Kejadian pada masa lalu diramalkan akan kembali terjadi tidak lama lagi. Tuan kegelapan dari lautan terdalam merencanakan sesuatu. Enam sisi alam dunia mitologi sedang dalam bahaya besar. Dari seratus buku komik yang adalah gerbang penyebrangan antara dunia Mythopia dan dunia manusia tidak lagi banyak yang tersisa. Tapi dari sekian banyak kadidat, hanya satu yang paling berpeluang menyelamatkan Mythtopia dari ramalan akan kehancuran tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fredyanto Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31: First Trouble For Theo!
"Aku tidak bisa berada di sini lebih lama lagi! Apa Yang Mulia Pelindung Bastet sudah menemukan solusinya?!" Desak Melody bersama Delphine di hadapan Pelindung Bastet tapi tetap berusaha bersikap sopan. Membahas soal kejadian tadi. Kejadian diluar kendali dan nyaris mencelakai banyak murid termasuk murid sementara yang tidak lain adalah dirinya. Ruth seakan serius ingin menghabisinya.
Mereka juga tidak lupa untuk menceritakan mengenai ekor duyung Melody. Tapi Bastet tidak sebingung dan seheran seperti para guru lainnya.
Dia lebih fokus pada pembicaraan mereka mengenai Ruth. Bastet mengatakan kalau dia akan mencoba berbicara langsung dengannya segera. Mencari tahu apa yang terjadi, dan kenapa dia melakukan itu.
Dan untuk mengenai solusi sayap Melody... jujur saja Bastet belum menemukan solusinya. Mereka yang sudah ditakdirkan di dunia Mythtopia tidak bisa begitu saja kembali ke awal. Identitas diri sebagai peri, duyung, atau penyihir tidak bisa dicabut dari diri mereka begitu saja.
Bahkan Bastet takut kalau itu memang tidak bisa. Sungguh mustahil untuk dilakukan. Roh rusa itu sudah menanamkan kekuatan di dalam diri para murid. Yang berarti bisa saja permanen.
Tapi walaupun begitu, Bastet tetap berusaha mencari cara agar Melody dapat kembali seperti gadis remaja normal pada umumnya. Jika itu kemauannya.
Dirinya meminta Melody untuk bersabar lebih lama lagi. Semoga saja dalam sisa waktu kurang dari seminggu itu cukup. Tiga hari sebelum hari hari jadi bersatunya enam alam yang dipersatukan oleh Sang Perkasa Icarus. Juga memperingati sepuluh tahun pengorbanannya.
Akan ada perayaan besar yang disertai pertunjukan hiburan berupa pertandingan dari lima alam di alam mereka masing-masing.
Melody hanya bisa mendengarkan setiap ucapannya dan menjalani sesuai apa yang dikatakannya. Jadi Melody akan terus melanjutkan hidupnya di dunia Mythtopia dan Myth Akademi.
Semoga saja Ruth tidak melakukan sesuatu yang sulit dipahami lagi.
Sekarang... Sehabis mereka menemui Bastet untuk menceritakan itu semua tadi, Melody dan Delphine bersama pergi ke tempat perawatan di Akademi. Mereka hanya mesenggangkan diri menjenguk yang terluka kerena pertandingan terakhir sebelumnya tadi, sebelum mereka kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.
Sekalian saja bertujuan memeriksa keadaan diri Melody sendiri dan juga menjenguk Abigail yang sedang dirawat di sana.
Di tempat perawatan, mereka bertemu yang sudah di bawa ke sana. Clover membantu para leprechaun dan peri perawat dalam meracik obat. Tangan dan rambutnya membantu banyak hal dalam waktu bersamaan.
Dia menyapa.
Dan Clover sendirilah yang mencoba mengecek keadaan Melody. Dia bilang tidak ada yang salah dengan keadaan Melody. Tidak ada yang serius. Hanya beberapa luka gores yang tentu saja Melody sendiri menyadarinya. Tapi Clover tetap segera menanganinya.
Apalagi Abigail yang sempat terkena efek setruman yang hebat. Clover menunjuk di mana Abigail dibaringkan. Dia berada di wadah daun ke delapan.
Atau lebih tepatnya tingkat ke delapan dari batang utama tanaman besar bermekanisme yang berada di tengah-tengah luasnya ruangan yang menjulang tinggi, dengan banyak dekorasi alam alami di sekitarnya. Mesin tanaman besar. Para Peri dan Leprechaun perawat sibuk bekerja. Yang peri terbang ke sana kemari sambil membawa obat atau ramuan ke tempat para pasien. Sedangkan yang leprechaun pergi ke setiap ranjang pasien dengan menggunakan lift melalui batang utama.
Sesama rekan se kelas Abigail, yaitu Luna dan Embun juga tidak jauh di baringkan disana. Tapi Luna masih dalam keadaan pingsan.
Sama halnya dengan rumah sakit pada umumnya... tidak ada yang boleh sembarangan menjenguk pasien yang sedang dirawat.
Jadi Melody harus izin kepada para perawat di sana ketika ingin menemui Abigail.
Salah satu perawat Leprechaun menuntun Melody dan Delphine melalui lift batang utama. Membawa mereka naik ke tingkat ranjang yang ditempati Abigail dan meninggalkan mereka di atas sana. Memberikan mereka waktu terbatas untuk menemui Abigail.
"Dia akan baik-baik saja," ucap Embun dari atas satu tingkatan dari tempat Abigail. Menyembulkan kepalanya dari balik daun atas sana.
Melody hanya bisa memandang Abigail tepat di samping dia berbaring. Untuk sementara waktu menemani sahabatnya yang belum sadarkan diri.
"Melody! Ayo!" Desak Delphine dari kejauhan. Menunggu di samping lift batang utama. Dia menyuruh Melody untuk segera pergi karena mereka memang tidak boleh lama-lama berada di sana.
Dan sudah waktunya mereka kembali ke kamar masing-masing.
Dan besoknya...
Mereka kembali beraktifitas seperti biasanya. Dimulai dengan aktifitas-aktifitas belajar di Akademi. Juga seperti biasa! Melody selalu mendapatkan jam malam kerena dia ditempatkan di kelas Underground.
Tapi saat masih siang hari, dirinya tetap dapat bertemu dengan Abigail, Delphine, dan Theo saat jam istirahat. Dan Melody untuk pertama kalinya mencoba berkumpul bersama dari kelas lain di Kafetaria. Kelas Mermaid, Peri, Penyihir, Kerajaan, dan Leprechaun berkumpul di sana. Tapi mereka hanya duduk makan dan jarang berbicara kepada yang lain kelas.
Tidak perlu ditanyakan seberapa luas kafetaria di sana. Itu cukup menampung sampai dua kali lipat dari mereka lagi.
Sedangkan dari kelas Underground tidak menempati kafetaria maupun di jam malam. Mereka lebih suka mendapatkan makanan di alam mereka sendiri. Lebih privasi dan leluasa.
Melody belum pernah ke sana selama lebih dari setengah minggu itu. Begitu juga dengan lima alam lainnya.
Dan ngomong-ngomong masalah makanan tadi, itu juga karena akademi tidak terlalu banyak macam menyediakan makanan atau minuman yang sesuai dengan para murid dari alam underground... yang masing-masingnya memiliki selera yang berbeda-beda.
Proses penyediaannya akan membingungkan.
Setiap makanan dan minuman yang mereka butuhkan. Seperti darah, daging, dan lainnya. Itu juga karena nyatanya... hanya Melody sendiri lah satu-satunya orang luar yang ditakdirkan masuk dalam alam ketujuh dan ditaruh di alam underground selama itu. Sebelumnya belum ada satupun. Selain Melody, yang lain murni makhluk atau manusia yang terlahir di sana.
Itulah kenapa saat proses penentuan... Para murid lain benar-benar udik dan menganggap Melody sebagai satu yang terkutuk. Belum pernah melihat hasil dari proses itu sebelumnya.
Tapi sekarang setidaknya mereka sudah lebih terbiasa. Terutama dengan sayap.
"Kau seharusnya tidak berada disini!" Ucap Slone pelan sambil berlalu masuk bersama murid lainnya yang akan mengantri, mengambil nampan pembawa makanan dan memilih lauk sarapan siang mereka.
Kebanyakan yang sedang duduk menikmati makanan terus memandang arah Melody berjalan masuk ke kafetaria dengan sayap yang diikat.
Tapi kali ini dia mengikatnya dengan tanaman rambat dari Clover. Tidak lagi meminjam ular dari Misha. Cukup dengan ikat pinggang ular! Tidak lagi!
Pada umumnya semua orang terutama gadis tahu kalau mereka membenci dengan golongan hewan melata. Terutama Ular.
Melihat Melody hadir di sana, Theo yang baru saja selesai mengambil lauk dan pergi menempati meja sedikit teralihkan. Dia berjalan berpaling tapi dengan pandangannya yang terus terpaku pada arah Melody.
Tanpa dia sadari kalau ada seseorang yang berada tepat di arah dia akan berlalu. "Plaark!" Theo menabraknya. Makanan dan Minuman yang dia bawanya pada nampan... Semuanya tumpah pada yang di hadapannya sana.
Itu Crysella. "Hah!!" Dia spontan tersengal dalam-dalam. Dia syok ketika mendapati hampir seluruh pakaian terutama jaket pink kesayangannya itu kotor tertabur noda makanan.
"Maaf...," Theo terpaku tegang. Tapi Crysella yang tadi untuk sesaat terpaku memandang ke arah depan tubuhnya yang kotor... lalu beralih menatap Theo dengan tatapan yang perlahan mulai menyipit.
Karena takut, Theo bergegas pergi tanpa sepatah kata apapun lagi. "Hey!" Dia merebut jatah yang baru saja selesai di ambil oleh dari kelas Leprechaun lain yang berada di belakangnya, lalu pergi menempati kursi kosong. Nafasnya samar bergemetar seperti sedang kedinginan.
"Melody!!" Seru Abigail dari barisan yang ditempati kelas Peri. Mengajaknya ke sana.
Setiap langkahnya berjalan masuk... Mereka semua menatapnya. Murid-murid dari kelas Mermaid, Peri, Penyihir, Kerajaan, dan Leprechaun.
Melody hanya tersenyum canggung ditengah tatapan mereka.
Baru menarik salah satu kursi kosong... Kebanyakan dari mereka langsung beranjak pergi. Termasuk yang di kanan dan kirinya. Sebagian ada yang samar menggumam sambil pergi menempati kursi dan meja lain.
Melody untuk sejenak hanya terdiam sambil memandang yang lain menjauh. Tapi dia tetap lanjut duduk di sana.
Hampir setiap kursi di baris meja itu kosong. Hanya beberapa yang masih berada di sana. Dan yang tersisa mulai merapat lebih mendekat dengan Melody. Termasuk Delphine, Vanessa, dan Theo yang juga bersama rekan-rekan dari alam atau sesama kelas Leprechaun nya. Mereka Brooklyn, Bela, Taylor, dan Thomas. Tapi Theo berpindah sambil pandanganya yang terus terpaku mengarah pada Crysella di dekat etalase hidangan kafetaria.
Dia masih berdiri di sana sambil melepas bersihkan jaketnya dengan sihir mutiara. Tapi kepalanya menoleh_ masih menyipit kepada Theo dari kejauhan sana. Dan si peri pelayan penyedia makanan tanpa sayap hanya bisa memandang Crysella dari balik etalase makanan.
Theo meneguk ludah.
Selain mereka tadi, beberapa dari meja yang lain juga berpindah membawa nampan makanan mereka ke tempat keberadaan Melody. Eric, Alex, Genevieve, Asha, Embun dan Harper. Mereka memenuhi kembali kursi yang kosong.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...