Allasca After With You

Allasca masih bisa maklum dengan permintaan Pingkan yang sering aneh-aneh, memintanya membeli pulau, memintanya membeli jet pribadi, memintanya membeli pabrik milik suami dari saingan artisnya, yah, tidak masalah baginya jika dia mampu.

Namun, untuk kali ini, Allasca tak bisa memaklumi lagi kemauan Pingkan. Walau bisa bertahan dengan rumah tangga yang toxic, satu tahun terakhir dirasa cukup sulit bagi Allasca, di mana di setiap mereka bercinta selalu berakhir dicemooh, tak pernah bisa memuaskan Pingkan.

Memang benar, Allasca hanya mampu bertahan beberapa menit saat bercinta. Bahkan, tak ada pemanasan yang berarti, Allasca sudah mengakhirinya dengan keluar lebih dini sebelum Pingkan alami orgas-me.

Namun, open marriage bukanlah hal yang bisa dinormalisasi oleh Allasca. Laki-laki mana yang masih harus bertahan setelah semua yang terjadi kemarin?

Di Inggris saja, banyak yang mengalami kegagalan rumah tangga setelah memutuskan open relationship. Dan Allasca, laki-laki waras yang tidak bisa menerima tindakan ekstrem seperti itu.

"Hamil atau tidak, aku tidak akan mengurung- kan niatku. Kita tetap akan bercerai dan menjalani hidup masing-masing, Pingkan."

Pingkan tercengang. "Kau yakin? Kau yakin tidak mau anak mu, Allasca?"

Yah, Allasca berlanjut menuruni anak tangga hingga turun ke lantai bawah. "Kita bisa didik sama-sama. Tanpa melanjutkan pernikahan."

"Lasca ... kalau dalam hubungan mengalami perpecahan, bukan hanya satu orang yang salah. Sebenarnya kita berdua yang salah. Kalau kemarin aku melakukan kesalahan, itu karena kamu yang lebih dulu salah!"

"Makanya jangan teruskan kesalahan yang sudah pernah terjadi!!" Allasca berteriak keras pada akhirnya. "Cukup, dan cerai!!"

Pingkan terpejam reflek saat Allasca melempar vas bunga hingga hancur di dinding kaca rumahnya. "Kita sudah tidak cocok, pandangan kita tentang sebuah hubungan sudah tidak sejalan lagi," tegasnya.

Pingkan terisak. "Kamu sadar ... kamu sedang menyalakan genderang perang dengan keluarga Laksamana, Allasca!!"

"Aku sadar. Bukan cuma Hangga Laksamana, aku juga akan menghadapi, Daddy Galaxy mu, dan semoga beliau masih memiliki muka setelah tahu bagaimana kelakuan putrinya!"

"Allasca!!" Pingkan menggeleng sambil menggelayuti lengan pria itu. "Aku tidak mau mereka tahu apa yang terjadi di dalam rumah tangga kita! Daddy akan hukum aku."

Allasca pun takkan setega itu, karena biar bagaimana pun, Pingkan wanita yang dia cintai hingga sebuta sekarang ini. "Berpisah baik-baik, atau kita buka semua aib mu dan aib ku di hadapan mereka?" tawarnya.

"Apa kamu akan setega itu?" lirih Pingkan.

"Karena aku masih baik padamu, aku tidak akan pernah membongkar rahasia pecahnya hubungan kita. Tapi, biarkan saja aku pergi dan sekarang, kita akan mulai menjalani kehidupan masing-masing," tambah Allasca.

...∆{/+--__--+}∆...

"Viera ke mana, Alhambra?"

Mommy Lala tak melihat Viera sedari sore. Makan malam sudah siap semua, biasanya kalau ada Vieraz hanya Viera anak yang paling awal datang untuk makan malam.

"Mungkin di kamar."

"Suruh dia turun."

Ah, Alhambra berdecak, dia malas kalau harus masuk ke kamar Kak Viera dan diteriaki bahkan dilempari bantal disuruh keluar seperti sore sebelumnya.

Alhambra sengaja makan di rumah ibunya, sang istri ngambek dan tidak memberinya makan malam hari ini setelah ketahuan mengajari hal yang aneh-aneh pada putrinya.

Sejatinya, Alhambra ingin kedamaian, dan Mommy menyuruhnya masuk sarang buaya betina yang sedang patah hati oleh Hudson.

Baiklah, demi peri persaudaraan, Alhambra telepon saja Kakaknya. Sampai, Mommy Lala kembali menegurnya. "Apa begitu cara kamu manggil orang yang lebih tua?"

"Biar Allasca yang panggil."

Syukurlah, Mommy Lala bisa diam setelah Allasca mengambil alih tugas. Pria itu menaiki lift yang khusus menuju kamar di lantai lima.

Allasca yakin, Viera si cengeng masih belum bisa move on dari mokondo. Benar saja, gadis itu masih sesenggukan di bawa selimut merah muda tebal dengan mata sembab.

Rambut acak-acakan, muka bengap seperti maling jemuran digebuki warga. "Hidup mu berakhir setelah Hudson mengkhianati mu?"

Viera lekas berpaling dan menarik selimut demi menenggelamkan seluruh tubuhnya bahkan hingga kepala.

Tak perlu izin, Allasca menyemprot selimut yang mungkin sudah banyak sekali kuman setelah berhari-hari ini hanya menjadi lap ingus dan air mata adik angkatnya.

Ditariknya hingga tersingkap separuhnya, menampilkan raut kesal Viera. "Bangun, turun ke bawah, makan malam sama-sama, dan kita akan bicarakan pernikahan kita."

What?? Viera tersentak dengan ucapan asal laki-laki itu. Menikah? Setelah dikhianati Pingkan, lalu Allasca mengajaknya menikah?

"Jangan gila deh! Hidup seorang Viera sudah banyak masalah, jangan ditambahin lagi masalah yang tidak-tidak."

"Kamu menolak lamaran ku?" sela Allasca.

"Sejak kapan sanitizer dan kuman bisa bersatu di pelaminan?" Viera ingatkan lagi, Allasca pernah bicara seperti itu saat Viera mengatakan cinta pada Allasca dulu.

Yah, dulu Allasca selalu menolak cinta tulus adik angkatnya. "Setidaknya kamu butuh aku untuk membalas perlakuan Hudson bukan?"

"Aku bisa atasi sendiri masalah ku." Kaki mungil Viera menendang perut keras Allasca yang baru saja akan menariknya dari ranjang.

Allasca sabar meski Viera sudah mulai memakai kekerasan fisik seperti dahulu saat dia menolak cinta gadis itu. Viera akan menjambak rambutnya, bahkan tak segan memukulinya sebelum pergi meninggalkan kuman yang membuatnya sakit berhari-hari.

Kembali, Viera membelakangi Allasca dengan tarikan selimut, hingga telepon dari Hudson membunyikan ponsel Viera di atas nakas.

Meski puluhan kali Hudson memakai nomor yang berbeda, Allasca yakin nomor tak bernama itu panggilan dari Hudson.

Viera masih tak mau beranjak dari selimut, sampai, Allasca sendiri yang berinisiatif untuk mengangkat panggilan itu. Tentunya setelah gawai tipis itu ia sterilisasi dengan sanitizer.

📞 "Baguslah kamu angkat, Baby ... aku akan buktikan aku bisa susul kamu, dan akan buat kamu kembali, Viera. Aku mau nikah sama kamu, demi apa pun, cuma kamu yang bisa buat aku komitmen dengan pernikahan."

"Oya?" Viera membuka selimut setelah Allasca bersuara.

📞 "Siapa ini?"

"Kamu lupa suaraku?"

📞 "Allasca?"

Viera ingin mengusir laki-laki itu, tapi di lain sisi, ia perlu Allasca untuk membuat Hudson tidak lagi mengganggu ketenangan dirinya.

"Kalau kau datang ke Indonesia. Maka kebetulan, kau harus mendatangi pesta pernikahan mantan mu dengan ku."

📞 "Are you kidding me?!" Allasca menjauhkan ponsel saat Hudson berteriak.

"Aku harus katakan ini. Tapi, aku rasa, aku candu sejak bercinta dengan Viera mu."

📞 "Kau lemah syahwat, Allasca. Bagaimana bisa kau meniduri kekasih ku?! Kau pikir aku percaya dengan bualan mu?!"

"Kau masih mau bukti?" Allasca mencoba mengaktifkan kamera. Di sana, Hudson berteriak cukup histeris seperti tidak waras.

Allasca yakin, Hudson memiliki banyak sekali penyakit narsistik. Lihat saja bagaimana cara Hudson meneriakinya.

📞 "Apa kau sudah gila?! Viera itu adik mu!! Apa pun hubungan kalian sebelumnya, kau sangat mengerikan, ALLASCA!!"

Allasca suka dengan keributan yang Hudson buat di seberang sana. "Aku akan kirim video bercinta kami setelah ini."

Bersamaan dengan panggilan yang Allasca matikan, manik kebiruan pria itu menatap ringan raut innocent Viera.

"Kalau kamu mau, kita akan buat video bercinta kita di kamar ini sekarang juga untuk dikirimkan ke ... Sshitt!!" Allasca mengumpat usai miliknya diterjang lutut gadis itu.

"Tah, bercinta sama dengkul!"