasinya yang tak tertata sebelum nya. "Assalamualaikum, selamat siang... Eh mau menjelang sore ya? "

"Tapi tak apa, selamat siang semua nya, salam bahagia, dan terimakasih atas kehadiran kalian semua disini bisa membuat acara ini segera di berlangsungkan, saya sebagai pemilik hotel ini, bukan sombong"

Sebagian orang tertawa karena ucapannya. "Bukan sombong apanya, pamer ini namanya... " ucap salah satu tamu pada temannya. Santo langsung melanjutkan ucapannya lagi, "Disini niat saya mengundang kalian adalah suatu hal penting, sangat penting hingga saya sampai meneteskan air mata terharu, "

"Kalian semua sampai libur kerja, atau cuti sehari karena ingin bertemu saya. Hm... Saya sangat terharu... "

"Whuuuu" sebagian ada yang menyahut, karena Santo yang malah mengeluarkan kata fun nya seperti biasa, orang ini suka melawak. Sebagian mendengar saja, "Tak apa, "

"Kalian tak usah malu, jajan juga sudah kalian masukkan ke tas kan? Masih kurang? "

"Enggak! "

"Hm, oke... "

"Aku sebagai pemilik hotel ini akan melangsungkan acara ini, acara mulai saya buka... "

Duk-Duk-Duk ketuk Santo pada mic di genggamannya. Mereka semua langsung menepuk tangan kompak. Sang MC diberikan mic nya lagi, dan mengangguk kecil. "Ya itulah... Pesan pembuka yang diberikan sangat bermakna untuk kita semua, "

"Saya selaku pembawa acara, mengucapkan puji syukur.... "

Seling-seling MC membawakan acara dan memusatkan perhatian seluruh tamu, Ahmad dan asistennya menyempitkan diri di kerumunan sebanyak ini di hadapan mereka, Ahmad berdecak kesal melepis alis tebal nya. 'Sial, kalau gue ga diundang, gue juga ogah kesini... '

Shafira berjalan kelelahan, ia tak bisa terus mengikuti pria itu kemanapun dia mau pergi, saat Ahmad jalan kesana, Shafira harus kesana, saat manajernya ke sana dia juga harus ke sana. Shafira memegang tas di tangan kanannya erat, "Pak... Tunggu saya pak! "

"Ayo cepat. " seru Ahmad, pria itu mencari seseorang yang di pikirnya mungkin juga berada di sini, tapi keberadaan orang yang Ahmad cari seakan selalu menghindar dari pandangan mata pria itu. 'Sial, dimana dia sebenarnya!! '

"Pak... Pak... Kita bisa disini saja? "

"Apa yang sedang anda cari pak? "

"Huh~Huh~Mungkin kita bisa istirahat atau ma-"

"Nanti dulu Sha... Ikuti saya, jangan banyak bicara. " ucap Ahmad, pria itu Membelok-belok kan tubuhnya melewati kerumunan tamu. Meriah nya acara membuat pria itu sedikit kebingungan, apalagi beberapa orang yang tak mengenalnya menyenggol dirinya.

"Eh sorry. " ucap orang itu seolah tak merasa bersalah, Ahmad hanya berdecak walau dalam hati sudah panas dada karena dirinya di senggol. Shafira menelan ludah, pikirnya entah sampai kapan Ahmad berjalan seperti ular zig-zag, zig zag, 'Aduh... Aku capek sekali... '

"Itu dia! "

Ahmad langsung menajamkan kedua alis tebalnya, kedua mata hitam miliknya juga ikut berseteru saat melihat dan menemukan keberadaan orang yang ia cari-cari. Dan orang itu memiliki senyum dan mata terpejam yang menyinarkan semua hati para betina, Ahmad berjalan dan menarik kerah pria itu segera.

"ROMA!!! "

"INI PERBUATANMU KAN!! PERBUATANMU!! "

Shafira melotot kaget, tak menyangka selama lika-liku memutari area yang dipadati tamu ini rupanya atasannya mencari seseorang, dan orang itu adalah orang yang tak boleh sembarangan disentuh. Pak Roma, dia adalah pengusaha paling besar se Indonesia, bahkan di peringkat pertama kemarin pak Roma berjasa membantu perekonomian Indonesia yang berada di ambang krisis, dan katanya pak Roma memiliki dua istri di belakang, tak tau siapa dengan siapa.

Tapi yang Shafira kagetkan adalah, bukankah pak Ahmad dan pak Roma tak memiliki hubungan sama sekali? Shafira juga merasa kalau kedua perusahaan itu tak pernah memiliki kerja sama atau saling mengikat, tapi mengapa? Mengapa pak Ahmad tiba-tiba memberikan perilaku krusial kepada Pak Roma?

"Pak... " seru Shafira menggenggam tangan Ahmad yang malah tambah mengikatkan jemarinya erat ke kerah pria di depannya. Roma yang masih belum ada teka-teki terjawab, pria ini adalah seorang albino Ahmad menggertak gigi.

"Ini perbuatanmu kan?! PERBUATANMU!! "

"A--ada apa ini? "

"Ada apa dengan mereka? "

Seru para tamu mulai mengambil beberapa jepretan untuk dijadikan konten atau di upload ke sosial media, melihat dua pengusaha perusahaan besar di Jakarta mendapat kejadian tak mengenakkan. Apalagi Ahmad sekarang seperti benar-benar tak bisa mengontrol emosi.

Pria di depannya yaitu Roma, malah mulai menipiskan matanya semakin dalam. "Siapa kamu? "

"Oh sebentar, aku ingat... "

"Pak Ahmad... Seorang atasan yang mudah sekali naik pangkat setelah baru saja bekerja kan? Bagaimana, apa sekarang perusahaan itu masih jalan? "

"Sialan! "

"HEI! HEI! HEI! "

Santo segera melerai keduanya, mereka berdua sedang dalam keadaan dan situasi tak tepat. Santo menggosok telinga kesal, karena ada saja hambatan dan drama sinetron di acara yang sudah lama ia bangun agar berjalan lancar. "Kalian berdua ini jangan seperti ini di acaraku! Bagaimana kalau reputasiku hancur karena kalian berdua, mau tanggung jawab? "

"Mom... Itu kan paman Ahmad.." ucap Sindy, pada mom nya sambil mendongak. Ratih menoleh ke depan, dan benar saja itu adalah tetangga mereka yang mereka tahu sendiri bagaimana pria itu di lingkungan mereka, semua warga di perkomplekan rumah yang Ratih tinggali tahu dan jarang melihat Ahmad disini, yang sering meninggalkan anak yang dia angkat sebagai anggota keluarga sendirian di rumah.

'Kenapa dia muncul disini? ' gumam Ratih heran, wanita itu menyenggol suaminya Sepertinya sang suami juga tahu Ahmad itu tetangga mereka, tetapi mereka tak tahu apa pekerjaan pria itu dan mengapa pria itu juga di undang kemari.

"Ma... "

"Apa kita... "

"Jangan mas, "

"Biar mereka saja yang urus, kita tidak ada keperluan dengan mereka. Mas jangan ikut-ikutan, bisa-bisa tambah runyam, disini saja... "

Sindy mengerjap mata kecil, kalau ayah nya Rara ada di sini seharusnya Rara juga ada di sini, tapi gadis itu dimana? Walau Sindy tak menyukai Rara, dan berharap Rara menjauh dari Kita. Sindy sedikit khawatir dengan keberadaan Rara yang tidak masuk selama tiga hari tanpa kabar.

Sindy mendongak lagi sambil memakan brownies di mulutnya, kunyahannya ia telan dulu. "Mom, kalau ada paman Ahmad. Rara juga ada di sini kan? "

"Sayang... " Ratih berjongkok, "Mungkin, tapi... "

Mereka tak tahu apakah Rara di ajak ayahnya atau tidak, karena selama beberapa hari ini pria itu tak pernah pulang, juga rumah selalu ditutup, Ratih mengira kalau Rara mungkin di ajak kemana oleh Ahmad tak berpikir jauh dari luar batas.

Ahmad menggenggam jemari nya sendiri, lalu dia lepas kesamping. Kamera handphone menyorotinya sedang ada di mana-mana, Ahmad berdesis kecil, apalagi sang asisten ikut membelalak dengan aksinya yang terlalu ofensif.

Roma ikut menyibak debu yang ada di Jaz nya, pria albino itu mengusap bibir dengan tisu karena habis minum air putih. "Bagaimana kalau kita duduk-duduk saja pak Ahmad, kita bicarakan dan apa yang ingin anda bicarakan? Kita bisa bicarakan sekarang, tak ada kata terlambat, "

"Masih bisa bicara-"

"Ck, "

"Ya... "

"Pak Ahmad? Ini... Ini pak Ahmad yang menjadi pengusaha setelah bekerja itu bukan? "

"Wah pasti anda orang hebat, tak sia-sia saya mengundang anda juga kemari pak! " alih Santo tersenyum lebar, Ahmad menaikkan sebelah alis. "Ya... Aku disini ingin tahu bagaimana perkembangan hotel luar biasa ini, tak tahu ini juga baru dibangun dan sudah jadi begitu saja, saya sangat senang dengan pencapaian mu pak Santo"

"Wah.. Sangat tersanjung saya mendengarnya... " jawab pak Santo senang. Pria itu melihat keadaan yang sekarang sudah tenang, tak se racau tadi yang sangat kacau balau keadaannya. Santo juga mengkode beberapa tamu lain untuk tidak melanjutkan aksi mereka merekam sembarangan.

Santo membawa pundak Ahmad menjauh dari Roma, karena bila di satukan keadaan pasti bisa gawat kembali. "Begini, apa yang terjadi dengan anda pak Ahmad? "

"Mengapa... Anda seperti itu pada pak Roma? "

"Maaf kalau saya bicara begini, tak sopan? Tapi saya lebih menghormati pak Roma, "

"Jadi... Kalau bisa pak Ahmad jangan seperti itu lagi kepada pak Roma, karena... Kita semua adalah keluarga... Hahaha" ucap Santo tertawa sendiri, Ahmad menelisik dalam wajah lawan bicara di sampingnya lalu mengangguk kecil. "Maksudmu? "

"Haha, kau kira aku sengaja? "

"Ini hanya acting, bagian dari drama kecil-kecilan mu... "

Santo melotot, bagaimana pria di depan nya ini tahu susunan acara yang akan ia selipkan ke dalam demi terkejutan tamu. Santo menggeleng kecil, tak mengira Ahmad melakukan itu karena dirinya tak benar-benar melakukan. "Hah? "

"Itu tak asli? "

"Hanya acting pak Ahmad? "

"Iya aku hanya acting, serius sekali wajahmu. Aku tahu kok, kalau pak Roma adalah tamu terhormatmu, kalau aku acting aku menjadi orang yang tidak terima karena aku bukan tamu terpenting disini... Jelas kan? "

Santo langsung mengangguk, sudah salah paham. Shafira yang mendengar keduanya bercakap di depan, langsung menghela nafas lega. "Hanya drama? Uh... Untung saja... Jantungku mau copot Ya Tuhan... "

Serunya sedikit keras, Shafira melihat Ahmad kembali kepadanya membuat kecanggungan di antara mereka semakin jelas. Apalagi setelah kekacauan tadi yang rupanya hanya plesetan, membuat Shafira ingin sekali jatuh pingsan di tempat. "Pak... Kenapa bapak melakukan itu... Bagaimana kalau orang-orang salah paham sama bapak... "

"Kamu takut? " tanya Ahmad mengangkat sebelah alis menggoda, Shafira menjawab dengan kata terbata-bata. "Sa-saya takut? "

"Tidak itu cuma prasangka buruk bapak. Saya... Saya tidak takut, cuma grogi sedikit... "

"Kalau bapak seperti ini lihat tempat dulu tolong ya pak, jantung saya hampir copot... " ucap Shafira kini terdengar jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ahmad tertawa jelas bak orang tanpa rasa bersalah, "Iya... Maafkan saya ya, kalau begitu tunggu disini. Aku akan meluruskan masalah dulu di depan sana, pasti mereka sudah berpikir yang tidak-tidak... "

"Em... Baik Pak, " ucap Shafira melihat kepergian pria itu yang kini menghadap ke mereka semua yang memandang dirinya sejak awal, Shafira menelan luda kecil semoga acting yang dibawa pak Ahmad tak dikeluarkan lagi.

Mereka semua langsung menghela nafas lega setelah mendengar kalau itu hanya drama, bahkan Santo yang orangnya pelupa malah mengatakan bahwa ucapan Ahmad, selaku temannya adalah bagian dari drama kecil-kecilan nya saja. Hingga suasana pun sudah kembali normal, tak seperti tadi.

Roma juga mengaku ikut dalam drama pembuka ini, ikut menepuk tangan, pria itu tersenyum dalam diam dan melihat sedikit ke arah punggung belakang Ahmad yang sekarang di belakang leher pria itu memerah, "Hm... Menarik juga... "

Bersambung...

1
Joshou
hello guys
Joshou
hello guys tinggalkan komentar ya
Joshou
hei kamu udah like dan sucribe belum!
Joshou
kurang apa lagi coba
Joshou
Hai guys ramein dong
Joshou
udah jangan nangis, orang masih manusia
Joshou
Ahmad mengira dirinya main utama
Joshou
Kok ngilang ya yang bawah sendir8
Joshou
siapa yang kesel?
Joshou
hello Hai ga
Joshou
hello hai
Joshou
hello
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!