Apa jadinya jika seorang gadis remaja sudah bisa mengeluarkan ASI? Ya hal itu yang dialami oleh Shireen. Entah keajaiban darimana, tiba-tiba gadis berparas cantik nan manis itu bisa mengeluarkan ASI. Ia sadar dengan keanehannya, setelah sesaat ia bangun dari koma. Ia memberikan ASInya itu kepada bayi kembar seorang duda. Siapa sangka justru pertemuan Shireen dengan Sugar Daddy itu menjadi sebuah ikatan cinta.
Lantas siapakah seorang duda itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran
Di kantor.
Tiba-tiba Anton dipanggil oleh atasan. Ya, pemimpin perusahaan tempat ia bekerja. Saat ini ia pun, tengah berjalan menuju ruangannya.
"Ada apa Pak Samuel manggil gue? Apa dia mau membicarakan tentang Shireen? Pasti dia ketagihan. Aku rasa Shireen kasih keperawanannya semalam. Argghh nyesel gue ngenalin Shireen pas dia cari ibu ASI buat anaknya. Kalo begini gua gak bisa ngerasain keperawanan adek ipar gue!" gumamnya sepanjang ia melangkah.
"Permisi Pak!"
"Ya, masuk!"
Anton pun berhadapan dengan pemilik perusahaan ini. "Ada apa Bapak memanggil saya?"
"Apa kamu bisa menelpon dan memanggil adik iparmu itu untuk datang ke sini? Ada sesuatu hal yang ingin saya bicarakan," ucap Samuel.
"Memangnya ada Pak? Biasanya di jam segini, Shireen masih di sekolah. Jika ada sesuatu yang ingin disampaikan, bisa titip dengan saya. Nanti juga saya sampaikan dengannya di rumah," balas Anton.
"Ini privat."
'Mau seprivat apapun gue pasti tau nanti,' batin Anton jengkel.
"Oh, baik Pak. Nanti sepulang sekolah saya akan telpon untuk menyuruhnya ke kantor."
"Kalau dia sudah sampai, hantarkan dia ke ruangan saya ya!"
"Baik Pak. Kalau begitu saya permisi dulu."
***
Semua murid sudah berhamburan keluar gerbang sekolah, sedangkan saat ini Shireen masih menunggu kedua sahabatnya yang masih di dalam kelas.
Tiba-tiba terdengar suara ponselnya berdering. Panggilan dari suami kakaknya.
"Tumben si mesum nelpon gue?" gumamnya.
Ia pun mengangkat dengan sangat malas.
"Ada apa?" ketusnya.
'Reen, kamu diminta datang ke kantor Pak Samuel. Katanya ada sesuatu yang mau dibicarain sama dia.'
"Ok!"
Setelah itu, Shireen pun mematikan panggilan itu.
"Hmmm apa mungkin gue disuruh buat nyusuin anaknya lagi? Tapi bisa jadi diminta tanggung jawab karena anaknya kenapa-kenapa. Pasti dia minta balikin uangnya. Yaudah deh, mending gue langsung datengin ke kantornya."
Sesampainya di kantor.
Shireen dihantar oleh resepsionis menuju ruangan Samuel. Sebelumnya resepsionis itu sudah diberitahu oleh Anton, bahwa ada seseorang yang akan menjumpai sang pemimpin.
"Permisi Om ...."
"Masuklah!"
Setelah sampai di ruangan, Shireen segera masuk.
"Duduk!"
Shireen duduk menghadap Samuel. Jujur, ia mengakui bahwa sugar daddy itu memang sangat tampan. Terlebih saat Shireen melihatnya memakai pakaian formal seperti ini. Bagi Shireen ini sungguh berwibawa dan berkharisma.
"Ada apa Om? Bayi Om mual-mual dan diare lagi ya? Maaf ya Om, saya janji bakal balikin uang Om yang semalam."
Samuel menautkan alisnya. Ia masih bersandar santai, sedangkan gadis yang berada di hadapannya ini, sudah merocos terlebih dulu.
"Tidak. Aku memanggilmu bukan untuk soal itu. Justru aku menawarkan sesuatu padamu ...."
Ucapan yang menggantung dari Samuel itu, seakan membuatnya penasaran. Shireen pun menunggu kelanjutan ucapannya. "Aku ingin menawarkan padamu untuk menjadi ibu ASI bayiku. Ternyata, setelah aku pikir air susumu itu cocok dengan perut kedua bayiku. Jadi bagaimana? Kau mau?"
Shireen tercengang. Ternyata prduganya salah. Mungkin ini adalah suatu yang membuat kakaknya bahagia. Namun, ia bimbang. Ia takut tidak mampu menyusui dua bayi setiap saat.
"Hmm, baik Om. Aku mau."
"Tapi, aku mau kau tinggal bersamaku di rumah. Kau masih bisa sekolah dan bermain sesuka hatimu di luar. Tugasmu hanya menyusui saja setiap anakku haus. Untuk bayaran, aku akan lipatgandakan dari jumlah semalam dan itu aku hitung setiap kau menyusui."
Mendengar itu Shireen sangat tertarik, terlebih bayarannya begitu besar. Bahkan ini bisa dianggap pekerjaan emas untuknya. Namun yang menjadi masalah, ia ragu untuk tinggal bersamanya. Berhadapan saja ia masih canggung dan sedikit takut. Bagaimana jika tinggal bersama.
"Om, aku bisa kok pulang-pergi untuk menyusui bayi Om. Jadi, tidak harus aku tinggal bersama Om," balas Shireen.
"Kenapa? Kau tidak suka berada terus di rumahku? Aku hanya berpikir, jika kau tinggal bersamaku kau tidak repot untuk pulang-pergi, dan lagi anakku pasti setiap saat ingin menyusu," ucap Samuel.
"Gak gitu Om. Aku masih berat meninggalkan kakakku. Nanti siapa yang akan membantunya di rumah?"
Samuel terkekeh mendengar itu. "Aku yakin kakakmu pasti senang mendengar tawaran ini, atau aku sendiri yang izin kepada kakakmu?"
Mati kutu sudah Shireen. Alasannya itu tidak berguna, padahal hanya untuk mengelak. 'Huh, susah ngomong sama orang pinter,' batinnya.
"Baiklah, aku mau ...," balasnya dengan lemah.
Tanpa disadari, tercetak senyum di bibir Samuel. "Oke nanti malam kau siap-siap. Tidak perlu membawa apapun. Untuk kebutuhan aku akan siapkan semua untukmu."
Bersambung .....