"boleh nggak, aku cium kamu?"
"aku ingin melakukannya malam ini denganmu"
WARNING!!!
JANGAN MENJIPLAK, MENGCOPY, MENYALINDAN APAPUN ITU. MARI SAMA-SAMA MENGHARGAI DAN MENGHORMATI KARYA ORANG LAIN.. MAKASIH
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Agashi 김나리, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Setelah kepergian Siska dan Rendi, Aldo memutuskan untuk ke ruang rapat. Karena sudah di telfon Raka.
Karena sebentar lagi akan diadakan rapat untuk membahas tentang bazar kampus yang akan dilaksanakan 3 hari lagi.
"Maaf saya terlambat 5 menit" Ucap Aldo datar langsung duduk di bangku depan.
"Ini kak, daftar yang ikut bazar. Ada 70 peserta" Fitri sang sekretaris BEM memberikan dokumen berisi daftar peserta bazar.
"Oke terima kasih" Aldo menerima dokumen tersebut.
"Baiklah, ini file nya mana?" Sambungnya.
"Sudah kak. Datanya sudah ada di laptop saya. Nanti saya kirim ke email kak Aldo"
"Baik.. Kalau seperti itu apa ada yang perlu ditambahkan lagi?"
"Tidak" jawab serentak.
"Ya sudah kalau begitu. Kita tutup dulu rapat hari ini.. Besok atau lusa kita adakan rapat lagi setelah saya melihat dokumen ini. Nanti kamu kirim datanya ke saya" Aldo berdiri dan hendak menutup rapat.
"Sekian rapat hari ini.. Terima kasih atas kerja sama kalian, semoga acara kita bisa berjalan dengan baik"
Aldo meninggalkan rapat dengan sedikit tergesa gesa.
"Lah gitu doang rapatnya?" timpal anggota lain.
"Ngapa tuh muka si Aldo kek beban keluarga aja, jadi kek madesu nggak kayak biasanya" Raka masih tak paham.
Baru kali ini diadakan rapat hanya 10 menit, biasanya Aldo akan marah marah dulu.
"Hai.. Sayang" panggil Viona mengagetkan.
"Sejak kapan kamu disitu?" Aldo menhernyitkan dahi.
"Emmm..10 menit yang lalu mungkin" Viona merangkul lengan Aldo.
"Aku kangen sama kamu tau.." ucapnya manja.
"Kita makan yuk sayang.. Aku laper" Viona bergrlayut di lengan Aldo.
"Boleh.."
Sepasang kekasih itu pergi meninggalkan kampus karna sudah tak ada kegiatan lagi dan menuju ke cafe langganan mereka.
"Sis, sebenernya lo ada hubungan apa sama si ketua BEM sih?"
Rendi dan Siska sudah duduk di taman kampus.
"Dia mantan gue waktu sekolah di Bandung dulu. Nggak taunya ketemu lagi di kampus ini"
"Emang kenapa kalo ketemu lagi? Apa dia masih suka sama lo?"
"Brengsek juga dia kalo masih ngejar ngejar lo. Dia aja udah punya pacar" Rendi menatap wajah cantik Siska yang termenung.
"Nggak tau lah Ren. Gue males bahas dia"
"Gue minta maaf ya Ren, atas nama Aldo. Gue jadi nggak enak lo jadi kebawa masalah gue" Sambung Siska.
"Kenapa lo yang minta maaf, harusnya kan dia. Kalo emang dia beneran cowok ya harusnya dia dong yang ngakuin kesalahannya" Rendi makin dongkol.
"Oiya.. gue harus ganti rugi lo nggak? Berapa biaya obatnya?" Menatap Rendi dengan muka cemas.
"Boleh deh. Tapi nggak pake uang"
"Terus pake apa?" mengerutkan kening.
"Lo harus mau gue anter pulang. Gue nggak yakin lo pulang sendiri, ntar kalo di jalan lo di apa-apain sama Aldo lagi gimana"
"Emmm.. Gimana ya Ren" Siska berfikir keras.
Jika ia diantar Rendi otomatis nanti Rendi bakal tau tempat tinggalnya dan Aldo kan bisa gawat.
"Lain kali aja deh Ren.. Gue naik bus aja"
"Oh, gapapa. Kalo gitu gue nggak mau maafin dia" Rendi benjak pergi.
"Ren tunggu!!" Siska mengejar Rendi.
"Oke deh lo boleh anter gue pulang. Tapi sorry gue nggak bisa kalo ngajak lo mampir"
Persetan masalah tempat tinggal, asal Rendi masih mau memafkannya.
"Tenang aja Sis. Tugas gue memastikan lo aman aja" wajah Rendi berbinar setelah mendapatkan lampu hijau.
Sampai jam kuliah terakhir, raut muka Rendi selalu berbinar menatap wajah cantik Siska.
Di parkiran kampus..
"Ren, gue nebeng ya" Anggi memegangi lengan Rendi.
"Awas nggak lo! Gue mau pulang bareng Siska" Rendi mengibaskan lengannya.
"Hah!! Beneran Sis? Ekhmmm.. Jangan-jangan kalian"
"Nggak.. Gue punya utang sama Rendi makanya dia nganter gue pulang" sergah Siska cepat.
Rendi mengulurkan helm untuk Siska pakai.
"Utang? Utang apaan?"
"Ganggu lo! Dah sana minggir" Rendi mengusir Anggi.
"Ccckk!! Iyadeh yang mau pedekate. Sis, hati-hati ya lo"
Siska menggangguki, Rendi langsung melajukan motor sport nya meninggalkan Anggi yang berdiri mematung.
"Gercep juga tuh Marjuki" Anggi melenggang pergi meninggalkan kampus.
Di perjalanan..
"Ckk.. Lo kalo jatuh, gue nggak tanggung ya"
"Kok gitu?" Siska mengerutkan kening.
"Yang bener dong pegangannya. Mana tangan lo? Kayak gini nih" Rendi meraih tangan Siska dan melingkarkan ke perutnya.
"Ehh, Ren"
Siska hendak melepaskan namun Rendi memeganginya kuat.
"Dah lo diem aja" Siska hanya menurut.
"Sis, lo tinggal di apartemen sendiri?"
"Iya.. Orang tua gue kan di Bandung" jawabnya agak kencang takut Rendi tak mendengarnya.
"Ooooo" Tak ada percakapan lagi sampai depan halaman apartemen.
"Dah sampai, makasih banyak ya Ren. Gue jadi hemat ongkos" Siska mengulas senyum manis.
"Santai aja. Lo kalo ada perlu apa-apa panggil gue aja, gue siap deh. Kalo mau sekedar jalan-jalan biar nggak bosen lo di apartemen doang. Biar lo juga hapal jalanan sini" Rendi menawarkan diri.
"Iya iya... Gampang deh, yaudah gue masuk dulu ya Ren. Lo hati-hati pulangnya"
Siska melambaikan tangan, sementara Rendi langsung melajukan motor nya.
"Bagus ya.. Udah main bawa pulang cowok lain"
Sampai di depan lift Siska di kagetkan dengan suara bariton dari arah belakang.
"Aakkhh!! Aldo jantung gue hampir copot tau!!"
"Sekarang lo udah antar jemput nih sama tuh cowok?!"
Siska masih tak bergeming, ia malas meladeni Aldo apalagi ini masih di tempat umum.
Sampai di kamar..
"Lo belum jawab pertanyaan gue ya!"
"Jangan jadi wanita gampangan, ini tuh apartemen gue. Seenaknya aja lo minta cowok buat nganter lo kesini!!" Aldo meninggikan suaranya.
"Atau emang lo udah di apa-apain sama dia? Sejauh mana hubungan lo sama cowok brengsek itu, hah??!!" Aldo ber api-api.
"Cukup ya Al!! Gue muak sama tuduhan lo!! Mau lo apa sebenernya?"
"Ya lo ngomong sama gue. Kenapa setiap waktu lo sama dia terus?"
"Emangnya kenapa? Dia cuma nawarin buat pulang bareng" Siska menaruh tas dan buku kuliahnya di rak meja.
"Ohh, sekarang gue tau. Lo emang gampangan jadi cewek. Dulu lo selingkuh dari gue, sekarang ada yang baik juga lo embat? Dasar cewek murahan!"
Plaaakkkk
Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Aldo, Siska sudah tak tahan dituduh seperti itu. Bukan hanya sekali, tapi dua kali dengan orang yang sama.
Air mata Siska sudah tak dapat di bendung lagi. Kali ini benar-benar sampai hati Aldo mengatai Siska yang notaben nya sudah sah menjadi istrinya.
Siska pergi meninggalkan apartemen dengan perasaan marah dan kecewanya.
Beberapa kali ia menghapus air matanya.
Entah ia akan pergi kemana, tapi ia pastikan tidak akan menginjakkan kakinya di apartemen itu lagi sebelum Aldo berlutut dihadapannya untuk meminta maaf.
Siska hanya membawa jaket dan sling bag yang berisi dompet serta hp, ia berjalan tanpa arah sambil sesenggukan.
Di dalam apartemen..
"Aaarrgghhh!!!" Aldo mengacak rambutnya.
Ia merasa sudah kelewatan menuduh dan mengatai Siska.
"Biarin deh, palingan juga bentar lagi dia bakal balik. Lagian dia kan nggak punya tujuan. Gue tungguin sampai maghrib"
Meski berkata seperti itu, tetap hati Aldo tak tenang. Kadang ucapan tak sesuai dengan kehendak hati.
Jam 5 sore hujan lebat, Aldo yang masih menyibukkan diri dengan pekerjaan kantor seketika dibuat khawatir. Karna Siska juga belum balik ke apartemen.
"Gue telpon aja kali ya, tapi pasti nggak bakal diangkat sama dia"
"Coba aja deh" Aldo mencari nama Siska di hp nya.
NEXT...