Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertuduh
Beberapa hari berlalu sejak Li Mei mulai melatih bela dirinya di halaman belakang bersama Xiao Lan. Sejak saat itu, ia tidak pernah muncul di hadapan keluarganya, sesuatu yang sangat tidak biasa.
Di dalam paviliun utama kediaman Jenderal Li, suasana makan malam berlangsung seperti biasa. Li Yuan dan Li Shimin duduk dengan santai menikmati hidangan mereka, sementara Li Zhu duduk dengan sikap anggun, berpura-pura menjadi adik yang lembut dan perhatian.
Namun, ada satu hal yang mengganjal di benak mereka semua—Li Mei.
Biasanya, gadis itu selalu berusaha menarik perhatian mereka, mencari pengakuan, atau paling tidak mengganggu Li Zhu. Tapi kali ini, dia benar-benar menghilang.
Di sela-sela makan, Li Zhu menundukkan kepalanya sedikit, lalu menggigit bibirnya seakan sedang menahan perasaan bersalah. Setelah beberapa saat hening, ia akhirnya membuka suara dengan nada lembut dan penuh kebingungan.
“Kak Yuan, Kak Shimin sudah beberapa hari ini kakak Mei tidak pernah muncul .…” Ia menghela napas pelan, lalu menatap mereka dengan mata berkabut, penuh kepura-puraan. “Apa … apa dia masih marah padaku karena kejadian di danau itu?”
Li Yuan, yang sedari tadi hanya diam, akhirnya mengangkat alis. “Hmph, dia pasti hanya mencari perhatian seperti biasanya. Mungkin dia ingin kita merasa bersalah dan mencarinya.”
Li Shimin mengangguk setuju. “Benar. Dia selalu begitu, ingin dipedulikan tapi caranya selalu menyebalkan.”
Li Zhu menundukkan kepalanya lebih dalam, tangannya meremas sumpit dengan lembut, menunjukkan ekspresi seolah dirinya benar-benar merasa bersalah.
“Tapi… mungkin aku memang keterlaluan. Waktu itu aku hanya ingin bercanda dengannya, tidak menyangka dia akan benar-benar jatuh ke danau. Jika dia masih marah dan membenciku, aku .…” Ia menggigit bibirnya, lalu menatap kedua kakaknya dengan mata berkaca-kaca.
Seakan tersentuh oleh sikapnya yang lembut, Li Shimin mendengus. “Li Mei memang selalu menyalahkan orang lain atas nasib buruknya. Tidak perlu kau pikirkan, Zhu'er. Kau selalu baik padanya, hanya dia saja yang tidak tahu berterima kasih.”
Li Yuan mengangguk setuju, matanya terlihat acuh tak acuh. “Lagipula, kalau dia tidak muncul, itu lebih baik. Setidaknya tidak ada yang mengganggumu lagi.”
Mendengar kata-kata kedua kakaknya, senyum tipis muncul di sudut bibir Li Zhu.
Bagus, mereka masih membenci Li Mei.
Namun, Li Zhu tetap menampilkan wajah penuh kesedihan dan menunduk dalam. “Aku hanya berharap dia baik-baik saja .…”
Sekarang aku hanya perlu memancingnya keluar dan memastikan dia kembali menjadi bahan tertawaan seperti dulu.
Dalam hati, Li Zhu sudah merencanakan sesuatu yang lebih besar untuk menjatuhkan Li Mei.
****
Malam itu, kamar Li Mei yang gelap diterangi oleh cahaya bulan samar. Angin dingin berhembus pelan melalui celah jendela.
Di ranjang kayu sederhana, Li Mei tampak tertidur, namun matanya sedikit terbuka saat mendengar langkah kaki yang sangat hati-hati.
Seseorang menyelinap masuk ke kamarnya. Sosok itu bergerak dengan cepat, meletakkan sesuatu di sudut ruangan, lalu bergegas pergi.
Dalam keheningan, Li Mei tetap berbaring, membiarkan orang itu berpikir bahwa misinya berhasil.
Begitu sosok itu benar-benar pergi, Li Mei membuka matanya dan duduk perlahan. Bibirnya melengkung dalam seringai licik.
"Akhirnya mereka bergerak juga. Aku ingin tahu permainan macam apa yang mereka rencanakan kali ini."
Pagi harinya, suasana di kediaman Jenderal Li yang biasanya tenang kini dipenuhi suara keributan.
Di dalam kamarnya, Li Mei sedang menikmati teh hangat bersama Xiao Lan ketika suara langkah kaki tergesa-gesa mendekat.
Brak!
Pintu kamarnya terbuka dengan kasar.
Li Yuan dan Li Shimin masuk dengan wajah penuh amarah, sementara Li Zhu berdiri di belakang mereka dengan ekspresi sedih dan mata berkaca-kaca seolah baru saja menangis.
Xiao Lan yang terkejut segera berdiri. “Apa yang kalian lakukan?! Mengapa masuk begitu saja ke kamar Nona?!”
Xiao Lan menegur para pelayan yang terlihat menendang pintu kamar Li Mei.
Li Yuan menatap tajam ke arah Li Mei yang masih duduk tenang. “Li Mei! Apa yang telah kau lakukan?!”
Li Mei mengangkat alis, meletakkan cangkir tehnya dengan tenang. “Apa maksud Anda, Tuan muda Li Yuan?”
Deg!
Jantung Li Yuan seperti terasa disengat sesuatu saat mendengar panggilan dingin dari Li Mei.
Li Zhu menunduk dengan air mata yang menggenang di sudut matanya. “Kakak Mei … perhiasan yang ayah berikan padaku … hilang .…”
Li Mei menatapnya sekilas, lalu menguap malas. “Lalu?”
Li Shimin menatapnya dengan penuh amarah. “Lalu?! Kau berani bertanya?! Beberapa pelayan melihatmu berjalan di sekitar Paviliun Anggrek semalam! Jangan bilang kau tidak tahu!”
Li Mei tersenyum tipis. “Paviliun Anggrek?” Ia mengalihkan pandangan ke Li Zhu. “Tempat tinggalmu?”
Li Zhu mengangguk perlahan. “Aku tidak ingin menuduh Kak Mei … tapi … bukankah Kakak Mei selalu menginginkan perhiasanku? Mungkinkah … Kak Mei .…”
Suara Li Zhu terdengar lirih dan penuh kesedihan, seolah ia berusaha keras menahan diri agar tidak menuduh secara langsung.
Li Mei memandang mereka semua, lalu tertawa kecil. “Jadi sekarang aku dituduh mencuri?”
Li Yuan mendengus. “Bukti sudah jelas! Kau ada di sekitar Paviliun Anggrek! Siapa lagi pelakunya kalau bukan dirimu, hanya kau satu-satunya yang selalu mencari masalah dengan Zhu'er.” Li Yuan mencoba mengalihkan perasaannya yang terasa aneh itu dengan menuduh Li Mei.
Xiao Lan mengepalkan tangannya marah. “Nona tidak mungkin melakukan itu! Siapa pun bisa meletakkan perhiasan itu di sini untuk menjebaknya!”
Li Zhu menghela napas panjang. “Xiao Lan … aku tahu kau setia pada Kak Mei, tapi aku tidak ingin ini menjadi besar .…”
Li Mei menyilangkan tangannya dan menatap Li Zhu dengan seringai kecil. “Oh? Kau tidak ingin ini menjadi besar? Kalau begitu, kenapa kau datang ke sini dengan kedua kakakmu?”
Li Zhu terdiam, sejenak ekspresinya menegang.
Li Mei berdiri, berjalan perlahan mendekati Li Zhu, membuat gadis itu tanpa sadar mundur selangkah.
“Mereka bilang pelayan melihatku di sekitar Paviliun Anggrek?” Li Mei tersenyum tipis. “Aku ingin tahu … kapan tepatnya?”
Li Zhu terkejut, lalu ekspresinya kembali sendu. "Kakak Mei! Maaf kalau aku ... lancang."
Li Zhu semakin menundukkan kepala, lalu melanjutkan ucapannya dengan suara bergetar seolah ingin menangis. "Aku tidak ingin menuduh Kakak Li Mei … hanya saja, beberapa pelayan mengatakan melihatmu berada di sekitar paviliun Anggrek tadi malam .…"
Li Mei mendengus pelan. Sungguh akting yang luar biasa.
Li Mei lalu melirik ke arah para pelayan yang berdiri di belakang Li Zhu. "Jadi, siapa yang melihatku?" tanyanya santai.
Dua orang pelayan dengan ragu-ragu melangkah maju, lalu menunduk. "Kami yang melihat, Nona," jawab salah satu dari mereka.
jangan pernah ada penyesalan di kemudian harinya
menyesal pun sudah tak ada artinya lagi buat keluarga Li😤😤😤😤😤
demi hasutan dari seorang selir and anak tiri, dengan tega nya membuang anak kandung nya😤😤😤😤😤😤😤
and jangan sampai menjilat ludah sendiri
karena tu akan sangat memalukan🤣🤣🤣🤣🤣
bikin ketagihan baca
update nya juga ngga pelitt