WANITA BERCADAR ( ISTRI DAN IBU TERBAIK )

Annisa terbangun dari tidurnya, dia tidak tau sejak kapan tidurnya berubah, semalam saat dia tertidur, dia ingat dengan jelas jika tidurnya membelakangi suaminya sambil dipeluk dari belakang tapi saat ini posturnya berubah, dia tertidur menghadap suaminya sambil saling memeluk seperti postur tidurnya semasa kecil bersama ibunya.

Dia tidak menyangka saat dewasa ada yang menggantikan ibunya untuk memeluknya seperti ini.

Perlahan dia mengangkat wajahnya dan menatap rahang seorang pria yang saat ini sudah sah menjadi suaminya dan setelah semalam semuanya semakin lengkap. Mata Reyhan masih tertutup rapat tidak ada tanda-tanda akan bangun.

Dia bergerak sedikit, ingin mandi lebih dulu baru membangunkan suaminya biar malunya sedikit berkurang. Tapi belum terlepas dari tangan suaminya, suaminya ini membuka mata menatapnya dan melihat gerakan canggungnya.

Annisa tidak berani menatap matanya, karena kegugupannya, saat dia buru-buru turun dari tempat tidur, dia tersandung tapi tidak terjatuh karena kecepatan tangan Reyhan.

Reyhan memegang tangannya, "Hati-hati," ucapnya

"Umm..." Annisa melepaskan tangannya, "Kalau begitu, Nisa mandi dulu," dia menunjuk arah kamar mandi dengan salah tingkah.

Reyhan tersenyum mengangguk, dia duduk menyandar di tempat tidur.

Rasanya apa yang terjadi tadi malam atau lebih tepatnya beberapa jam yang lalu seperti mimpi.

Dia juga sedikit gugup, saat akan tidur tadi malam, dia sempat berpikir bagaimana akan menghadapi Annisa di pagi hari, gugupnya akan terlihat jelas.

Annisa menyelesaikan mandinya, dia keluar hanya memakai handuk, keduanya salah tingkah saat saling menatap dan mengalihkan pandangan kearah lain.

Tubuh yang selalu ditutupi pakaian syari terlihat putih pucat terlihat dari pundaknya.

Annisa tidak membawa pakaiannya ke kamar mandi jadi hanya memakai handuk, awalnya dia ragu ingin keluar tapi tidak baik berlama di kamar mandi jadi memberanikan diri keluar hanya dengan memakai handuk.

Mengambil kesempatan saat suaminya menoleh kearah lain, dia membuka lemari dan mengambil pakaian syari nya.

Reyhan sendiri sudah berlalu ke kamar mandi, di balik pintu kamar mandi dia menyentuh dadanya, jantungnya berdetak cepat dan kencang. Padahal sebelumnya dia sudah pernah melihat tubuh istri pertamanya yang kadang tanpa malu telanjang di depannya tapi rasanya ini sangat berbeda. Dia tidak mengingat tubuh istri pertamanya, dia hanya mengingat tingkahnya yang sangat berbeda dari Annisa yang memang tidak fulgar tapi membuatnya gugup.

Annisa keluar dari kamar tidur setelah rambutnya sedikit kering dan berjalan ke kamar Syifa ingin membangunkannya untuk sholat subuh bersama.

Syifa terlihat sangat mengantuk dan lelah jadi dia tidak memaksanya, dia berjalan keluar dari kamar Syifa dengan suara pelan, menutup pintu pun pelan.

"Syifanya mana?" tanya Reyhan saat keluar dari kamar setelah mandi dan berpakaian, dia melihat Annisa keluar sendiri jadi langsung bertanya.

"Dia gak mau, bicara saja sambil masih sambil pejam, Syifa juga masih kecil gak apa-apa untuk saat ini," ucap Annisa

"Iya ngajarinnya pelan-pelan saja, waktu di rumah Omanya juga belum terlalu ditekankan," kata Reyhan

Annisa dan Reyhan sholat subuh berdua.

Selepas sholat seperti biasa Annisa mencium tangan Reyhan. Kali ini gugupnya sedikit berkurang karena ini sudah kali ketiga mereka sholat bersama.

Annisa tersenyum menatap Reyhan, begitupun Reyhan yang tersenyum hangat membalas senyuman itu.

Reyhan masih tidak percaya bisa menikah dengan wanita seperti Annisa. Dia menggeser tubuhnya supaya duduk semakin dekat ke Annisa dan langsung memeluknya erat.

"Tiada hentinya Abi mengucap syukur punya istri seperti Ummi," ucap Reyhan mengubah panggilannya.

"Ummi juga bersyukur punya suami seperti Abi dan punya anak seperti Syifa," kata Annisa, dia ikut memeluk erat

Ternyata benar apa yang Mama bilang jika mencari istri harus melihat cara berpakaiannya, tutur katanya dan juga ahlaknya. Saat menikah dengan Denada, dia sudah tidak suci lagi berbeda dari Annisa yang hal apapun akulah yang menjadi orang pertama baginya batin Reyhan

*

Annisa menyiapkan sarapan, lalu masuk ke kamar mengambilkan suaminya pakaian.

Reyhan pun mengganti pakaiannya ditemani istrinya ini yang bersiap memasangkan dasinya.

Annisa belum terlalu lihai dalam memasang dasi karena baru beberapa hari lalu ibunya mengajarinya, ibunya berkata dia harus bisa memasang dasi dengan baik karena suaminya seorang pekerja kantoran.

Annisa juga masuk ke kamar Syifa, Syifa sudah bangun.

Syifa tersenyum karena saat bangun dari tidurnya, orang pertama yang dilihatnya adalah Annisa.

"Ummi," panggilnya

"Kita mandi dulu sayang," kata Annisa sambil mengangkat Syifa

Seperti biasa Annisa memandikannya dan mengurus pakaiannya.

Mereka keluar dari kamar, Reyhan sudah duduk di meja makan sibuk menelpon.

Annisa dan Syifa juga duduk di dekatnya tapi tidak mengganggu pembicaraannya di telpon.

Reyhan menyudahi telponnya dan langsung tersenyum menatap keduanya. Kedua perempuan tercintanya setelah mamanya.

"Kita makan sekarang!" ajak Reyhan

Annisa mengangguk dan mengambilkan nasi goreng untuk keduanya.

"Mau telurnya?" tanya Annisa pada keduanya

Keduanya mengangguk bersamaan.

"Ummi nanti makan siang lauk ikan bakar ya! Seperti waktu di rumah nenek Aisyah," pinta Syifa

"Iya, kebetulan kemarin Abi beli banyak ikan nanti Ummi buatin ikan bakarnya," kata Annisa

Reyhan tersenyum melihat interaksi keduanya yang sedikitpun tidak ada kecanggungan, seperti interaksi anak dan ibu kandung.

Mereka makan tanpa berbicara, Annisa masih belum terbiasa makan tanpa cadar di depan orang lain selain keluarga kandungnya. Masa 5 tahun tidaklah lama tapi itu bisa membuatnya terbiasa dengan cadarnya. Dia masih merasa sedikit malu mengunyah makanan di depan suami ini, apalagi suaminya ini sering memperhatikannya saat makan jadi dia sedikit salah tingkah jika diperhatikan.

*

Di depan rumah, Reyhan memanaskan mobilnya sebelum berangkat, Annisa dan Syifa menunggunya hingga akan berangkat. Mereka duduk di kursi santai depan rumah, keduanya sedang makan buah yang kemarin dibeli oleh Reyhan.

Reyhan mendekat ke arah mereka dan ikut duduk.

Annisa mengupas apel lagi lalu memberikannya pada suaminya yang sudah duduk di depannya.

Reyhan tersenyum, dia jarang dilayani saat makan apalagi hanya makan buah santai yang biasanya dia makan langsung gigit tanpa kupas.

Ternyata punya istri bisa sebahagia ini, apa-apa selalu disiapkan tanpa diminta.

"Ummi bisa bawa mobil gak?" tanyanya

"Bisa sedikit," jawab Annisa yang masih sibuk mengupas, apel yang dipotong-potongnya habis dengan cepat.

"Punya SIM gak?" tanya Reyhan lagi.

Annisa menggeleng, "Belum sempat buat, kan baru beberapa bulan kembali,"

"Ya sudah Abi berangkat dulu," ucap Reyhan saat menatap keduanya. Dia menghentikan pembicaraan tentang mobil.

Annisa hanya bingung dengan pertanyaan Reyhan tadi yang gak dilanjutin lagi.

Annisa mencium tangan Reyhan begitu juga Syifa.

Reyhan tersenyum, tangan kanannya memegang wajah Annisa yang sudah tertutup cadar lagi, tangan kirinya memegang wajah Syifa dengan agak lama sampai akhirnya dia mencium kening Annisa lalu kening Syifa.

"Pergi dulu," ucapnya

Annisa mengangguk.

Seperti enggan pergi, dia berjalan pelan menuju mobilnya.

"Assalamu'alaikum," ucap Reyhan sebelum menjalankan mobil.

"Waalaikumussalam," jawab Annisa dan Syifa

Annisa dan Syifa masuk ke dalam rumah setelah mobil mulai jalan dan menjauh.

Annisa langsung mengumpulkan pakaian kotor dan juga spraynya yang sudah ternoda.

Syifa bermain sendiri di lantai di luar kamar.

Annisa melewati Syifa yang lagi main, dia berhenti sebentar.

"Ummi beres-beres rumah dulu ya," ucapnya

Syifa mengangguk, dia memainkan mainan masak-masak.

Saat memasukkan pakaian, Annisa tersenyum mencium baju Reyhan sebelum memasukkannya ke tempat cucian. Dulu bau ini hanya tercium samar saat tertiup angin tapi sekarang dia bisa menciumnya selalu, secara langsung di orangnya atau di pakaiannya yang belum dicuci.

Dia melakukan semua pekerjaan rumah hingga terakhir memasak makan siang untuk mereka.

Sesekali dia melihat Syifa yang masih bermain,