NovelToon NovelToon
TERBAKAR PESONA ZARA

TERBAKAR PESONA ZARA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Teen School/College / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Telo Ungu

"Kenapa selalu gue yang harus ngertiin dia? Gue pacar elo Marvin! Lo sadar itu ga sih? Gue capek! Gue muak!" ucap Ranu pada kekasihnya dengan nada marah.

"Maafin gue, Ranu. Gue ga maksud buat ngerebut Kara dari elo" Zara menatap takut takut pada Ranu.

"Diem! Gue ga butuh omongan sampah elo ya" Ucap Ranu dengan nada tinggi.
.
.
.

"Shit! Mati aja elo sini Zara!" hardik Fatiyah setelah membaca ending cerita pendek tersebut.

Fatiyah mati terpanggang setelah membakar cerpen yang dia maki maki karena ending yang tak dia sukai. Dia tidak terima, tokoh kesayangannya, Ranu harus mati mengenaskan di akhir cerita. Tapi, siapa sangka kalau Fatiyah yang harusnya pergi ke alam baka malah merasuki tubuh Zara. Tokoh yang paling dia benci. Bagaimana kelanjutan kisahnya. Kita lihat saja. Apakah Fatiyah bisa menyelamatkan tokoh favoritnya dan mengubah takdir Ranu? Apakah dia malah terseret alur novel seperti yang seharusnya?

sorry guys, harus revisi judul dan cover soalnya bib...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Telo Ungu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23 Kita Putus!

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Semua siswa Pelita Bangsa berbondong bondong keluar kelas menuju tujuan yang sama. Yups, parkiran dan gerbang sekolah. Begitupun dengan Zara. "Zara! Tunggu!" Lengkara mencekal tangan Zara saat cewek itu melewatinya begitu saja.

Oh ya, Zara lagi lagi memilih pindah tempat duduk. Dia sekarang tidak lagi duduk bersama Lengkara. Zara duduk bareng Hisbi. "Lepasin gue!" ucap Zara datar.

"Nggak akan gue lepasin kalau elo ga ngasih waktu buat gue ngomong sama elo" keukeuh Lengkara.

Siswa di kelas ini sudah keluar semua hanya menyisakan mereka berdua saja. "Gue ga mau ngomong apapun lagi sama elo Lengkara!" Zara memberi penekanan nada di setiap kata yang dia keluarkan.

Zara menyentak kasar tangan Lengkara. Ia juga menatap sengit pada cowok itu. "Drama apalagi yang ingin tokoh antagonis ini perbuat. Tidak cukupkah dia berpura pura selama ini. Huh! Dia pikir gue bakalan luluh atau takut padanya. Cuih!" batin Zara.

"5 menit" Zara menunjukkan kelima jarinya di depan wajah Lengkara.

"Maksudnya?" tanya Lengkara bingung dan tidak mengerti arah omongan Zara.

"4 menit, elo minta waktu kan. Cepetan ngomong, gue ada janji habis ini" pungkasnya.

Lengkara terdiam. Cowok itu sepertinya bingung ingin memulai darimana. Terlalu banyak hal yang ingin dia tanyakan. Namun, otak dan mulutnya tiba tiba tidak sinkron begini.

"3 menit. Waktunya terus berjalan Lengkara. Cepat ngomong, atau gue tinggal!" ancam Zara dengan mata yang dibuat melotot selebar mungkin. Sialnya, itu malah terlihat menggemaskan di mata Lengkara. Lengkara berusaha menahan tangannya untuk tidak mencubit pipi Zara saking gemasnya dia pada gadis itu.

"Kenapa elo menghindari gue? Disini gue masih pacar elo, Zara" Lengkara menyusupkan tangannya ke pipi Zara. Ia mengeluarkan dengan penuh perasaan dan kelembutan.

Zara memegang tangan Lengkara dan menjauhkannya dari pipinya. Zara tertawa pelan. "Emang dari awal elo ada nganggep gue pacar elo? Wow, gue ga nyangka. Gue pikir gue aja yang punya pikiran seperti itu. Gue terkejut banget nih" ucap Zara heboh dengan nada mengejek.

Mendengar nada ejekan dalam ucapan gadis itu, Lengkara kontan mengernyitkan dahinya bingung. Lengkara terheran heran melihat respon Zara yang tidak biasa. "Maksudnya?"

"Lengkara, sudahi sandiwara elo. Gue udah tahu semuanya" seru Zara.

"Gue tahu kalau selama ini cuma pura pura menerima gue jadi pacar elo. Buktinya elo ga pernah menghargai pemberian gue. Bekal yang gue siapkan dengan tangan gue sendiri malah elo kasih ke temen. Lengkara, kenapa hal sekecil ini aja harus bohong sih" sambungnya.

Tubuh Lengkara menegang di tempat. "Zara, gue__"

"Ssssst, ga perlu Lengkara. Ga perlu ngeles lagi. Gue udah tahu kok" Zara menahan Lengkara berbicara dengan jari tangannya yang ia tempelkan di bibir cowok itu.

"Seharusnya dari awal elo bisa jujur sama gue. Kalau elo ga suka sama segala perhatian gue. Dengan begitu, gue akan mundur teratur. Gue nunggu elo buat minta maaf semingguan ini. Gue tunggu apakah elo bakalan peka sama kesalahan elo. Rupanya, ga ada sedikitpun rasa bersalah ya di hati elo, Lengkara. Jadi, gue rasa mungkin emang ini waktunya buat gue mundur dari hidup elo, Kara. Selamat tinggal" Zara tersenyum tipis. Dia membalikkan badannya. Lalu melangkah pergi menuju pintu kelas.

Baru saja ia mencapai pintu kelasnya, Lengkara dengan cepat mencegah langkah Zara. Lengkara memeluk tubuh kecil Zara dari belakang.

"Nggak, Zara. Jangan bilang elo mau putus dari gue. Gue ga mau kita putus gitu aja" kata Lengkara panik.

Zara yang dipeluk tiba tiba tentu saja jantungnya hampir copot rasanya. Sial! Kalau begini dia bisa goyah imannya, pikir Zara.

"Lepasin gue Kara! Lepas!" sentak Zara berusaha melepaskan pelukan erat Lengkara.

"Nggak! Nggak akan gue lepasin sebelum elo tarik kata kata elo itu. Elo ga boleh pergi dari hidup gue Zara. Elo pacar gue. Elo milik gue!" bisik Lengkara di telinga Zara.

"Ga ada yang bisa ubah keputusan gue. Bahkan elo sekalipun. Kalau gue mau putus. Ya putus!" Zara menginjak kaki Lengkara keras hingga cowok itu memekik kesakitan.

Disaat itulah, Zara memanfaatkan momen untuk lepas dari pelukan Lengkara.

Zara berlari sekuat tenaga menghindari Lengkara. "Zara! Berhenti!" teriak Lengkara dengan suara menggelegarnya.

Lengkara berlari menyusul Zara dengan langkah terpincang pincang. Rasanya jadi kakinya kebas dan berdenyut nyeri. Sepertinya Zara menginjaknya dengan penuh emosi.

Zara terus saja berlari menjauh dari Lengkara. Tujuan utamanya dalah pintu gerbang utama sekolah. Dia terus berlari di lorong sekolah. "Sial! Gue baru sadar kalau sekolah ini ternyata luas banget. Kenapa pintu gerbang jauh banget sih. Kaki gue udah sakit dibawa lari terus menerus" keluh Zara dalam hatinya.

"Zara! Elo ga akan bisa lari dari gue manis. Kelinci kecil gue berlari-lah sekencang mungkin. Jangan sampai elo tertangkap sama gue. Kalau elo tertangkap, ga akan ada hari tanpa Lengkara dipikiran elo" teriak Lengkara yang masih setia berjalan dengan tertatih tatih dan tawa yang menggelegar.

"Sia*an Kara! Antagonis as*. Elo bikin gue merinding sebadan badan. Lengkara kenapa jadi kayak orang gila psikopat gini sih" gumamnya pada diri sendiri.

Zara terus berlari sekuat tenaganya. Kakinya sebenarnya terasa goyah saat mendengar ucapan Lengkara. Zara sesekali melihat ke belakang. Dia masih bisa melihat dari kejauhan Lengkara berjalan santai sambil tersenyum penuh misteri.

"Gerbang sialan! Sekolah as* kemana semua orang. Kenapa sepi gini woy. Gue udah kayak lagi syuting film horor. Tapi, Lengkara lebih horor dari setan!!!!" pekiknya frustasi di sela sela napasnya yang mulai ngos-ngosan.

Zara memelankan laju larinya. Lalu, ja berhenti berlari sejenak setelah melihat Lengkara yang sudah tak nampak di belakangnya. Zara mengandarkan tubuhnya di tembok ruang guru. "Capek banget hosh, hosh! Pengen nangis rasanya ya Tuhan. Kaki gue ngilu" Mata Zara memerah menahan tangis.

Tubuhnya yang awalnya berdiri sembari menyadar pada tembok berubah posisi. Kini, tubuh Zara meluruh di lantai. Ia jatuh terduduk. Lalu menekuk kakinya. Tangannya ia lipat di atas lututnya. Selanjutnya Zara menyusupkan kepalanya di dalam lipatan tangannya.

Tangisan Zara pecah seketika. Saking pecahnya Zara menangis tergugu sendirian. Ia merasa frustasi dengan semua hal yang telah dialaminya selama berada di dunia cerpen ini. Zara melampiaskan rasa frustasinya dalam tangisannya.

Beruntung sekolah sedang sepi, jadi Zara tidak akan merasa malu dilihat orang lain. Tapi, Zara seakan lupa dengan dunia sekitarnya. Lupa kalau dia sedang dikejar kejar Lengkara. Lupa kalau dia juga sudah ad janji dengan Hisbi di cafe depan sekolah.

Zara begitu larut dalam kesedihannya. Dia tidak menyadari kalau Lengkara sudah berada di belakangnya. "Mau lari kemana kelinci kecilku? Hmm?" bisik Lengkara pelan di kuping Zara.

Sontak saja, tubuh Zara menegang seketika. Suara tangisan Zara makin kuat. Ia benar benar ketakutan dengan Lengkara mode ini. "Cup, cup, kenapa nangis cantik. Capek ya lari lari dari gue? Kakinya pasti sakit banget ya. Sini, sini gue gendong" bujuk Lengkara dengan lembut.

Suara lembut yang Lengkara keluarkan malah terdengar seperti suara setan di telinga Zara. Zara berusaha memberontak di sisa sisa tenaganya. "Le-lepasin gue, Kara. Please" ucap Zara memohon disela sela tangisannya.

"Zara, tenang. Gue ga akan apa-apain elo. Percaya sama gue"

Zara menggelengkan kepalanya tak percaya. Tangannya terus memukul dan mendorong dorong tubuh Lengkara yang berusaha mendekapnya.

"LEPASKAN ZARA! LENGKARA ARYA MOHAN!" Teriak seseorang yang tak disangka sangka oleh keduanya. Baik Zara dan Lengkara langsung menolah ke sumber suara. Mata Zara menatap orang itu dengan penuh harapan.

Seperti terhipnotis, Lengkara melepaskan pelukannya dari tubuh Zara. Zara yang menyadari hal itu seperti mendapatkan alarm peringatan kalau ia harus cepat cepat pergi. Dengan sisa sisa tenaganya, Zara memaksakan kakinya yang sakit untuk berlari ke arah orang tersebut.

Zara berlari dan melompat ke arahnya. Refleks Zara memeluk tubuh orang tersebut erat. Seperti meminta perlindungan. Tangannya mencengkram seragam orang tersebut dengn keadaan gemetar.

"Cukup, Lengkara. Sadar! Elo udah bikin Zara ketakutan seperti ini! Cukup!" kata orang itu dengan nada tegas tak ingin dibantah.

TBC

1
Nur Adam
lnjut
Cicih Sutiasih
aku mampir😊
Telo Ungu: terima kasih sudah mampir. love love
total 1 replies
Ayari Khana
Keren parah!
Telo Ungu: wow, terima kasih kak
total 1 replies
bea ofialda
Aku suka banget tokoh utamanya, terasa sangat hidup. ❤️
Telo Ungu: terima kasih komentarnya kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!